Part 29

6K 340 0
                                    

Andrew hanya menatap nanar ponsel yang tergeletak di atas meja. Entah sudah berapa puluh kali dia menghubungi Tabby namun hasilnya nihil. Pesan yang dikirim pun belum juga dibalas. Begitupun Morgan yang hanya tergolek lemah di depan Andrew sembari memeluk ponselnya.  Berharap Shay menelponnya,namun harapannya belum juga terwujudkan.

Saat ini harapan mereka hanya Hans.
Sudah 16 jam sejak kejadian naas mereka di klub malam waktu itu. Otak mereka tak mampu bekerja,alhasil pekerjaan yang sedari kemarin mereka seriusi terbengkalai.

Menutup mata untuk sekedar melepas lelah hanya mampu bertahan selama 2 jam. Tidur Andrew  gelisah memikirkan keberadaan kekasihnya.

Dia mencoba melangkah ke meja dimana tumpukan berkas yang harus dia tela'ah teronggok menumpuk. Sebenarnya Andrew benar benar tak punya gairah untuk menyelesaikan pekerjaannya saat ini. Namun tak ada yang bisa dilakukannya. Kecuali memaksa dirinya untuk menyelesaikan pekerjaannya dan mencari Tabby.

Berbanding terbalik dengan morgan yang kini terlelap.

--------------

Bunyi dering ponsel Andrew membuatnya melompat dari kursi yang dia duduki sebelumnya. Mencari keberadaan ponsel yang berada di bawah tumpukan bantal di sofa.

"Nona Tabby sudah berada di apartemennya tuan,bersama nona Shay."

Begitu isi pesan dari Hans yang membuatnya bisa sedikit bernafas lega.

Morgan ternyata ikut membaca pesan dari Hans setelah terbangun mendengar bunyi ponsel Andrew.

"Apa yang akan kita lakukan And? Aku rasa bekerja pun aku sudah tak mampu,sebelum bisa memeluk Shay." Ucap Morgan

"Kita selesaikan pekerjaan secepat mungkin, setelah selesai baru kita kembali."

-----------

"Apa yang akan kita lakukan Tabby???ucap Shay sembari menatap ke luar jendela.

"Setelah dipikir pikir kita juga salah. Bukannya kita yang secara tidak langsung mempertemukan mereka dengan wanita wanita jalang itu. Dan bukannya Andrew dan Morgan menolak mereka ketika itu."lanjut Shay

Tabby hanya terdiam,berfikir meresapi setiap perkataan yang baru saja dilontarkan Shay.

"Kau benar Shay. Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang. Kita yang pergi meninggalkan mereka."

Shay hanya menggeleng pasrah.

Malam ketika kejadian itu,Andrew dan Morgan tak henti hentinya menghubungi mereka. Namun setelah itu mereka sudah tak pernah menghubungi lagi.

"Sepertinya mereka sudah tak menginginkan kita lagi. "Ucap shay sesenggukan.

Tabby hanya menghela nafas panjang.

"Mungkin mereka bersama wanita wanita jalang itu saat ini." Ucap Shay lagi yang berhasil membuat hati Tabby tertusuk tusuk perih membayangkan andrew berada di pelukan wanita itu dan menciumnya liar.

Tak terasa airmata mengalir dari mata tabby. Membayangkannya saja membuatnya menangis.

2 hari ini mereka uring uringan tak jelas di apartemen Tabby. Shay memutuskan tinggal di apartemen tabby untuk sementara sampai ia mampu mengatasi kegalauannya.

Malam pun kembali tiba. Tabby dan Shay mencoba menelan pizza yang ada di depannya saat ini. Sampai akhirnya bunyi bel menghentikan acara makan mereka.

Tabby melangkah gontai menuju pintu. Dibukanya pintu dan mendapati Andrew dengan wajahnya yang tak terurus.

Andrew menerobos masuk dan memeluk Tabby erat. Begitupun Morgan yang membuat Shay tersedak Pizza karena pelukannya yang sangat erat.

Tabby menangis dipelukan Andrew,membalas pelukan Andrew dan menangis menumpahkan segala kerinduannya.

"Maafkan aku sayang. "Ucap Andrew sembari terus memeluk Tabby.

Tabby melepaskan pelukannya dan menatap mata Andrew yang sendu dan kurang tidur sepertinya. Wajah Andrew benar benar kacau dilihatnya.

"Mengapa wajahmu seperti ini Andrew?"ucap Tabby sambil mengelus pipi andrew.

"Aku dan Morgan kerja tak henti,tidurpun hanya 2 jam dalam sehari. Semua agar kami bisa menyelesaikan secepat mungkin pekerjaan kami dan menyusul kalian disini."

Tabby kembali memeluk Andrew. Dia lah penyebab kelusuhan kekasihnya saat ini.

"Maafkan kejadian malam itu sayang. Aku berjanji kejadian seperti itu tak akan terulang lagi."ucap Andrew lagi dan mencium Tabby lama,menyalurkan segala kerinduan yang membuncah.

Morgan dan Shay pamit meninggalkan kami.

"Kalian mau kemana?tanya Andrew."

"Aku lelah terus bersamamu Andrew. Hari ini dan hari selanjutnya aku hanya ingin berdua dengan Shay."ucap Morgan

Shay memeluk tabby sebelum meninggalkannya.

"Kita sudah membuat mereka terlihat buruk dan lusuh."bisik shay dan melangkah pergi mengikuti Morgan.

Tabby kembali menatap Andrew.

"Beristirahatlah Sayang,sepertinya kamu butuh tidur."ucap tabby lalu menarik tangan andrew menuju kamarnya.

"Temani aku tidur sayang. Aku rasa kau pun butuh tidur melihat lingkar hitam di bawah matamu."ucap Andrew sembari menarik Tabby tidur dalam pelukannya.

"Kau benar benar berhasil membuatku menjadi orang gila 3 hari ini. Kumohon Tabby Wilson, jangan pernah meninggalkan aku lagi. Jika kau tak ingin melihatku berakhir di rumah sakit jiwa."ucap Andrew lagi sembari menarik Tabby masuk ke dalam pelukannya lebih dalam dan mengecup puncak kepala Tabby berkali kali sampai akhirnya mereka jatuh terlelap.

Andrew bangun lebih dulu. Menatap Tabby yang masih terlelap.
Andrew menyadari betapa kehadiran Tabby sangat mempengaruhi dirinya.
Tabby harus menjadi miliknya seutuhnya.

Andrew mengelus wajah Tabby,sampai akhirnya Tabby terbangun menatap Andrew dan tersenyum mengetahui bahwa sentuhan Andrew bukanlah mimpi.

Tabby menarik wajah Andrew,menciumnya dalam seolah tak ingin lepas.

Andrew pun membalas ciuman Tabby. Ciuman semakin panas,mereka terengah engah setelah menahan nafas beberapa saat.

"Sayang,sepertinya kita harus berhenti. Aku tak mampu meneruskannya. "

Tabby tertawa melihat wajah Andrew dengan matanya yang sendu.

"Aku buat sarapan dulu." Ucap Tabby sembari meninggalkan Andrew yang masih mengusap wajahnya mengenyahkan nafsunya yang hampir tak mampu ia kontrol.

"Aku harus segera menikahinya."batin Andrew.

TabbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang