"Lo mau kemana, Pril?!" teriak Beby.
"Mau ke kantin, laper!" jawabnya santai.
"Entar ada Bu Wity gimana? Lo mau kena lagi?"
"Tenang.."
"Inget, Pril.. udah kelas dua belas!"
"Udah tau," teriak Prilly kemudian hilang dibalik pintu.
"Ish, ngeselin banget sih punya sahabat! Gue kan berniat baik bilangin dia. Bodo amat deh!" gerutu Beby ditempat duduknya.
"Udah sih biarin aja," kata Galang.
"Bukannya gitu, Lang!" ujar Beby.
"Ya terus mau gimana? Nasi udah jadi bubur, mending dimakan."
"Tau ah, lo mah kek tai bercanda mulu!"
"Dih, kena lagi gue.. Nyesel gue baik,"
"Yaudah nggak usah baik mangkanya. Lo emang nggak pantes jadi orang baik," cibirnya.
"Setan!" seru Galang.
Tak lama Beby menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. Semenjak kejadian hari itu, sahabatnya yang dulu juara berubah menjadi gadis yang sama sekali tak mempedulikan apa-apa. Saking tak peduli dengan apapun, ia meninggalkan kelebihan yang Tuhan berikan pada otaknya.
Jadi nakal.
Uring-uringan.
Bodoh.
Pantas dikatakan bad girl tingkat dewa sekarang.
Prilly berjalan di koridor sekolah seorang diri. Tiba-tiba, ia melihat ada Bu Wity yang baru saja keluar dari toilet guru, untuk itu ia langsung merubah haluan dengan berbelok ke kiri, memilih lewat halaman belakang sekolah yang jarang sekali dilewati siswa-siswi lain.
Katanya sih, dibelakang sekolah yang tak pernah dilalui ini sering ada penampakan hantu. Tapi Prilly tak menjadikannya masalah, untuk apa takut pada hantu jikalau masih punya agama? Masih punya Tuhan yang bisa melindungi.
Diujung sana, sebelum ada belokan menuju kantin, ada sebuah gubuk kecil yang membelakanginya. Seperti memang dibuat sengaja menghadap kearah tembok sana.
"Tai tai tai, ngehe, eh anj-"
"Berisik, goblok!"
Langkah Prilly langsung tertahan ketika ia akan berbelok, suara apa itu? Hantu kah?
Tanpa rasa takut, Prilly menghampiri asal suara itu. Sebenarnya sih jika sudah begini, rasa takut yang tak diinginkan akan tetap keluar. Prilly mencengkeram ujung rok span abu pendeknya gemetar, tapi rasa penasarannya tak kalah besar.
"Jadi ini hantu belakang sekolah yang gempar di mulut guru-guru sama murid satu sekolahan? Hahahaha!" Prilly tertawa keras setelah mendapatkan dua orang laki-laki yang tengah merokok sambil bermain game online disini.
"Prilly? Ngapain lu disini? Kampret!" oceh Juan, yang nyatanya adalah sahabat Prilly sendiri, hanya saja berbeda kelas. Dulu mereka pernah satu kelas ketika kelas sepuluh, begitupun Beby, Galang, dan pria disebelah Juan ini.
"Wah elo, gue bilangin kepsek baru tau rasa lo!" sembur Prilly sambil menahan tawa.
Kini, pria yang berada disebelah Juan hanya memasang wajah datar sambil memadamkan tembakaunya. Prilly hanya membuang muka saat mata mereka tak sengaja bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Best(girl)Friend
Fiksi Penggemar[SELESAI] Jangan patah semangat, cukup gue aja. Gue tahu ini cara bodoh dengan lari dari kesulitan dan ninggalin semuanya, tapi gue harap kalian ngerti. Semoga kalian nggak pernah berada di posisi gue. Biarin semua kesedihan gue kubur bareng kepergi...