Beam dan Forth adalah yang pertama tiba di panti asuhan, diikuti oleh Phana dan Kit beberapa menit kemudian. Kemudian saat mereka sibuk mengambil barang dari bagasi, Ming dan Wayo datang melengkapi mereka.
"Nah, karena semua orang sudah di sini, ayo kita masuk dan mengejutkan anak-anak." Kata Beam sambil berjalan menuju panti asuhan bersama teman-temannya menyusul di belakang, membawa kardus-kardus di tangan mereka.
Begitu mereka masuk ke dalam panti asuhan, mereka disambut oleh jeritan yang datang dari anak-anak yang berlari menuju ketiga dokter tersebut.
"P 'Beam !! P' Pha !! P 'Kit !!" Ketiga dokter itu dengan cepat meletakkan apa yang mereka pegang di meja panjang yang besar dan memeluk anak-anak yang telah melompat memeluk dan mencium pipi mereka berulang-ulang.
"Oh Tuhan! Aku dikerubuti oleh lebah-lebah besar !!" Kit berteriak dan memeluk mereka semua.
"Kalian semakin tinggi dariku! Tidak adil!" Beam berseru dalam tawanya.
Sementara itu Phana hanya bisa tertawa ketika anak-anak mulai menggelitikinya.
Ketiga dokter itu sudah tergeletak di karpet tebal bersama anak-anak yang menerjang di atas mereka. Forth, Ming dan Wayo tak bisa menahan senyum melihat mereka sambil menaruh apa yang mereka membawa ke meja yang sama.
"Anak-anak ..tolong ..berhenti..aku harus mengenalkan kalian dangan tiga temanku yang lain." Beam berkata sambil menunjuk dua anak-anak yang besar untuk membantunya berdiri, kemudian ia membantu Kit dan Phana untuk bangun dari karpet.
"P 'Beam, siapa dia? Dia tampan sekali!" Salah satu gadis kecil yang terus memegang tangan Beam, menunjuk Forth.
"Itu P' Forth."
"Dia menakutkan!" Kata anak kecil yang sedang digendong oleh Phana.
"Jika kau takut padanya, kau tidak bisa makan manisan yang dibuatnya, Mick. Itu enak sekali." Kata Beam pada bocah itu.
"Baiklah .. Aku mencabut kata-kataku." Anak itu berbisik pada Phana, meminta untuk diturunkan lalu bergegas menghampiri Forth. Begitu ia berada di depan Forth, ia mengangkat tangannya dan memberi isyarat Forth untuk menggendongnya.
Forth tersenyum dan melakukan apa yang dimintanya.
"Kau benar-benar membuat manisan?" Anak itu bertanya sambil menyipitkan matanya, menatap Forth.
Forth mengangguk.
"Kalau begitu, mulai sekarang, kau akan menjadi P' favoritku."
"Bagaimana denganku?" Rengek Phana.
"Aku akan mengambil alih tempatnya, P 'Pha!" Seorang gadis kecil yang lucu dalam gaun merah muda menarik lengan Phana yang kemudian beralih ke gendongan Phana, tersenyum gembira.
"P 'Beam, yang dua lainnya?" Tanya May, gadis yang tertua di antara anak-anak.
"Itu teman P' Forth, P' Ming dan P 'Wayo." Beam mengenalkan dua lainnya.
"P 'Ming, kau tertarik pada P' Kit?" Gadis itu bertanya dengan senyum miring di wajahnya.
"Err ... kenapa kau bertanya?"
"Matamu selalu menatapnya sejak tadi!" Dia berkata menggoda.
"Itu karena dia imut." Kata Ming sambil tersenyum.
"Itu, aku setuju!" Gadis itu terkekeh.
"Aku tidak imut! Aku .. aku .."
"Menggemaskan!" Bahkan anak-anak lain berpikir yang sama.
"Cukup! Aku pergi!"
Kit mencoba untuk pergi, tapi anak laki-laki besar menyuruh anak-anak kecil berkerumun di sekelilingnya hingga ia tidak bisa bergerak.
"Kau tidak boleh pergi, P' Kit! Kami sangat menyayangimu!" Jerit anak-anak.
"Baiklah..baiklah ..aku tidak akan pergi. Bagaimana aku bisa pergi meninggalkan kalian yang menggemaskan seperti ini."
"Yeay !!" Mereka berteriak dan mencium pipi Kit.
"P 'Beam, apa P' Wayo benar-benar seumuran denganmu?" Ohm, anak laki-laki tertua bertanya sambil menatap wajah baby face Wayo.
"Ya, kenapa kau bertanya?"
"Dia terlihat sangat muda!"
"Yah, itu karena faktor genetik keluargaku." Wayo menanggapi dengan senyum lebar.
"Oh, May, di mana Mommy Jane?" Beam bertanya pada gadis tertua.
"Dia pergi ke pasar untuk membeli beberapa belanjaan."
"Aah ... Kalau begitu, kau anak laki-laki besar, bisakah kau membantu kami membawa beberapa kardus keluar dari mobil. Mungkin kita bisa mulai dengan periksa kesehatan terlebih dahulu sebelum mommy Jane kembali dari pasar." Kata Beam dan memberi isyarat agar anak laki-laki besar itu mengikuti mereka.
Pada saat yang sama, sebuah truk besar membawa kasur yang mereka beli telah sampai di panti asuhan. Bahkan pengiriman makanan juga sudah ada di sana. Beam harus memanggil semua orang untuk membantu hingga mereka bisa membawa semua barang ke dalam dan selesai lebih cepat untuk memulai pemeriksaan kesehatan. Saat Beam sibuk memerintahkan gadis-gadis besar untuk membantunya mengatur makanan di atas meja, dia mendengar sebuah suara kecil memanggilnya.
"P 'Beam ..."
Beam menunduk dan senyumnya melebar saat melihat Stephanie, gadis kecil yang mereka selamatkan dari ayahnya yang kasar, berdiri di sampingnya.
"Ya, Steph?"
"Aku merindukanmu .."
"Aku juga merindukanmu .." Beam memeluk gadis itu.
"P 'Beam .."
"Ya, Steph?"
"Aku melihat ayahku dan aku takut .."
Beam bisa merasakan Stephanie mencengkeram erat kemejanya meskipun dia tidak menangis.
"Kapan kau melihatnya?"
"Tiga hari yang lalu."
Beam mulai khawatir. "Apa kau memberi tahu Mommy Jane?" Dia bertanya.
"Tidak."
"Kalau begitu, ayo kita katakan padanya hari ini, jadi kami bisa melindungimu, oke?" Kata Beam untuk menghibur gadis itu.
"Apa kau benar-benar akan melindungiku?"
"Aku akan. Aku berjanji."
"Tapi, P 'Beam, jangan sampai terluka."
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Aku bermimpi ayahku akan menyakitimu."
"Jangan khawatir. Itu hanya mimpi. Aku berjanji tidak ada yang akan terluka."
Stephanie mengangguk dan memeluk Beam erat-erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE 1 (FORTHBEAM FANFIC)
Fanfiction"Aku tidak tahu, Kit. Aku tidak berpikir pernah berhubungan dengan seorang pria sebelumnya, tapi aku memiliki mimpi yang sama selama hampir satu bulan mengenai seorang pria yang terus berkata bahwa ia akan selalu mencintaiku. Dan hatiku mengatakan...