"Mommy Jane! Tolong, Mommy Jane! P 'Beam berdarah!" Teriak Stephanie sambil berlari mencari Mommy Jane.
Forth sedang mengobrol dengan ibu Jane ketika mendengar jeritan itu. Dia tidak bisa percaya dengan apa yang ia dengar dan bergegas keluar untuk mencari Beam. Bahkan yang lain juga melakukan hal yang sama. Mereka benar-benar takut sesuatu yang buruk terjadi pada Beam.
Jantung Forth hampir berhenti ketika ia melihat Beam terbaring di tanah memegang perutnya. Beam mengerang kesakitan. Kemeja putihnya berubah merah di sekitar perutnya karena darah.
"Beam!!" Air mata Forth mulai jatuh ketika ia merengkuh Beam. Dia panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untung baginya, Phana dan Kit ada di sana.
"Forth, bawa dia ke dalam! Kit, ambil tasku dari mobil dan bawa padaku!" Phana berteriak sambil melemparkan kunci mobilnya ke Kit.
Forth cepat melakukan seperti yang dikatakan Phana dan membawa Beam masuk.
"Ya Tuhan, Beam!" Mommy Jane menangis saat melihat darah di tubuh Beam.
Anak-anak juga mulai menangis. Wayo dan Ming cepat mengajak mereka berkumpul di ruang tamu dan menghibur mereka, memberitahu mereka agar tidak khawatir dan Beam akan baik-baik saja di bawah perawatan Phana.
Beam dibawa ke tempat tidur. Forth segera minggir setelah ia merebahkan Beam, untuk memberikan ruang pada Phana.
"Forth, tolong aku melepas bajunya."
Forth mengangguk dan cepat-cepat menarik kemeja Beam sementara Phana menutup luka itu dengan tangannya untuk menghentikan pendarahan. Setelah kemeja Beam terlepas, Phana mulai memeriksa lukanya
"Pha ... D..dia menikamku de .. dengan p .. pisau pena. Aku r..rasa itu ti...tidak.. terlalu..dalam. Aku berhasil..menahan.. pisau it..itu agar tidak.. menusuk terlalu dalam." Kata Beam serak.
Phana mengangguk. Tapi sebagai dokter, ia masih harus memeriksa. "Forth, tolong pegang dia. Dan Beam, aku minta maaf jika ini akan menyakitimu, tapi aku harus memastikan sebelum aku menjahit lukamu." Phana mengambil nafas dalam-dalam dan menekan ke dalam luka itu. Untung dia masih memakai sarung tangan karetnya, jadi sedikit lebih mudah baginya untuk mendeteksi seberapa dalam pisau itu menembus kulit.
"Arghhh!" Beam menjerit kesakitan.
Forth memeluk Beam erat untuk menahannya agar tidak bergerak sambil membisikkan kata-kata menenangkan pada Beam untuk menenangkannya.
"Kau benar-benar beruntung luka itu tidak terlalu dalam dan hanya perlu dijahit." Kata Phana sambil mengambil tas yang diberikan oleh Kit yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Dia menghela nafas dan mengeluarkan semua yang dia butuhkan untuk menjahit luka itu. "Forth, mungkin kau harus meninggalkan kami karena Kit sudah di sini untuk membantuku. Jangan khawatir tentang Beam, dia akan baik-baik saja."
Forth enggan, tetapi karena ia melihat senyum tenang Beam, ia perlahan keluar dan bergabung dengan yang lain dengan khawatir terpancar di wajahnya.
Butuh lebih dari setengah jam untuk dua dokter itu untuk menangani luka Beam. Phana dan Kit akhirnya mendesah lega melihat Beam baik-baik saja.
"Kau benar-benar membuat kami takut, Beam. Bagaimana ini bisa terjadi?" Phana bertanya sambil membersihkan kekacauan yang dibuatnya.
"Ayah Stephanie... mencoba untuk menculiknya. Aku tidak...punya pilihan selain menolongnya." Jawab Beam serak.
"Kenapa kau tidak meminta bantuan kami?" Kit memarahi Beam saat ia menyuntik Beam dengan obat untuk mengurangi rasa sakit.
"Maaf ... aku buru-buru .. Aku hanya ingin menyelamatkan Stephanie."
"Sebaiknya kau bicara dengan Forth. Dia benar-benar takut melihatmu seperti itu." Ucap Phana sambil menepuk paha Beam.
"Dimana ... dia? Bisakah kau ... memanggilnya untukku?"
Kit mengangguk dan pergi mencari Forth.
"Jangan banyak bergerak, Beam." Saran Phana pada Beam sebelum ia meraih tasnya dan meninggalkan ruangan untuk memberikan Beam dan Forth privasi.
"Beam .." Forth gemetar saat ia mendekat pada Beam dan memegang tangannya. "Apa kau yakin kau baik-baik saja?" Tanyanya cemas.
"Aku akan .. jauh lebih baik jika kau memberiku ciuman." Beam tersenyum.
Forth menghela nafas dan segera mencium bibir Beam. "Kau membuatku takut, Beam." Air matanya mulai turun saat dia mengucapkan kata-kata itu.
"Jangan menangis, Forth. Aku baik-baik saja sekarang, meskipun rasa sakit masih ada." Beam meyakinkan Forth dan mengusap air mata tunangannya.
"Aku pikir aku akan kehilanganmu."
"Tapi kau tidak. Aku ... masih di sini."
Forth mengangguk dan mencium bibir Beam sekali lagi, hanya untuk memastikan bahwa Beam masih bernapas.
"Senyum ..., Forth. Aku tidak ingin kau membuat khawatir anak-anak."
"Beam, Forth ..maaf mengganggu, tapi bolehkan kita masuk?" Tanya Mommy Jane sambil mengintip ke dalam.
"Tentu .., Mommy Jane." Forth memberi isyarat kepada Mommy Jane untuk masuk.
"Maaf, tapi Stephanie ingin melihatmu. Dia tidak berhenti menangis." Mommy Jane mendorong Stephanie berjalan menuju Beam.
"Steph .. sini .."
"P 'Beam .., Kau mengatakan tidak ada yang akan terluka .. tapi sekarang kau terluka." Stephanie berkata di antara isak tangisnya.
"Tapi kau lihat, Steph .. aku tidak sakit.. lagi. P 'Pha telah menyembuhkanku." Beam menjawab sambil menyeka air mata gadis itu.
"Aku sudah menelepon polisi dan mengatakan kepada mereka tentang ayahnya. Mereka akan mencarinya, dan kau tidak bisa pergi sampai mereka datang dan menanyaimu tentang insiden itu."
"Aku mengerti, Mommy Jane. Aku senang Steph aman." Beam mencium tangan gadis itu dan memegangnya dengan kuat.
"Kau juga harus menghibur Forth." Mommy Jane menggoda Forth.
"Aku baik-baik saja, Mommy Jane." Forth cepat menjawab.
"Kata seseorang yang menangis seperti bayi." Mommy Jane tertawa dan mengajak Stephanie untuk meninggalkan ruangan. "Panggil kami kalau kalian berdua butuh sesuatu, oke."
"Terima kasih, Mommy Jane." Kata Forth sambil duduk kembali di samping Beam.
"Forth, aku benar-benar minta maaf sudah membuatmu menangis." Beam menangkup wajah Forth dan membelai pipinya dengan lembut.
"Tidak apa-apa, Beam. Sekarang, aku tahu bahwa kau baik-baik saja, aku merasa jauh lebih baik." Kata Forth sambil memegang tangan Beam dan menciumnya dengan lembut. "Beam, ayo kita menikah setelah kau sembuh."
"Tapi bagaimana orang tuamu? Mereka masih belum tahu tentang aku."
"Emm, aku sudah memberitahu mereka tentangmu pagi ini, aku bahkan mengirimi mereka fotomu."
"Foto yang mana?"
"Yang aku ambil diam diam saat kau sedang tidur."
"Aku sedang tidak mengeluarkan air liur, kan?"
"Tidak. Ini, lihat sendiri."
"Apa yang orangtuamu katakan?"
"Mereka menyuruhku untuk menikah lebih cepat, dan membawamu ke Selandia Baru untuk menemui mereka dan berbulan madu di sana."
"Benarkah?"
"Aku serius, jadi maukah kau menikah denganku?"
"Jika aku harus menikah denganmu, aku akan lebih dari bersedia, Forth." Beam memberikan jawabannya.
"Terima kasih, Beam. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan apa yang aku rasakan sekarang."
"Kau tidak perlu mengatakan apa pun, Forth. Cukup dengan menciumku." Pinta Beam.
Forth tertawa sambil perlahan membungkuk dan dengan lembut mengunci bibir Beam dengan bibirnya seperti yang Beam minta.
*lalalalalaa pengen cepet2 nyelesein ini trus trans cerita MingKit yang baru :v
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 1 (FORTHBEAM FANFIC)
Fanfiction"Aku tidak tahu, Kit. Aku tidak berpikir pernah berhubungan dengan seorang pria sebelumnya, tapi aku memiliki mimpi yang sama selama hampir satu bulan mengenai seorang pria yang terus berkata bahwa ia akan selalu mencintaiku. Dan hatiku mengatakan...