Yuri duduk dilantai aula dan bersandar didinding kaca. Disampingnya, ada Obi dan Dewa yang masih mengenakan kostum basket setelah latihan beberapa menit yang lalu. Kaila, Mia dan teman – teman Mia yang lain sedang berdiskusi mengenai penampilan tari mereka esok pagi. Mereka berbicara tentang kostum yang sudah disewa, tentang kaset yang sudah dibeli, dan tentang make up yang masih diperdebatkan;apakah ingin memoles sendiri atau perlu ke salon. Yuri terlalu malas bergabung dan lebih memilih untuk duduk disamping Obi.
Bau keringat, desisnya. Tapi ia tetap cuek karena sudah terbiasa dengan aroma keringat Obi. Baginya itu wajar, mengeluarkan keringat ketika selesai berolahraga. Yuri melihat keadaan disekeliling, dulu ia sering menari disini, memperhatikan dirinya sendiri yang tengah bergerak mengikuti irama lagu dari pantulan cermin didepannya. Sudah hampir satu tahun ini Yuri kehilangan selera untuk menari. Tidak ada alasan khusus, hanya saja ia tidak memiliki motivasi untuk melakukannya.
Teman – temannya selalu bertanya, ada gerangan apa yang membuat ia mendadak memilih berhenti menari, tapi Yuri tidak pernah memberi alasan yang jelas, alasan yang cukup kuat untuk membuat teman – temannya yakin bahwa ia berhenti menari hanya dikarenakan keinginannya, bukan karena faktor lain. Terkadang itu membuat Yuri jengkel, makanya dia diam saja ketika teman – temannya bertanya lagi, karena pasti teman – temannya itu juga tidak akan percaya lagi.
"Adem, enak banget disini." Bisik Dewa ketelinga Obi tapi masih bisa didengar oleh telinga Yuri. Yuri melihat Obi tersenyum membalas ucapan Dewa tadi.
"Adem karena dingin atau karena... Mia?" Balas Obi setengah berbisik. Sekali lagi Yuri menangkap pembicaraan mereka. Salah sendiri bisik – bisik didekat gue.
"Anjirr, sialan lo!" Dewa menyenggol lengan Obi dengan sikunya. Obi cekikikan.
Memang ada apa dengan Mia? Jangan – jangan Dewa suka sama Mia? Yuri bertanya – tanya dalam hati, terlalu malas menanyakan hal itu secara langsung kepada kedua cowok yang duduk disampingnya. Pada akhirnya ia merasa bosan, ia berdiri lalu berjalan keluar aula. Obi dan Dewa hanya memperhatikan kepergiannya. Mia dan Kaila terlalu sibuk berdebat.
Yuri berdiri di pintu luar, menghirup napas dalam – dalam lalu menghembuskannya. Ia memerhatikan keadaan sekolah yang sudah sepi karena bel pulang sudah berbunyi 25 menit yang lalu. Saat ini, hanya ada anak – anak klub yang tengah membicarakan kemajuan klub mereka masing – masing.
Yuri berjalan santai menuju kursi disudut lapangan. Langit siang itu berawan tapi tetap cerah. Ia mengikat rambutnya dengan ikat rambut pink yang sedari tadi disimpannya disaku celana olahraga. Sesekali ia menguap. Dari tempat ia duduk, terlihat setengah badan kantin yang kini sudah direnovasi dan bagus kembali setelah kejadian kebakaran beberapa bulan yang lalu. Setelah kejadian itu, kini ia jarang datang ketempat itu jika ada jam kosong. Mungkin masih trauma, pikirnya.
"Sendiri aja?" Tiba – tiba sebuah pertanyaan dari suara berat milik seorang laki - laki mengagetkan Yuri. Ia tidak mengenal suara itu, pun sosok yang tiba – tiba datang dan duduk disampingnya. Yuri masih keheranan, ia sibuk menerka – nerka, sehingga pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan untuknya itu belum sempat dijawab.
"Kok kamu diam?" Tanya suara itu lagi. Yuri tersadar dari keheranannya.
"Eh, iya. Maaf, kita pernah bertemu sebelumnya?" Yuri memerhatikan cowok tinggi itu dengan seksama, ia tidak merasa pernah mengenalnya, pun bertemu dengannya. Tapi sekedar basa – basi barang kali mereka memang pernah bertemu dan Yuri yang begitu saja melupakannya.
"Kayaknya engga deh. Soalnya saya pendatang baru disini." Jelas si laki – laki dengan sopan.
Yuri langsung mengerti, mungkin itu sebabnya mengapa Yuri tidak pernah sama sekali mengenal sosok ini. Tapi tiba – tiba, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Kenapa ada pendatang baru disekolahnya, dijam pulang sekolah dan tidak mengenakan seragam sekolah? Yuri mengangkat wajah kebingungan, sorot matanya tajam seakan mencari tahu sesuatu.
YOU ARE READING
Absolutely You
Novela JuvenilSahabat adalah orang yang selalu ada, dimanapun dan kapanpun. Sahabat adalah orang yang selalu menyisihkan waktu hanya untuk mendengar segala keluh kesahmu; tentang hidup, tentang keluarga, atau pula tentang cinta. Tapi, apa jadinya jika orang yang...