Obi meneguk minumannya dengan mata sayu, pikirannya benar – benar kacau, ia tidak tahan melihat ibunya yang terus – terusan bersedih karena ayahnya yang semakin hari semakin terkulai lemah di rumah sakit. Tiap kali ia menjaga sang ayah ketika tertidur, ia tidak sanggup untuk tidak menitikkan air mata. Ayah Obi benar – benar gila akan pekerjaannya, membuat ia tidak berhenti berpikir mengenai urusan di kantor. Jika ada sesuatu yang tidak beres mengganggu pikirannya, ia akan mudah terserang oleh penyakitnya.
Ini sudah lebih dari seminggu ayah Obi berada di rumah sakit, dan belum ada tanda – tanda beliau diperbolehkan pulang. Setiap kali ayahnya terbangun, yang ia ingat hanya masalah kantor dan kantor, tentang klien, tentang proposal, tentang bisnis, dan segala sesuatu yang menyangkut pekerjaan. Obi tidak habis pikir mengapa sang ayah begitu gigih tanpa memedulikan kesehatan diri. Seperti saat ini.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11.45 pm, Obi sudah tidak peduli jika tempat itu semakin ramai oleh kalangan pria hidung belang, pun wanita barbar. Yang ia yakini saat ini, ia harus bisa mengontrol diri. Tiba – tiba ia teringat Yuri, Yuri pasti akan sangat marah jika tahu ia berada di tempat seperti ini. Ia tersenyum dan tertawa kecil, beberapa detik kemudian raut mukanya berubah datar. Obi menghembuskan napas berat. Gue senang liat lo senang? Huh. Kata – kata munafik! Obi memukul meja dengan keras, tapi tidak cukup keras untuk bisa didengar oleh orang – orang yang berada di lantai dansa karena suara musik yang menggema merata di dalam ruangan.
Disaat yang sama ponselnya berbunyi, tulisan 'Ibu' muncul di layarnya. Dengan cepat, Obi berjalan keluar dari tempat itu agar ibunya tidak berpikir bahwa ia sedang tidak berada di rumah. Setelah meyakini bahwa di luar sudah aman, Obi mengangkat telepon.
"Halo, bu?" Obi bertanya seraya memicing kedua mata. Mengurut pelan kepalanya yang terasa berdenyut.
"Obi.. ayah bi.. ayah.." terdengar suara Maria terisak menyebut – nyebut suaminya. Obi terkejut mendengar ibunya yang menangis. Seketika ia membuka mata lebar.
"Ayah kenapa, bu? Ibu kenapa nangis?" Obi bertanya tidak sabar. Ia segera mengambil kunci mobil dan berjalan menuju parkiran. Ibunya terus berbicara dengan terbata – bata di seberang telepon.
"Ayah.. ayah sedang.. " ucap sang ibu.
Ketika hendak membuka pintu mobil, Obi terhenyak kaget luar biasa mendengar penjelasan dari sang ibu di seberang telepon. Tanpa membuang waktu, ia melesat menuju rumah sakit.
***
Yuri duduk dengan gelisah di kursi mobil. Ia masih tidak menyangka mendapat kabar seperti ini. Pandangannya kosong dan badannya terasa sangat lemas tak berdaya. Mama dan papanya yang sama halnya dengan dirinya hanya bisa berdoa dalam hati. Marina tidak berhenti mengeluarkan air mata sejak 15 menit yang lalu setelah mendapat telepon dari Obi. Yuri sempat heran kenapa Obi tidak menghubunginya, kenapa harus mamanya. Tapi pikiran itu lenyap seketika setelah mendengar berita dari Obi.
Yuri masih tidak percaya akan hal ini, pikirannya berlarian entah kemana, kenapa bisa? Bagaimana mungkin? Pertanyaan demi pertanyaan muncul dikepalanya, membuat ubun- ubunnya berdenyut hebat. Tiba – tiba pandangannya menjadi kabur, ada air tengah menggenang di matanya, ketika air itu tumpah ke pipi, dengan cepat Yuri menepisnya.
"Baru kemarin papa kesana dan keadaannya baik – baik saja. Tapi sekarang.." Ucap Marwan-papa Yuri, suaranya parau. Ia sangat syok mendengar kabar yang diterimanya, sedari tadi ia tak berhenti mengklakson kendaraan yang berada di depan mereka dengan tidak sabar. Marina-mama Yuri, berkali – kali menenangkan sang suami meskipun hatinya sama pedihnya.
"Yuri.." Marina melihat keadaan Yuri yang diam seribu bahasa, sedari tadi tidak berhenti menyeka air mata. Saat ini ia memikirkan keadaan Obi yang pastinya lebih menderita.

YOU ARE READING
Absolutely You
Novela JuvenilSahabat adalah orang yang selalu ada, dimanapun dan kapanpun. Sahabat adalah orang yang selalu menyisihkan waktu hanya untuk mendengar segala keluh kesahmu; tentang hidup, tentang keluarga, atau pula tentang cinta. Tapi, apa jadinya jika orang yang...