Yuri keluar dari mobil Dylan. Setelah mengucapkan terimakasih, ia berjalan riang menuju gerbang sekolah. Seperti biasa, ia menyapa ramah security sekolah dan teman – teman yang lain. Meski ini senin dan ada upacara bendera yang telah menanti, tetap tidak melunturkan senyuman yang sejak pagi tadi terukir di wajahnya. Hari ini tepat memasuki bulan kedua hubungannya dengan Dylan.
Tepat saat ia melangkahkan kaki memasuki kelas, ia melihat Dewa sedang memberikan setangkai mawar plastik berwarna pink kepada Mia, Mia menerimanya dengan malu – malu sementara teman – teman sekelasnya bersorak 'Ciee', tidak terkecuali Kaila. Dewa tersenyum lebar. Yuri menganga sangat lebar.
"Mia sama Dewa jadian woii!!" Teriak Danu, salah satu teman sekelasnya. Barulah Yuri mengatup kembali mulutnya. Kaila yang melihat ekspresi Yuri langsung tertawa.
"Mereka jadian ditanggal yang sama kayak gue!" teriak Yuri kepada Kaila, mencoba meninggikan suaranya satu oktaf dari teriakan teman – temannya yang lain.
"Terus?" tanya Kaila yang tampak tidak memedulikan hal itu.
Yuri cemberut, "Ya gak lucu dong jadinya kalo tanggal jadiannya sama." Kaila semakin tertawa kencang mendengar alasan Yuri. Dewa dan Mia datang menghampiri Yuri yang langsung buang muka dan pura – pura merajuk.
"Lo kenapa? Ga senang liat gue jadian sama Mia?" Tanya Dewa.
"Iya nih, sebagai teman seharusnya lo ikut senang." Mia menambahkan. Yuri masih cemberut.
"Yadeh, yadeh. Gue senang" Yuri memeluk Mia dan berbisik sesuatu ketelinganya "Tapi pajak jadiannya coklat yang itu yaa." Kata Yuri sembari menyebutkan salah satu merek coklat favoritnya. Mia mengangguk setuju dan seketika Yuri berteriak kencang. Kaila dan Dewa saling pandang.
Tidak lama setelah itu, Dion dan anak basket yang lain berdiri di depan pintu kelas, meneriaki salah satu teman mereka yang telah resmi menyandang status berpacaran kemudian 'menghajar habis' Dewa dengan pukulan – pukulan kecil di lengan.
Diam – diam Kaila menoleh melihat sosok Riki yang tengah menindih badan Dewa. Kaila tersenyum melihat kelucuan Riki dan teman – temannya. Tanpa disengaja, Riki melihat kearah Kaila dan menangkap Kaila yang menatap dirinya langsung buang muka. Riki tersenyum. Kaila salah tingkah.
***
"Break dulu!!" Dion memberi aba – aba kepada teman – temannya untuk berkumpul di sudut lapangan. Yang lain menuruti dan segera merehatkan badan sejenak. Latihan basket hari ini terasa sangat melelahkan dan panas matahari juga cukup membakar kulit. Obi yang kelelahan duduk dengan napas terengah, hari ini seperti hari – hari sebelumnya; Yuri pulang duluan dan Obi ditinggalkan. Obi sudah mulai terbiasa dengan hal seperti ini.
"Bi, gue mau bicara."
Dion menepuk pundak Obi. Obi menyetujui dan mengikuti langkah kaki Dion yang membawanya ke tempat duduk terdekat.
"Ada apa?" Tanya Dion, hati – hati. Obi kaget, seharusnya ia yang bertanya, bukan Dion.
"Gue perhatiin, lo kaya' lagi ada masalah. Main lo hancur, gak kaya' biasanya" Dion sinis menatap Obi, mencoba membaca ekspresi Obi.
"Gue juga bingung, Di" Obi menjawab singkat dan terkesan datar.
"Bi, gue ngerti perasaan lo. Tapi ga baik juga kalo lo terus – terusan mikirin kejadian itu" Obi terperangah. Kemudian berdeham. Beberapa detik terjadi hening.
"Atau jangan – jangan, ini tentang Yuri?" Dion kembali bertanya. Obi tersentak, kemudian memicing mata dan menghela napas. Dion cukup pandai membaca keadaan di sekitarnya. Dion tersenyum bangga dan melihat ke arah lapangan, teman – temannya sudah mulai berhamburan dan mulai bermain lagi.
YOU ARE READING
Absolutely You
Teen FictionSahabat adalah orang yang selalu ada, dimanapun dan kapanpun. Sahabat adalah orang yang selalu menyisihkan waktu hanya untuk mendengar segala keluh kesahmu; tentang hidup, tentang keluarga, atau pula tentang cinta. Tapi, apa jadinya jika orang yang...