Ali meletakkan tubuh Prilly ke atas ranjang UKS dengan hati-hati, ia menatap gadis itu penuh kekhawatiran. Tapi kedatangan Beby dan Galang membuyarkan semuanya.
Ali melangkah mundur, membalikkan badan untuk segera beranjak pergi. Tapi sebelum langkahnya terangkat, Galang menarik bahu Ali agar tubuhnya kembali berbalik.
"Mau kemana?"
"Cabut ke kelas,"
"Oke. Thanks, ya!" Galang menepuk bahunya dua kali. Dan Ali menjawabnya dengan secercah senyuman.
Pria yang notabene dikatakan sebagai bad boy itu baru saja menunjukkan rasa kepeduliannya yang jarang-jarang sekali keluar. Apalagi untuk mantan kekasihnya. Ali tak peduli ia baru saja terlihat masih mempedulikan Prilly didepan Beby dan Galang, padahal Ali seakan menjadi musuh bebuyutan Prilly hingga setiap kali kumpul pasti salah satu diantaranya tak akan ada yang datang.
Ali duduk di bangkunya, mengingat tadi sehabis berdebat dengan Prilly ia ditinggal sendiri oleh Juan. Akhirnya ia memilih untuk duduk kembali, dan mengambil tembakau dari kantung seragamnya.
Semua kenangan terpampang lagi diingatannya. Dulu Prilly pernah menghuni hatinya, tapi karena rasa bosan membuatnya ceroboh mendua. Membuat Prilly merubah cinta dan persahabatannya menjadi benci hingga terpengaruh pada jalan hidupnya, apalagi sebelum kejadian hari itu mama Prilly meninggal dunia karena terkena serangan jantung.
Ali berusaha meminta maaf pada Prilly yang telanjur sakit hati, tapi gadis itu berulang kali menolak permintaan maaf Ali dengan alasan yang tentu semua orang tahu. Prilly jadi berubah, ucapan kasar Prilly membuat Ali tak bisa menahan emosi. Padahal ia penyebab Prilly jadi seperti sekarang.
Ia terus menghisap rokok itu tiada ampun karena masih tertanam kesal dibenaknya. Namun suara gebrakan meja dan perdebatan dua perempuan yang sangat Ali kenal membuatnya melempar puntung rokok itu ke sembarang arah. Diujung sana-di kantin-Ali mendapatkan Prilly sedang mengatakan sesuatu dengan nada meninggi pada Bu Wity, kemudian ketika Bu Wity terlihat menarik tangan Prilly secara kasar ia mengikutinya.
Ali memilih duduk di kantin yang memang tak jauh dari lapangan dan tentunya bisa melihat Prilly dengan jelas. Ia melihat Prilly didorong oleh Bu Wity dan pada akhirnya disuruh berlari mengelilingi lapangan sekolah yang begitu luas. Ali terus memperhatikan Prilly yang berusaha menjalani hukumannya, pun Ali sadar, wajah Prilly begitu pucat dan terus saja meremas perutnya.
"Argh, sial!"
"Napa, lu?" Ali dikejutkan oleh pertanyaan Juan yang baru saja datang dari luar.
"Nggak,"
"Santai aja kali abis bantuin mantan pas pingsan. Nggak usah deg-degan, ntar move on-nya nggak jadi-jadi hahaha," sembur Juan.
"Kampret, lo!"
"Gua tau, si Prilly masih ada di-si-ni.." Juan menunjuk dada Ali ketika mengeja kata disini.
"Nggak usah sok tau lo, bangsat!"
"Wis, jangan nge-gas dong, boy. Santai aja santai. Entar Prilly juga klepek-klepek lagi sama lau," ejek Juan.
"Bacot banget lo, setan!" Ali menoyor kepala Juan untuk yang kesekian kalinya.
"Hahaha!" Juan malah tertawa seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Best(girl)Friend
Fanfiction[SELESAI] Jangan patah semangat, cukup gue aja. Gue tahu ini cara bodoh dengan lari dari kesulitan dan ninggalin semuanya, tapi gue harap kalian ngerti. Semoga kalian nggak pernah berada di posisi gue. Biarin semua kesedihan gue kubur bareng kepergi...