Ali terus mengisap rokok itu sampai pada sisa terakhir, ia memilih menyendiri dibale halaman belakang sekolah. Sebuah tangan yang menggapai pundaknya berhasil membuat Ali bangun dari lamunan dan menoleh kearah pemilik tangan itu.
"Acara kan belum kelar, kok cabut? Ngerokok segala lagi!"
"Eh elu, Lang. Iya nih, abisnya kan panggung dipake dulu buat couple yang baru jadian.." jawab Ali sembari tertawa kecil. Entah, Galang tidak bisa mengartikan tawaan kecil yang Ali lontarkan barusan. Yang Galang yakin, kini sahabatnya sedang patah hati.
"Jangan gitu dong, Li. Jangan patah semangat. Lu perjuangin apa yang pengen lu dapetin, jangan ulangin kesalahan yang pernah lu lakuin, terus lu harus yakin kalo lu bisa!" ujar Galang seperti tahu apa yang tadinya akan Ali capai tapi terhalang karena yang ingin Ali capai telah direbut dahulu oleh orang lain.
"Siapa yang patah semangat sih? Ngaco lu, nyet!" elak Ali.
"Nggak usah ngelak lagi deh, sat. Gua tau dan bakal cari tau apa yang lagi brother gua alamin. Intinya gini aja, lu terima dulu kenyataan sekarang, biarin semuanya berjalan kayak air yang mengalir sesuai perjalanan kehidupan. Hidup itu emang keras, bro. Anggep aja sekarang lu lagi nebus dosa lu ke dia. Tapi inget, takdir seseorang nggak ada yang tau kecuali Yang Diatas," ucapan Galang membuat Ali terbangun dari menundukkan kepala menjadi mendongak kembali. Galang benar, Ali harus terima apa yang sekarang tengah menghimpitnya. Sekarang adalah jawaban untuk dosa-dosanya pada Prilly dimasa lalu, dan kini yang harus Ali lakukan adalah menerima semuanya dengan lapang dada dan berjanji tidak akan patah semangat.
"Thanks ya, bro. Walaupun kadang lu kayak bangsat, tapi ternyata lu punya sisi lain sebagai kancil yang bijak. Nggak nyangka gua," ucapnya sembari bersalaman ala laki-laki maco bersama Galang.
Galang manggut-manggut menanggapinya.
"Sebenernya dari tadi itu gua nggak ngerti apa yang lagi gua omongin... Lu ngerti nggak?" tanya Galang begitu polosnya.
"Lah kok lu kek tai sih?!" Ali berdiri dan meninggalkan Galang yang masih heran pada ucapannya sendiri.
***
Syukurlah, segala kegiatan yang ikut serta memeriahkan acara ulang tahun SMA Pahlawan Bangsa termasuk penampilan grup band tadi berjalan dengan mulus dan sukses. Tidak ada kendala. Bahkan siswa-siswi beserta guru-guru jadi tahu dan terkejut jika sekolah ini memiliki diva berbakat istimewa yang tersembunyi seperti Prilly. Bukan hanya jago dalam bidang akademi, namun non akademi Prilly pun sangat menguasainya, seperti: memasak, bermain gitar dan piano, serta yang telah kita tahu jika ia memiliki suara emas.
Prilly berjalan dikoridor sekolah seorang diri, masih dengan memakai pakaian yang membuat dirinya dijadikan pusat perhatian oleh semua orang karena kemeja yang ia kenakan begitu pres ditubuhnya. Prilly risih dengan tatapan mereka semua, apalagi disusul oleh bisikan-bisikan gosip dari para kaum hawa yang menatapnya dengan pandangan menjijikkan.
"Eh eh tuh pacar barunya Kak Mario liat deh,"
"Oh dia, yang suka keluar masuk ruang BK? Kok Kak Mario mau sih sama dia?"
"Tau deh. Kak Mario lagi ngantuk kali pas nembak dia hahaha!"
Cibiran dan tawa mereka membuat Prilly menghentikan langkahnya, menoleh dan menatap kesal kearah mereka. Prilly berusaha agar tidak terpancing emosi dengan mengepal tangannya kuat-kuat, kemudian kembali melangkah maju menuju kelasnya sembari mengelus dadanya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Best(girl)Friend
Fanfiction[SELESAI] Jangan patah semangat, cukup gue aja. Gue tahu ini cara bodoh dengan lari dari kesulitan dan ninggalin semuanya, tapi gue harap kalian ngerti. Semoga kalian nggak pernah berada di posisi gue. Biarin semua kesedihan gue kubur bareng kepergi...