Kedua mata Cokelat menatap lurus ke depan. langit-langit putih khas warna rumah sakit lah yang ada dalam pandangan hampa mata cokelat itu.. ekspresi wajah datar dan dingin menghiasi wajah tampan pucat pemilik dua mata cokelat itu.. tubuh yang sedikit bergetar berbaring di tempat tidur bersepreikan biru langit, telapak tangan kirinya mengepal kuat seakan sedang menahan sesuatu, dan tentu jarum infus menancap di pergelangan tangan kanan Phana, ya Phana lah sang pemilik mata cokelat dan wajah pucat itu, tubuhnya berbaring di kamar rawat khusus St Thomas’ Hospital London Inggris yang ia tempati dari satu minggu yang lalu. Ia sekarang sedang berjuang melawan kecemasan dan ketakutanya sendiri di ruangan itu, setelah sebelumnya ia melakukan jadwal terapinya bersama salah satu dokter Psikologi terbaik di Inggris. Prof Jhon.
Keadaannya masih belum setabil, setelah melakukan kognitif terapi keadaannya benar-benar sangat mudah berubah, mental Pha kembali sangat rapuh karena semua ingatan kenangan buruk itu telah semakin jelas.
Setiap detail dari kejadian buruk itu kini sangat jelas di kepalanya, seolah kenagan itu berputar nyata di depan matanya. Tapi ini lah proses yang harus Phana lewati. Memang seperti inilah Kognitif terapi yang dirinya pilih untuk lakukan.. menggali setiap bagian ingatan yang mengakibatkan timbulnya Ombrophobia miliknya, memperjelas semua ingatan itu hingga ke titik bagian terkecil dari ingatan itu pun harus di gali. Karena untuk menyembuhkan Ketakuannya pada hujan itu berarti ia harus menghadapi semua kejadian buruk yang menlatarbeakangi ketakutanya itu.
Ingatan Sosok Ayah yang memberinya luka besar dalam hati Ibunya, suara-suara teriakan dalam pertengkaran orang tuanya, kegelapan yang selau menemaninya bersembunyi di bawah tangga rumahnya, teriakan terakhir dan pemandangan tubuh kaku bermandikan darah Ayahnya, rasa bersalah yang selalu mengunci hantinya dan hal yang menjadi mimpi buruk untuk waku yang lama adalah pemanadnagan butiran air yang beramai-ramai turun dari lagit bersamaan suara tetesan dari butiran air itu selalu mengiringi semua kejadian buruk di masa kecilnya.
Meskipun ha itu harus di jalani Phana, tapi ia tak mampu menanggung semua itu sekaligus, dan hal itu yang membuatnya kondisi fisiknya menurun dan harus di rawat sekarang.
Sudah dua minggu dari terakhir Pha pergi ke dari Thailand untuk memulai pengobatan Phobianya di Inggris dan sudah sekitar satu minggu Pha berada di kamar rumah sakit untuk memulihkan fisik dan mentalnya.
Sementara Pha masih berbaring dengan mata masih menatap langit-langit tanpa ekspresi, dua orang berdiri di ambang pintu kamar mengamati keadaannya dengan serius.
"Prof.Jhon bagai mana menurut anda kondisi Pha sekarang?" tanya Reen mengalihkan tatapanya dari Pha ke Prof.Jhon yang berdiri disampingnya
"Keadaannya lebih baik setelah melakukan terapi lanjutannya" jawab Prof.Jhon masih mentap Pha, ia keadaan Pha yang seperti ini adalah lebih baik
Reen menganggukan kepanya menyutujui apa yang di katakan Prof.Jhon, keadaan Pha sebelumnya terutama pada kurun waktu satu Minggu setelah Kognitif terafi pertamnya sangatlah buruk, Pha akan histeris dan tenang secara tiba-tiba. Mentalnya sangat kacau. Reen mengalihkan padanganya kembali pada Pha dan menatapnya dengan cemas
"Apa Pha bisa melewati semua ini?” kata Reen
"Jagan khawatir, tekadnya sangat besar untuk sembuh, jadi kita harus beri waktu lebih untuknya menerima masa lalunya" jawab Prof.Jhon seraya melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Pha.
"Aku harap begitu" Reen menatap Pha sebentar sebelum ia melangkahkan kakinya menyusul Porf Jhon keluar. Dan menutup Pintu kamar pasyen itu pelan, menngglakan Pha sendiri di dalam
“Di lihat dari kemajuan kesetabilan mental Pha, kemungkinan Pha akan bisa melalui ini dengan cepat...Tapi kita harus memanggil Ibunya datang lemari" Prof.Jhon mengheentikan langkahnya, beralih menatap Reen
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU
FanfictionHighest Rank : 103 in Fanfiction Salah satu Risiko untuk menjadi DIAM adalah orang lain dapat mengisi kediamanmu dengan interprestasi mereka sendiri. . ~ Kamu membosankan ~ Kamu menyedihkan ~ Kamu aneh ~ Kamu hanya peduli pada dirimu sendiri Saat m...