Bab 8

45K 2.3K 32
                                        

"aku akan membantumu, HANYA SEKALI INI SAJA" jawabnya sambil menekankan kata terakhir. Aku tersenyum lalu mencium pipinya. 

"Oke" kataku menyetujuinya.

*********************
Setelah pulang dari kampus aku. Aku ingin Pergi ke salon. Sebenarnya aku tak terlalu menyukai seperti ini. Karena pasti akan menghabiskan uangku. Tapi entah kenapa dari kemarin aku ingin ke salon.

namun, ini masih keinginanku saja. Hmm, ke salon atau makan ya?

Mungkin,mmm makan saja. Aku singgah ke sebuah cafe yang tak begitu ramai. Aku memesan burger dan air mineral.

Sambil menunggu pesanan, aku memainkan handphone. Tak lama, ada sepasang tangan yang memegang lenganku. Aku mendongkak melihat siapa yang memegang tanganku. Ternyata, seorang gadis kecil yang sangat imut menatapku dengan pandangan berkaca-kaca. 

"Mom" cicitnya. Ha? Mom, Aku melihat sekitarku tak ada siapa pun.

"Hai, kamu kenapa?" Tanyaku lembut. Dia seperti ingin menangis.

Tak lama kemudian, seorang pria menghampiri kami.

"Crashia" panggil pria itu. Mungkin ayahnya? Gadis kecil itu membalik badan dan mengulurkan tangannya untuk meminta gendong.

"Mommy" cicit kembali. Aku tersenyum lalu berdiri dan mengusap kepala gadis kecil itu.

"I'm not your mom, darling" kataku, tak sengaja pria itu menatapku jadi kami beradu tatapan.

"Maafkan anakku nona" kata pria itu sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya.

"Bolehkah kami duduk disini?" Aku menganguk menangapinya.

Tak lama kemudian pesananku datang dan gadis kecil itu juga memakan buburnya.

"Namaku revan andrio, namamu?" Tanya pria itu.

"Namaku andila, panggil saja dila" kataku sambil tersenyum. Dia membalas senyumanku.

"Aunty, ayo main kerumah sia" ajaknya setelah kami selesai menyatap makanan kami.

"Maaf sayang, tante masih ada urusan" kataku dengan mata menyesal sebenarnya aku takut suamiku melihat ini. 

Dia terlihat murung kemudian dia tersenyum.

"Boleh minta nomor handphonenya dila?" Minta revan. Aku menganguk dan dia mengulurkan hpnya. Setelah selesai, aku pamit pergi.

Sebaiknya, aku istirahat saja. Ketika aku masuk ke dalam kamarku. Aku melihat devan sedang berdiri menghadap jendela.

"Darimana?" Tanyanya dingin.

"Abis makan siang" kataku pelan sambil duduk di dekat tempat dia berdiri.

"Dengan siapa?" Tanyanya lagi. Aku tau, pasti dia cemburu. Gawat.

"Sayang, kamu kenapa sih?" Tanyaku lembut mengalihkan pembicaraan.

Dia menatapku sejenak. Ku liat urat urat di leher sudah menghilang.

"kamu ingat sudah punya suami, tetapi masih saja dekat dengan pria lain" katanya, aku hanya diam mendengarkan dia amarahnya. 

Dia berjalan ke tempat tidurku dan membaringkan tubuhnya. Aku hanya diam aku tak mau membuat devan kembali emosi.

"aku mau kita punya baby" katanya tiba tiba.

"Ha?" apa dia tidak ingin perjanjian kami.

"aku tak peduli dengan berjanjian bodoh itu, kamu istriku hakku meminta seorang anak kepadamu" katanya dingin dan tak terbantah.

"Hah? Kamu gila ya? Aku enggak bisa" kataku menolak. Dia bangkit dari tidurnya dan menatapku tajam.

"APA KARENA LELAKI ITU HAH?" Teriaknya. Sontak aku menutup mataku takut.

Aku merasakan jambakan di rambutku. Ternyata devan sudah dia sampingku. Dia menarik daguku sehingga mendongkak ke arahnya.

"AKU GK SUKA KAMU PERGI DENGAN PRIA ITU DAN ANAK KECIL" katanya sambil melepaskan semuanya.

Dia berlalu ke ruang tamu. Aku masih diam di dalam kamar. Secepat ini? Apa yang harus ku lakukan.

******************

Halohaa. Thank you for your vote and comment. Maaf gaje bgt. Banyak typo😭😭

Udah baca ceritaku yg baru "goodbyee!" Bagi yang belum ayoo bacaa yuk ☺️

The physchopath doctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang