Bab 25.2 : Bad News

154K 9.6K 767
                                    

Adria dan Alan tiba di sebuah apartemen yang ada beberapa mobil polisi dan ambulan di depan gedungnya. Saat ini mereka berada di koridor apartemen menuju kamar Luciana. Dengan kaki yang masih melemas karena ini berita buruk yang kedua yang ia dengar setelah kematian sang ibu, Adria mencoba kuat.

"Banyak polisi," ujar Adria saat melihat beberapa polisi berada di depan sebuah kamar apartemen yang pintunya terbuka.

Alan mengangguk dan membawa Adria semakin mendekat padanya, beberapa penghuni apartemen bahkan sudah berkumpul disana dan melihat bagaimana keadaan kamar apartemennya. Adria melihat keadaan apartemen itu yang terlihat rapi dan beberapa polisi di dalam sedang berkumpul melakukan penyelidikan.

"Permisi," Alan menerobos masuk bersama Adria ke dalam apartemen. Ada seorang polisi yang menghadang mereka agar tak masuk.

"tidak boleh masuk, kami sedang melakukan penyelidikan," ujar polisi yang menghalangi mereka.

"Kami teman kuliahnya, boleh saya masuk dan melihat keadaan Luci untuk terakhir kalinya?" kata Adria dengan wajah sendunya.

Polisi itu menatap Adria dan Alan kemudian mempersilahkan mereka masuk dan membimbing agar Adria dan Alan tak menyentuh apapun yang ada di sana. Mereka di bawa ke ruang makan dan di sana ada sebuah kantung mayat di lantai.

Adria merinding sampai seluruh bulu di tubuhnya meremang, bahkan kakinya melemas dan keningnya berkeringat melihat kantung mayat di depannya. Dengan segera Adria meraih jaket Alan dan mencengkeramnya.

Alan yang paham Adria ketakutan pun segera menoleh, "Kau takut? Apa sebaiknya kita keluar?"

Adria menggeleng pelan, "Aku ingin melihat kondisinya untuk terakhir kali."

Mereka berdua masih berdiri dan polisi yang membimbing mereka pun mendekati kantung mayat, menurunkan zipernya dan menunjukan mayat Luci di dalamnya. Luci yang terbujur kaku dengan wajah pucat pasi, mata terpejam dan hidung juga mulut terdapat darah yang sudah mongering. Di beberpa bagian tubuhnya sudah membiru.

Adria mundur dengan keringat semakin membanjiri wajahnya, kedua tangannya gemetar dan rasa mual seketika menghantam tubuhnya. Dia ingin muntah, dan demi Tuhan melihat kondisi Luci yang mengenaskan membuatnya ingin pingsan.

"Tidak mungkin," gumam dengan wajah memucat.

Adria terus mundur sampai tubuhnya membentur sesuatu dan berteriak ketakutan, "Aaargh!"

Adria berbalik dan memeluk tubuh seseorang yang berada di belakangnya, air mata mengalir dari mata indahnya dan tubuhnya gemetar.

"Hey nona," pria yang Adria peluk menepuk bahunya dan mencoba emnjauhkan tubuh mereka.

Adria menggeleng dan mengeratkan pelukannya ketakutan. Dia sungguh ketakutan dan rasa mual semakin menghantamnya, bagaimana pun keadaan Luciana mengingatkannya pada keadaan sang ibu yang mati terbunuh dulu. Rasa trauma itu seperti memaksanya untuk kembali di ingat, dia takut pada kasus pembunuhan. Adria sangat ketakutan.

"Aku takut, hiks hika ..." Adria menangis ketakutan.

Pria yang dipeluk olehnya hanya menepuk bahunya agar Adria segera melepaskannya. Setelah beberapa saat Adria menangis, ia pun segera melepaskan pelukannya dan mengusap wajahnya. Adria juga menyusut ingusnya dengan lengan coat-nya hingga terlihat sangat jorok.

"Maaf, bajumu ada jejak air mata dan ingusku," kata Adria sambil mengusapi seragam polisi yang dikenakan pria di depannya.

Setelah tersadar, Adria membelalakan matanya saat menyadari bahwa yang ia tangisi adalah seorang polisi. Dengan leher kaku Adria menoleh ke atas, menatap dada bidang dan kokoh yang berada dalam balutan pas seragam polisi. Lalu ada bahu lebar yang sama kokohnya, naik ke atas ia menemukan rahang yang tegas dan sedikit berjambang. Lalu matanya bergulir semakin ke atas, melihat bibir yang unik bagai bibir joker dengan hidung yang tinggi, mata yang tajam berwarna hitam dan alis yang tebal.

Damien's Lover ✔ [Tersedia di Google Play & platform Kubaca}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang