Beam sedang memakan sarapannya dalam diam ketika ia dihampiri oleh Phana dan Kit yang baru saja datang ke kantin rumah sakit untuk sarapan juga.
"Kalian terlambat." Kata Beam sebelum menyesap kopi panasnya.
"Yah, itu kesalahan Kit." Phana berkata dengan tenang sambil mengambil tempat duduk di sebelah Beam.
"Maaf ... tapi aku terlambat bangun karena ada yang mengganggu tidurku." Kit mengerutkan kening dan melotot pada Beam yang sedikit tegang.
"Owh ... jangan marah, Kit. Aku sudah bilang aku minta maaf." Beam membela diri. Dia tahu dia bersalah tapi dia sudah meminta maaf.
"Aku tahu .. Aku tahu .. Jangan khawatir. Kau sudah kumaafkan." Kit mendesah dan mulai memakan sandwich ayamnya.
"Beam, Kit bercerita tentang percakapanmu dengannya pagi ini, Kau yakin belum pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya? Tidak sekali pun?"
Beam mengangguk beberapa kali untuk memastikan apa yang dia katakan pada Kit.
"Aneh sekali." Phana bersandar pada kursinya dan menatap Beam ingin tahu. "Kau yakin? Mungkin kau sempat melihatnya sekilas sebelumnya, tapi tidak mengingatnya."
"Aku tidak tahu, Pha. Mungkin saja pernah. Kalau saja aku tahu namanya, mungkin aku bisa mencari dia dan menanyakan sendiri bagaimana dia bisa mengenalku." Jawab Beam sebelum dia menghabiskan kopinya.
"Cobalah bermimpi pria itu lagi dan kali ini kenapa tidak kau mencoba menanyakan nama pria itu." Saran Kit tiba-tiba.
"Kit ... haruskah aku memukul kepalamu?" Beam berkomentar sambil melotot pada temannya.
"Kenapa? Apa yang aku lakukan sampai kau ingin memukulku?" Kit tidak mengerti.
"Saranmu Itu ... itu bodoh." Jawab Beam sambil bangkit dari kursinya.
"Aku tahu itu bodoh. Tapi siapa yang tahu kalau itu akan berhasil." Kit meyakinkan Beam untuk mencoba.
"Kit, berhenti. Aku tidak berpikir itu akan berhasil." Phana setuju dengan Beam sepenuhnya.
"Sudahi pembicaraan ini, oke. Aku harus pergi sekarang. Aku harus beekeliling untuk memeriksa pasien-pasienku. Aku akan menemui kalian saat makan siang nanti." Kata Beam sambil mendorong kursinya ke bawah meja.
"Jangan teelalu dipikirkan, Beam. Biarkan nasib membawamu padanya, jika orang itu memang ada." Ucap Phana sebelum ia membiarkan Beam meninggalkan meja.
Beam mencoba yang terbaik untuk tersenyum saat memeriksa pasiennya. Dia harus memberikan pelayanan yang terbaik sehingga ia takkan menerima pengaduan setelahnya karena terlalu serius. Meskipun ia beruntung bahwa semua pasiennya berperilaku baik dan mendengarkan apa yang pernah dikatakan pada mereka. Dia masih tak bisa tersenyum kepada mereka seperti biasanya karena ia terganggu oleh mimpi itu.
Ini adalah pasien terakhirnya untuk putaran hari itu. Beam masuk ke ruangan itu sendiri tanpa seorang perawat sejak dia diberitahu bahwa pasien hanya mengizinkan satu orang di kamarnya. Dan karena ia adalah salah satu pasien VVIP, rumah sakit tak bisa menentang permintaan khusus dan harus membiarkan dia dengan kemauannya.
Beam memasuki ruangan dengan tenang dan dia melihat pasien itu berdiri di dekat jendela, menenggelamkan diri pada apapun yang dilihatnya melalui jendela. Beam mengambil file rekaman pria itu yang digantung di ujung tempat tidur dalam diam dan membacanya secara menyeluruh sebelum ia memutuskan untuk memecah keheningan yang menyelimuti ruangan.
"Pagi, Tuan Forth .." Beam menyapa pria itu saat ia membaca nama pada file tersebut. Dia memberikan senyuman terbaiknya dan menatap pria yang telah berbalik menghadapnya. Tapi begitu matanya bertemu dengan tatapan pria tersebut, dia benar-benar terkejut dan segera menjatuhkan file yang dia pegang. "K ..Kau....."
Pria itu berjalan ke arahnya dan alisnya berkerut sambil ia menatap Beam dalam.
"Ini Kau .... Kau ada. Kau benar-benar nyata." Pria itu berkata dengan tak percaya yang membuat Beam lebih terkejut setelah mendengar pernyataannya.
*Ada ff mingkit disebelah..judulnya 'Nobody's Perfect'
silahkan diintip kalau minat :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 1 (FORTHBEAM FANFIC)
Fanfiction"Aku tidak tahu, Kit. Aku tidak berpikir pernah berhubungan dengan seorang pria sebelumnya, tapi aku memiliki mimpi yang sama selama hampir satu bulan mengenai seorang pria yang terus berkata bahwa ia akan selalu mencintaiku. Dan hatiku mengatakan...