Part 3

59.4K 3.4K 55
                                    

"Andila, pulang" tiba tiba suara seseorang yang kukenal memanggilku dan menarikku paksa masuk kedalam mobil.

*******************voteterlebihdahulu****

Di dalam mobil hanya suara lagu yang menemani perjalanan kami. Wajah devan terlihat sangat dingim.

Kami sampai di apartemen milik kami. Devan jalan keluar terlebih dahulu meninggalkanku sendirian di dalam mobil. Tak lama dia keluar dari mobil aku juga keluar dari mobil. Aku bingung apa aku mengejarnya atau masuk ke apartemen milikku.

Setalah beberapa menit berpikir, akhirnya aku masuk kedalam apartemenku. Lebih baik begini. Aku mengunci pintu.

Aku membersihkan diriku lalu masuk ke dalam gulungan selimut tebal milikku dan tertidur.

***************************
Keesokkan paginya.....

Aku mencheck handphoneku, tak ada satu pesan ataupun panggilan dari devan. Dia benar benar marah padaku. Lebih baik aku ke kamarnya. Aku keluar dari kamarku.

Kamarku dengan devan beda satu lantai saja. Aku di lantai 25 dia berada dilantai 26.

Aku membunyikan bel. Tak ada jawaban. Apa devan sudah pergi? batinku

Lebih baik aku menyusulnya ke kampus. Aku berjalan ke basement. Ternyata dugaanku benar, devan sudah pergi. Kali ini dia benar benar marah padaku.

Aku mengendari mobilku ke kampusku. Setelah sampai di kampus. Aku berjalan ke ruangan devan.

Aku mengetuk pintu sebelum masuk. Aku berjalan masuk kedalam ruangannya.

"Devan" panggilku. Devan masih mengacuhkanku. Ku lihak wajahnya, matanya bengkak. Apa dia menangis semalam?

Aku duduk di kursi di depannya. Setelah beberapa menit, tak ada balasan dan perkataan yang ingin devan katakan padaku.

"Maaf" ucapku sambil menunduk. Sungguh, aku tak bermaksud sampai begini. Aku mencintainya. akan tetapi, ...aku belum siap untuk menikah, Aku masih ingin mengambil spesialisku.

"Sekarang kamu mau apa?" Katanya dengan nada dingin dan datar. dia tak menatapku.

"Kalau kamu enggak mau nikah sama aku, oke fine, aku enggak maksa kamu lagi " kata devan yang membuat hatiku entah kenapa sakit?

Apa sih mau mu dila, ini yang kau maukan? Kenapa hatiku jadi ragu begini?

Ada apa dengan diriku?

"Kamu mau putus?"tanya sambil menatapku tajam. Air mataku sudah jatuh ke pipiku. Aku menggeleng.

"JAWAB NADILA? APA MAUMU HA?" teriak devan mengelegar. Tangisku semakin kuat.

Brakk... dia membantingkan laptopnya dan menjatuhkan semua kertas kertas yang ada di atas mejanya.

Dia memajukan tubuhnya ke arahku dan menarik wajahku.

"Apa yang kurang dariku? Apa aku kurang mencintaimu? Aku memberi segalanya buatmu tapi apa balasan untukku, menikah saja kau tak mau, apa kau benar benar mencintaiku?" Kata devan emosi. Aku meringis kesakitan ketika devan menarik rambutku.

"Jawab aku" katanya.

"A...a..aku mencintaimu devan...." kataku terpotong karena dia semakin kuat mencambak rambutku.

"Kalau kau mencintaiku? Kau pasti mau menikah denganku" katanya.

"Maaf, aku belum siap" kataku, dia melemaskan tarikan rambutku.

"Kenapa? Apa kau takut aku tak bisa menafkahimu? Jika iya, apa kau buta, apa pekerjaanku" katanya masih terdengar kasar dan sinis.

"Aku masih ingin mengambil spesialisku devan" kataku menatapnya.

Dia melepaskan tarikannya. Dia berjalan ke tempat aku duduk dan berlutut di sana.

"Apa setelah kau mendapatkan spesialismu, kamu mau menikah denganku?" Tanyanya dingin.

Aku menganguk dengan cepat. 

Dia mengusap airmataku dan memegang tanganku.

"Lalu apa bedanya nanti dan sekarang, lagipun saat kamu mencintai istriku, aku tak mengasihmu untuk kerja" dia berkata lembut.

"Kau tak kasian melihat ibuku dan diriku, aku sudah waktunya untuk menikah dan memiliki baby, aku sangat mencintaimu" katanya, air matanya membasahi celana panjangku.

Apa yang harus kulakukan? Apa ini benar? Ya tuhan.

Dia menatapku dengan tatapan memohon.

"Aku hanya bertanya sekali ini, jika kau menolakku, maka aku tak akan memaksa lagi dan mengulangnya, will you merry me?" Katanya sambil menatapku dengan tatapan berharap. Ya tuhan mudah mudah ini benar.

Aku mengganguk.

"Tolong katakan jangan memberiku isyarat" katanya sambil tersenyum.

"Yes, i will" jawabku. Dia memelukku dengan erat.

"Thank you honey, i love you"

************

Haloo gaes, makasih loh yang udah vote dan komen. Makin cinta deh sama kalian. ❤️❤️❤️❤️❤️

Tunggu  ya nextnya.....

Byeeee

The physchopath doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang