Part 35

6K 328 0
                                    

"Tuan,kenapa kau tidak membawanya ke rumah sakit? Tanya Brenda dengan wajah sedikit cemas menatap tubuh lemah Tabby yang tak berdaya di atas ranjang ukuran king size milik Sean.

"Mantan tunangannya akan menemukannya jika aku membawanya ke rumah sakit Brenda. Aku rasa membiarkannya menemui tunangannya bukan pilihan yang tepat saat ini. Setidaknya bajingan itu tak akan berani melangkahkan kakinya kesini." Balas Sean tanpa menatap Brenda saat ini. Tatapannya hanya ditujukan pada wajah wanita yang tergolek lemah di atas tempat tidurnya.

Hening sejenak menyelimuti ruang pribadi Sean yang berukuran 8x10 dengan desain minimalis didominasi warna hitam dan abu abu menambahkan kesan maskulin. Namun keheningan memecah ketika suara langkah kaki terdengar semakin dekat. Dan terlihat Dokter Patrick Mendez mendekati tempat tidur Sean.

Sejenak Sean melangkah mundur membiarkan dokter Patrick memeriksa Tabby. Wajah dokter tampak berkerut. Dan menghela nafas panjang.

"Nona ini sepertinya kelelahan,stres,dan aku rasa dia belum makan. Untuk sementara saya hanya akan memberikan beberapa resep obat dan cairan infus. "Jelas dokter Patrick.

Dokter Patrick memberinya secarik kertas,yang akhirnya dia beri pada Brenda. Saat ini, sean hanya ingin di samping Tabby,menatapnya dari jarak dekat seperti ini mungkin akan jarang terjadi padanya. Betapa wanita ini terlihat cantik walaupun dengan mata tertutup serta wajah yang pucat. Sean tidak dapat mengerti pemikiran Andrew melepas wanita cantik seperti Tabby.

**********

Sean masih menggenggam erat tangan Tabby. Tabby tak bisa menolak,karena Sean sudah terlalu baik padanya. Merawatnya ketika sakit dan menampungnya beberapa hari. Lagipula,ini terakhir kalinya Sean bisa menggenggam tangannya.

"Terima kasih Sean,kau pria yang baik. Terima kasih untuk segala kebaikanmu. Aku akan mengabarimu ketika aku tiba,dan sampaikan salam sayangku untuk Brenda. Ucap Tabby tersenyum,melepaskan tangan Sean,dan berbalik meninggalkan Sean.

Namun sean menariknya kembali dan memeluknya dalam dan erat.
"Tak bisakah kau bersamaku Tabby?"

Tabby melepaskan pelukan Sean sembari memberikan senyum pada Sean.

"Aku tak mungkin bisa bersamamu Sean. Kau tau itu. Ada seseorang yang harus aku hindari di sini."
"Datanglah ke kotaku,aku berjanji akan menemanimu selama kau berada disana."

Tabby melangkah menjauh sampai akhirnya tak terlihat lagi.

Seketika rasa sepi menyelimuti hati Sean. Dia sadar ada 1 ruang yang tersimpan untuk Tabby di hatinya. Sean tau,menggantikan posisi Andrew sepertinya tak mungkin,dia tau Tabby sangat mencintai Andrew. Namun dia berharap bisa menjadi pria yang selalu diingat Tabby.

*********

Tabby menatap keluar jendela. Awan yang putih menemani langit yang biru. Cukup menenangkan hatinya dan pikirannya. Pikirannya tentang Andrew.
Tabby tersenyum sedih. Dia menyadari hubungannya telah berakhir dan berjanji untuk memulai hidup baru dan melupakan Andrew.

Tabby memutuskan kembali ke Sonoma,kampung halamannya. Saat ini yang dia butuhkan hanya keluarga dan sahabatnya Shay yang sudah kembali kesana lebih dulu.

*********

"Kumohon Andrew,ini bukan saatnya kau mabuk mabukan seperti ini. Yang harus kau lakukan adalah membuat Tabby kembali padamu. Tolong lakukan itu untukku agar Shay juga mau berbaikan denganku. Aku sudah hampir gila karena merindukan Shay. Apakah kau tak merindukan Tabby??? Jangan jadi bajingan seperti ini lagi. Bukannya kita sudah pensiun!!!!" Ucap Morgan pada Andrew yang kini tengah tergeletak di sofa dengan tangan menggenggam botol minuman.

Sejak Tabby memutuskan meninggalkan Andrew,saat itu pula jiwa Andrew tak berada pada raganya. Setiap hari yang dilakukannya hanya mengurung diri serta mabuk. Nyonya Pamela sangat mengkhawatirkan keadaan Andrew,maka karena itulah Morgan berada disini. Setelah kemarin Morgan masih berada di Sonoma mencoba untuk membujuk Shay. Namun demi sahabatnya,dia menghentikan usahanya untuk memperbaiki hubungannya dengan Shay.

"Dia sudah tak menginginkanku Morgan. Dia memilih bajingan itu. Aku tau dia sekarang tinggal dengan Sean. Arghhhhhh. Bangsat itu!!!!!" Ucap Andrew dengan suara yang masih terdengar seperti orang mabuk

"Sebenarnya aku sudah berjanji pada Shay untuk tidak menceritakan apapun tentang Tabby padamu. Sejujurnya aku juga marah melihat sikapmu pada Tabby hanya karena Casey. Tapi melihat kondisimu yang memprihatinkan aku akan memberitahumu." Morgan menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya,dia menyadari kemungkinan Shay akan memutuskannya jika Shay tau bahwa dia memberitahu segalanya pada Andrew. Tapi dia prihatin dengan kondisi Andrew saat ini,dia takut Andrew akan berakhir di rumah sakit jiwa atau pusat rehabilitasi alkohol. Tabby sudah tidak berada di kediaman Sean,dia sudah lama berada di Sonoma. Dia tinggal hanya beberapa hari di rumah Sean karena dia harus dirawat. Aku rasa kau tau waktu itu dia pingsan.

Andrew terduduk mendengarkan perkataan Morgan dan tak sadar menjatuhkan botol minuman dari tangannya dan menumpahkan hampir setengah isinya.

"Apakah kau serius?apa yang kau katakan itu benar?"

"Tentu saja. Aku baru pulang dari Sonoma kemarin,dan aku bertemu Tabby.

Andrew beranjak dari sofanya bergegas melangkah pergi. Dia ingin segera menemui Tabby. Namun tangan Andrew menahan lengannya.

"Aku yakin ketika kau bertemu Tabby,dia tak akan mengenalimu. Dan mungkin mengusirmu,karena saat ini kau terlihat seperti gembel. Sebaiknya kau menyingkirkan rambut rambut yang ada di wajahmu serta membersihkan dirimu. Jujur saja aku tak tahan mencium baumu.

Andrew tak berkata apa apa,dia hanya berbalik melakukan apa yang dikatakan Morgan. Dia tak ingin buang buang waktu lagi. Yang dia inginkan saat ini hanya bertemu Tabby. Memeluknya dan menciumi bibir tabby. Wanita yang membawa separuh dirinya pergi  bersamanya.

Andrew bergidik ketika pancuran air menyentuh kulitnya. Dia terkejut dengan rasa dingin yang menusuk kulitnya. Entah sudah berapa lama dia tak mandi. Andrew membersihkan tubuhnya secara seksama. Menyingkirkan rambut rambut yang tumbuh lebat di rahang serta kumisnya.

Kemeja hitam serta celana jeans dengan warna senada menjadi pilihannya untuk dikenakannya bertemu Tabby. Segera ia menelpon Hans untuk mengurus keberangkatannya.

Andrew melangkah menuju kamar grandmanya. Niatnya ingin meminta ijin namun Andrew terkejut mengetahui pamela sudah bersiap untuk ikut dengannya bertemu Tabby.

"Sepertinya grandma harus turun tangan Andrew. Kesalahanmu sudah sangat fatal. Dan jika hanya dengan kehadiranmu saja,grandma yakin dia tidak akan dengan mudahnya memaafkanmu. Tapi dengan hadirnya grandma,setidaknya dia tidak akan mengusirmu. Jadi saat ini,gunakanlah grandma sebagai kartu As mu. Ucap pamela sembari meninggalkan Andrew yang sedang mencoba mengartikan kata kata grandma nya. Dan dia setuju dengan apa yang barusan grandmanya katakan. Tabby tak mungkin mengusirnya ketika dia datang bersama grandma nanti. Bibirnya tersungging. Senyum merekah nampak menghiasi wajah Andrew kembali. Dan segera berlari menyusul grandma yang kini terlihat menggandeng tangan Morgan.

TabbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang