Fifteen

1.6K 246 7
                                    

Seungwan menarik sweater hitam besar yang dipakainya hari ini. Dan dari raut wajahnya semua orang sudah pasti tahu kalau mood Seungwan sedang tidak dalam kondisi yang baik.

"Pagi, Wan," sapa Seulgi yang baru saja datang dan langsung menyimpan tas nya di samping kursi Seungwan.

Melihat Seungwan hanya memainkan sweaternya saja tak menjawab sapaannya membuat Seulgi bingung.

Seulgi duduk dan menyikut Seungwan, "kenapa? Cerita bisa kali."

"Eh eh kemaren gimana pas diperiksa dr. Hyunsik? Gua sama Irene gatau apa-apa gegara lu suruh balik duluan nih," ucap Seulgi mencoba untuk memancing Seungwan bicara.

Seungwan akhirnya menarik kedua tangannya dan diletakkan di atas meja lalu dilipat agara jadi bantalan untuk kepalanya. Wajahnya menghadap pada Seulgi yang masih menunggu respon Seungwan.

"Lu mau tau apa kata dokter itu?" Tanya Seungwan. Dengan cepat Seulgi mengangguk.

"Katanya gua harus berhenti buat nyakitin diri sendiri. Berhenti buat selalu berpikir kalau sakit bakal hilang kalau terus dihadepin. Berhenti buat selalu terlihat pura-pura kuat di depan orang lain. Dan, intinya dia minta buat gue berhenti..."

"...main hujan."

Seulgi menarik nafasnya keras. Ia sudah tahu pasti psikiter muda tersebut akan bicara seperti itu pada Seungwan. Dengan penuh empati akhirnya Seulgi menarik tubuh lemas Seungwan ke dalam pelukannya.

"Kata dokternya itu bener, Wan. Lu harus berubah. Emang mungkin bagus buat selalu berpikir kalo diri lu itu kuat tapi tolong ngerti di mana batasan lu yang seharusnya jangan dilewatin. Setiap orang punya tingkatan masing-masing, dan di sini lah sekarang lu yang udah mulai terlalu kelewat batas diri sendiri sampai bikin sakit sendiri. Coba lu berhenti pelan-pelan aja. Gua yakin lu bisa. Demi diri lu, demi kita temen-temen lu, dan demi kedua orangtua lu yang udah tenang di sana. Bisa?"

Seungwan tak menjawab dia hanya mengeratkan pelukannya pada Seulgi yang terus menerus berbicara sambil mengelus pelan punggung Seungwan.
Sampai tiba-tiba Seulgi melepas pelukannya pada Seungwan dan menatap tajam.

"Ini sweater siapa?!"

Seungwan tersenyum tipis dengan mata yang sedikit sembab karena hampir menangis di pelukan sahabatnya itu.

Tanpa bersalah dia hanya mengambil jinjingan yang sudah dibawa dari kemarin. "Sama kayak sweater kemaren. Punya Yoongi. Hehehe."

Seulgi mebulatkan matanya yang sebenarnya agak susah dibayangin gimana buletnya. Mulut yang terbuka lumayan lebar. Seungwan hanya tertawa melihat kelakuan Seulgi yang sudah pasti sengaja berlagak seperti itu agar menghiburnya.

"Biasa aja ih. Jangan gitu banget entar itu mata bisa loncat keluar terus masuk ke mulut lu. Jijik gua nanti," ejek Seungwan sambil menutup mulut Seulgi dengan paksa.

Seulgi langsung tersenyum manis memperlihatkan eyesmile nya dan memeluk Seungwan dari samping. "Gini dong ketawa, pokoknya kalo temenan sama gue harus senyum terus terus jangan sedih ya."

Aksi manis kedua sahabat itu terhenti ketika ponsel di saku rok Seungwan bergetar. Dicek sebentar ternyata ada telepon melalui line.

"Apa?"

"....."

"Bukan jutek kali tapi ngapain juga masih pagi udah nelepon."

"....."

"Yakali jam segini mau jemput ke rumah. Gua udah di kelas kali. Lelet banget sih lu, Gi."

"....."

"Lain kali aja berangkat barengnya."

"....."

"Yaudah nanti ketemu di kantin aja pas istirahat sekalian mau balikin sweater kemaren ya."

"....."

"Oke. Bye, Yoongi."

Seungwan tersenyum tipis sambil kembali memasukan ponselnya ke saku rok. Seulgi yang ada di sampingnya sudah tahu pasti alasan wanita itu tersenyum.

Yoongi.




☂☂☂




Yoongi duduk dengan santainya bersama kedua sohib tercinta, Hoseok dan Namjoon.

"Joon, gua ada info terbaru tentang Jin sama Seungwan nih," ucap Hosoek sombong sambil memperlihatkan chat di ponselnya sekilas.

"Heh! Apaan nih bawa-bawa nama Seungwan segala?" Sontak Yoongi yang tadinya duduk santai ngangkat kaki ke atas kursi lain langsung menarik kursi mendekat ke arah Hosoek dan Namjoon.

"Sekalian deh sini kita omongin," Hoseok membantu Yoongi menarik kursi.

"Gas bor."

"Jadi gini ya, kam kita udah pada tahu Seungwan itu Wendy tetangga Jin kan? Nah..."

"Ehh bentar, kok lu tahu? Darimana?" Serobot Yoongi sebelum Hosoek lanjut cerita.

"Waktu itu Jin yang cerita sendiri. Udahlah skip dulu masalah itu. Jadi..."

"Jangan ngomongin orang kalo temen deketnya duduk depan kalian. Gak pinter banget mau ngegosipnya."

Mereka berdua menoleh pada Irene yang berbicara dengan nada sarkas tapi tangan dana mata masih fokus mengikir kukunya.

"Kalo mau gabung sini aja cantik jangan takut, abang di sini gak akan ganggu kok," jawab Namjoon sambil mencolek bahu Irene.

Irene akhirnya menoleh dan memperlihatkan senyum manisnya, "lu tau gak kalau kikir kuku ini bisa nembus kulit leher lu sampe kena nadinya langsung?"

Ketiga pria itu menelan ludah dan memilih berdiri dan pergi meninggalkan kelas yang kebetulan tidak ada guru itu dibanding mati ditangan cewek yang katanya bidadari sekolahan.






☂☂☂





HEYYYY SAYANKKKKKKQQQQQ!!!!! 😘😘😘😘😘😘😘😘

yaampun apa kabar kalian?
Aku ngaret banget parah ya? Wkwkwkkw
Sebenernya aku selalu ada waktu sih buat buka wattpad cuman idenya itu gak nongol pas mau nulis malah nongol pas dosen lagi nerangin matkul :""")))))
Jadi, barulah skrg aku maksain nulis daripada nganggurin kalian yang nunggu (kalo ada)

So sorry banget kalo ini berantakan dan sedikit ada feel yg beda dari penulisan sebelumnya.

Ohya, sebenernya aku gk beneran hiatus cuman mager aja terus biar gaya nulisnya hiatus wkwkwk aku masih sering liatin notif dan baca komen kalian kok 😉😉

Enjoyyyy
Vomment jangan lupa~~~






Ohya mau promosi buat kalian yg mau kapal kalian diedit in bisa follow dan dm langsung aja akun peachcorall di instagram yaaa!!!!





-billoxx

PLUVIOPHILE [ wenga ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang