13. Barbaric!

5.8K 713 34
                                    

Ali berjalan pasrah menuju kamarnya, fikirannya masih berkecamuk pada Prilly. Ali merasa bersalah sendiri, kenapa ia tidak memilih pilihan pertama saja untuk diam sewaktu melihat Mario tengah bergandengan mesra bersama mantan kekasihnya yang berprofesi sebagai sexy dancer itu?

[Flashback on]

"Bang, kita mau makan dimana?" tanya Abel adik semata wayang Ali. Gadis kecil itu bertanya pada Ali meski pandangannya yang entah menatap kearah mana, Ali mengajaknya ke mall setelah menjemputnya dari les biola karena Ali tahu adik kecilnya pasti lapar. Tapi tak disangka, ketika akan mengunjungi salah satu restoran Ali melihat Mario bersama wanita lain dari jarak yang tidak terlalu jauh.

"Bang!" panggil Abel.

"Eh-i-iya kenapa?"

"Kita mau makan dimana? Kok kita malah diem?"

"Maunya apa?" tanya Ali.

"Apa aja deh, Abel udah laper bangettt," rengeknya.

"Yaudah ayo deh kita liat nanti aja apa yang enak," Ali kembali menuntun Abel penuh kasih, tapi matanya ia edarkan mencari objek yang tadi membuatnya tercengang. Kemana Mario? Bukankah tadi dia berhenti dipameran baju itu bersama wanita digandengannya?

[Flashback off]

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Toh, niat Ali baik ingin memberitahu perihal ini agar Prilly tahu bagaimana Mario dibelakangnya. Tapi ia lupa, bahwa ia juga pernah melakukan hal yang sama bahkan lebih. Jadi memang, ia tak pantas memberi saran kepada Prilly karena ia lebih buruk dari berita yang akan ia sampaikan.

"Abang?" panggil seseorang.

"Kenapa, Bel? Sini pelan-pelan," Abel berjalan menghampiri Ali dibantu tongkat yang selalu menemaninya. Sejak lahir ia sudah tunanetra, jadi ia sudah hafal betul letak sudut rumahnya.

Abel tersenyum setelah Ali mengangkat tubuhnya untuk duduk ditepi kasur, kemudian bertanya dengan antusias meski pandangannya kearah lain.

"Bang, tadi abang ngapain aja ke rumah Kak Prilly? Pasti abis mesra-mesraan yaa," goda Abel.

Ali terkekeh kecil seraya mencubit kedua pipi adiknya, "Sok tau dasar!" ujar Ali. "Tadi abang cuma mau minta hoodie yang Kak Prilly pinjem doang, nggak ngapa-ngapain.." lanjutnya.

"Bohong ya?!" desis Abel.

Ali hanya diam, tak tahu harus menjawab apa. Abel tak perlu tahu, tapi gadis itu sangat cerewet meski Ali suka.

"Bang, kok malah diem? Lagi ada masalah ya sama Kak Prilly?" tanyanya.

"Nggak kok," kata Ali bohong. "Bel, tidur gih udah malem. Besok abang kan sekolah, Abel juga harus sekolah biola,"

"Abel belum ngantuk bang, Abel bosen. Lagian Abel masuk siang ini. Oh iya bang, Abel boleh minta sesuatu nggak sama abang?"

"Boleh lah,"

"Bawa Kak Prilly kesini, Abel rindu banget sama dia."

***

Prilly berjalan dikoridor sekolah seorang diri. Tadinya ia akan pergi ke kantin karena sejak pagi perutnya belum terisi apapun, tapi tiba-tiba ia dipanggil oleh kepala sekolah.

Ia sempat heran mengapa kepala sekolah memanggilnya. Apa ia kena kasus mengenai masalah pertengkarannya dengan Chika dan Aurel kemarin? Prilly tak ambil pusing.

Tok Tok Tok

Setelah mengetuk pintu Prilly langsung masuk kedalam, tak lupa mengucapkan salam sesopan mungkin. Ternyata selain ada kepala sekolah, disini juga terdapat Bu Wity dan Bu Veronica. Sebenarnya Prilly masih sengit menatap mereka setelah ia dihina habis-habisan.

Ex Best(girl)FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang