"Forth, apa kita tidak salah tempat? Dimana semua orang?" Tanya Beam saat mereka tiba di luar aula pernikahan.
"Mereka mungkin sudah di dalam karena kita tiba sedikit terlambat." Balas Forth sambil melihat sekeliling.
"Lalu kenapa kita masih berdiri di sini? Bukankah kita harus masuk ke dalam? Apakah kita masih menunggu orang lain, Forth?" Beam bertanya saat melihat Forth yang begitu tampan mengenakan tuksedo.
"Err ... ya. Aku sedang menunggu Ming dan Wayo. Mereka bilang padaku untuk menunggu mereka." Forth menjawab dengan gugup dan dengan cepat menelepon Ming.
"Halo, Ming. Di mana kau?"
'Di dalam. Kami siap untuk kalian. Kami akan membuka pintu untuk kalian.'
"Baiklah." Forth menjawab singkat.
"Dimana mereka?"
"Mereka menyuruh kita masuk dulu, mereka masih terjebak macet. Jadi ayo masuk ke dalam, Beam-ku tercinta?" Forth berbohong kepada Beam untuk pertama kalinya sambil meraih tangan Beam dan meletakkannya di sekitar lengannya.
"Kenapa aku merasa seperti kita adalah pengantin untuk pernikahan ini?"
"Kenapa kau mengatakan itu?" Forth tak bisa menahan senyumnya lagi.
"Karena aku sedang memegang lenganmu dan bukan telapak tanganmu. Dan kita berdua terlihat benar-benar tampan dalam tuksedo ini." Beam tertawa.
"Itu karena ... ini adalah upacara pernikahan kita, sayangku Beam." Balas Forth bersamaan dengan pintu utama menuju aula terbuka lebar untuk mereka masuk dan musik yang familiar mulai menggema memenuhi aula.
"Upacara pe..pernikahan kita? Kau bercanda, kan?" Beam tercengang saat melihat ke dalam aula. Dia tidak percaya jika ia menghadiri upacara pernikahannya sendiri yang benar-benar luar biasa indah.
(Bayangkan saja ada banyak orang di aula ini ..)
"Tapi kartu undangan pernikahan itu?"
"Itu hanya kamuflase untuk membawamu ke aula ini." Forth terkekeh sambil menarik Beam agar berjalan bersamanya. "Lihatlah para tamu." Dia menyuruh Beam untuk melihat sekelilingnya.
Semua orang yang Beam kenal ada di sana. Teman mereka, Mommy Jane dan anak-anak dari panti asuhan hadir di sana untuk menghadiri upacara pernikahan mereka.
"Tapi Forth, aku bahkan tidak menulis ikrar pernikahan." Kata Beam dan mulai merasa panik.
"Aku juga, Sayang. Kita katakan saja apa yang ada dalam pikiran kita nanti." Forth berbisik saat mereka berdua berjalan di sepanjang altar, bergerak menuju pendeta. "Ikuti saja aku dan jika kau gugup, lihatlah ke dalam mataku, oke." Katanya untuk menenangkan kegelisahan Beam.
"T ..tapi .. bagaimana dengan cincin pernikahan kita?" Beam tergagap saat menanyai Forth tentang cincin itu.
"Kau tidak perlu khawatir, Beam. Semuanya telah disiapkan." Forth meyakinkan calon suaminya.
"Bagaimana bisa aku tidak gugup jika aku tidak ikut dalam persiapan pernikahanku sendiri." Beam berbisik cemas yang membuat Forth tertawa pelan mendengar ucapannya.
Meskipun tidak begitu mengerti tentang pernikahannya sendiri, Beam sangat bersyukur bahwa semuanya berjalan lancar. Dia merasa lega dia berhasil mengucapkan sumpahnya dengan lancar. Dan cincin yang dipilih Forth untuk mereka begitu indah dan pas di jarinya.
Keduanya, Beam dan Forth tidak bisa menahan air mata mereka lagi, ketika pendeta akhirnya mengesahkan mereka sebagai pasangan suami-suami. (?)
Forth perlahan menarik Beam mendekat, dengan air mata yang masih menetes di pipinya dan senyum terukir di wajahnya ia membungkuk untuk mencium bibir merah Beam dengan bibirnya.
"Akhirnya, kau milikku, Beam." Kata Forth setelah mereka mengakhiri ciuman dan menempelkan dahi mereka satu sama lain. "Aku sangat bahagia hari ini. Terima kasih telah memberikan semua milikmu padaku, my beautiful Beam."
"Aku juga bahagia, Forth. Ini adalah hari terbaik dalam hidupku dan terima kasih telah mempersiapkan upacara pernikahan yang indah ini untukku. Aku mencintaimu suamiku yang tampan." Jawab Beam sambil menangis. "Tapi Forth, berjanjilah kau tidak akan pernah berbohong lagi padaku."
"Maaf tentang itu, dan aku berjanji tidak akan pernah berbohong padamu lagi." Balas Forth dan mencium suaminya sekali lagi sebelum mereka meninggalkan ruang pernikahan untuk pergi ke pesta pernikahan mereka.
Beam dan Forth bahagia karena mimpi-mimpi itu, mereka akhirnya menemukan belahan jiwa dan pasangan sempurna mereka yang akan mereka cintai dan bahagiakan selamanya sampai akhir waktu. Keduanya tahu bahwa mereka masih memiliki perjalanan panjang untuk memulai, tetapi mereka siap secara mental untuk mengatasi setiap rintangan yang akan datang ke dalam hidup mereka, selama mereka saling memiliki satu sama lain untuk melewatinya.
-FIN-*Huraaayyy..akhirnya end juga :-D
Abis ni mau fokus ama soulmate 2 dan cerita MingKit yang baru.
See yaaaaaaa mumumuuuu :-*
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 1 (FORTHBEAM FANFIC)
Fanfiction"Aku tidak tahu, Kit. Aku tidak berpikir pernah berhubungan dengan seorang pria sebelumnya, tapi aku memiliki mimpi yang sama selama hampir satu bulan mengenai seorang pria yang terus berkata bahwa ia akan selalu mencintaiku. Dan hatiku mengatakan...