Epilog #2

1.6K 133 5
                                    

Kesibukan menyiapkan segala barang bawaan dan baju kerja sang suami hingga membuatkan sarapan sudah menjadi hal biasa bagi Seungwan setiap paginya. Setelah menikah selama 2 tahun ini tentu hal tersebut bukan hal baru.

Lalu bagaimana dengan pekerjaan yang pernah dibicarakan dulu sebagai hal yang membuat Seungwan kembali ke Korea? Pernikahan serba kilat ini menjadi alasan Seungwan memilih untuk menolak pekerjaan tersebut. Ia memilih membuat usaha sebuah kafe yang akan memberikan waktu fleksibel untuknya. Seungwan tak perlu disibukkan dengan tugas kantor hingga mengabaikan suami dan calon anak dalam kandungannya.

Setelah cemoohan orang banyak soal keterlambatan hamilnya membuat Seungwan sering menangis semalaman, kini sang anak sudah tumbuh dan berkembang baik selama 38 minggu. Hanya menunggu hitungan hari untuk hari perkiraan sang bayi lahir.

"Wan, kamu stay terus sama ponsel ya. Kalau ada apa-apa telepon aku langsung," tutur Yoongi yang berjalan menuju meja makan untuk menyantap roti bakar isi coklat dan keju.

Seungwan ikut mengambil duduk depan suaminya itu. Ia mengangguk, "Iya pasti. Kamu tenang aja kerjanya gak usah khawatir sama aku terus kan gak enak sama rekan kerja kamu."

"Tas kamu sama tas bayi udah aku pindahin ke deket sofa ruang tamu. Jadi kalo kamu tiba-tiba mau ke rumah sakit gampang," ujar Yoongi lagi.

"Ohya, tadi aku udah minta tolong Joy buat ke sini nemenin kamu tapi kayaknya gak bisa deh. Jadi Woozi aja udah aku suruh stay di rumah juga biar gampang kalo mau anterin kamu terus juga─"

Seungwan berdiri dan menarik Yoongi dari bangkunya. "Kamu ngomong hal yang sama setiap paginya. Udah sana berangkat aja nanti telat."

Yoongi mengerutkan bibirnya gemas. "Kan aku khawatir sama kamu."

Dengan senyuman merekah Seungwan mengangguk mengerti. "Iya aku tau, tapi aku juga udah paham sama semua omongan kamu ini. Jadi, kamu tenang aja kerjanya aku juga pasti bakal selalu kabarin kamu."

"Tapi, aku khawatir banget loh hari ini gak tau kenapa," tutur Yoongi sambil mengelus perut besar istrinya.

"Apaan sih, udah sana jalan kamu."

Seungwan mengambilkan kunci mobil dan tas kerja suaminya dan memberikan pada Yoongi. "Udah sana jalan." Tubuh Yoongi dipaksa menghadap pintu dan didorong keluar.

Dengan memaksa Yoongi membalikkan kembali tubuhnya. "Seungwan..."

"Apaan lagi? Udah jalan."

"Sayaaannggg..."

CUP

"Udah kan? Jalan ya. Hati-hati."

Lagi-lagi Seungwan memutar paksa dan mendorong tubuh Yoongi keluar rumah. Sebenarnya Seungwan sedikit lebih khawatir juga hari ini, karena dari tadi pagi ia bangun perutnya sudah terasa sedikit sakit pada bagian bawah. Tapi, ia rasa hanya tendangan sang anak saja.

Selepas Yoongi pergi bekerja dengan terpaksa, Seungwan langsung terududuk di sofa. Sambil bersantai ia juga memeriksa kembali tas miliknya dan tas sang bayi yang Yoongi bilang sudah dipindahkan dekat sofa.

"Baju udah popok juga udah terus selimut udah kaos kaki udah, apa lagi ya?" Gumam Seungwan sambil meneliti keperluan calon anaknya.

"Ah iya, sarung tangannya belum."

Seungwan segera berdiri sambil memegangi pinggangnya yang sangat terasa sakit. Dengan terpapah Seungwan membuka laci khusus perlengkapan bayi untuk mengambil sarung tangan. Namun, baru saja membuka laci seketika terasa sebuah tarikan kencang pada perutnya.

Langsung saja Seungwan mencari pegangan dan menahan dirinya yang perlahan terasa lemas. Namun, selang beberapa menit keadaan perutnya semakin stabil kembali.

PLUVIOPHILE [ wenga ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang