Dua Minggu Kemudian ...
Adria duduk termenung di dalam kamar yang selama dua minggu ini ia tinggali di rumah Damien. Tangannya terulur ke depan dan matanya menatap pada jari manisnya yang tersemat sebuah cincin bermatakan berlian yang berkilauan. Adria tak menyangka kehidupannya akan berubah dalam waktu singkat, yang dari keluarga hangat dan bahagia bisa menjadi keluarga yang berantakan. Lalu bertemu dengan Damien dan merasakan kekosongan dalam keluarganya kembali terisi.
Cincin berlian itu masih berkilauan seakan menghipnotis Adria, matanya hanya sesekali mengedip dan helaan napas kembali terdengar pelan. Tepat sehari sebelumnya, Damien memberikannya sebuah cincin berlian sebagai pengikat hubungan mereka.
"Aku masih tak percaya sebentar lagi akan menjadi istri Damien," ujar Adria yang kembali menghela napasnya.
Adria bangun dari duduknya di ranjang kemudian berjalan menuju cermin lemari, menatap pantulan dirinya sendiri yang sangat berbeda dari sebelumnya. Dari gadis desa yang hanya berpenampialn sederhana, kini segala yang ada pada tubuhnya adalah barang-barang mahal, karena Damien memanjakanya.
Dress bagus, sepatu mahal dan tas yang juga mahal. Padahal Adria tak pernah meminta dibelikan, cukup berpakaian rapi baginya sangat menyenangkan. Namun ia tetap menerimanya dengan senang hati, bisa berpenampilan bagai orang kota.
"Kau akan kuliah hari ini?" suara rendah dan dalam terdengar mengalun, menyentakkan Adria dari lamunannya.
Adria berbalik dan menatap tubuh Damien yang sedang berandar di kusen pintu kamar, dengan kedua tangan terlipat di dada. Adria pun berjalan mendekati Damien dan mengangguk.
"Ya, tapi hanya satu mata kuliah, setelah itu aku pulang," jawabnya.
"Aku akan mengantarmu," ujar Damien.
"Tidak usah, aku ingin naik bis," balas Adria.
Damien mendengus dan melangkah ke dalam, menghampiri Adria kemudian berdiri di depannya dengan tatapan menghunus tajam. Ia pun menunduk sedikit hingga wajahnya bertatapan sejajar dengan Adria.
"Aku tidak akan membiarkanmu naik bis dan tersesat lagi," kata Damien.
Adria membulatkan matanya dengan wajah malu, "Jangan ungkit lagi, aku malu!"
Dengan sebal Adria memalingkan wajahnya sedangkan Damien terkekeh pelan dan menyentuh pinggulnya lalu membawa tubuh Adria mendekat padanya.
Adria merasa kejadian minggu lalu sangat memalukan, di mana dirinya pertama kali menaiki bis di London dan pulang seorang diri. Bukan pulang ke arah rumah Damien, tapi Adria pergi ke tempat lain tanpa bertanya. Beruntungnya dia menelepon Damien dan mengatakan dirinya tersesat.
"Bersiaplah, kita pergi sekarang." Damien melepaskan rengkuhan tangannya dan berjalan ke arah luar, meninggalkan Adria yang masih berdiri di tengah kamar.
(^0^)(^0^)
"Aku akan menjemputmu, hubungi aku jika kau sudah keluar," ujar Damien dari balik kemudinya.
Adria mengangguk dan tersenyum, "Aku ingin pulang dengan teman baruku, boleh?"
"Tidak," jawab Damien singkat dan tegas dengan nada tak terbantahkan. Jika Damien sudah berkata tidak, maka Adria harus patuh.
Adria membuka pintu mobil dan keluar, berdiri di samping mobil Damien dan melambaikan tangannya pada pria itu. Tak berapa lama, mobil audi milik Damien pun pergi meninggalkan Adria yang turun di depan gerbang universitas.
"Adria!" suara seruan terdengar dari arah lain.
Adria menoleh ke dalam gerbang dan melihat seorang gadis berambut merah berlari ke arahnya sambil tersenyum dengan hangat. Gadis itu berdiri di depan Adria dan menyapanya dengan ramah. Teman baru Adria sejak dia pertama kali menginjakkan kakinya di universitas seminggu yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damien's Lover ✔ [Tersedia di Google Play & platform Kubaca}
RomanceSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY DAN KUBACA. Damien's Lover BOOK 1 (Damien & Adria) PLAGIAT GET AWAY FROM HERE! Damien Romanov, si iblis tampan berwajah malaikat. The bastard, psychopath, cool and mysterious. Seorang pengacara handal, pemilik club tern...