Khawatir

888 44 0
                                    

Mengertilah
Aku khawatir, Sa
Kalau sampai terjadi apa apa
Bagaimana?

– Adnda, Khawatir.

* * *

Adinda menghela nafas panjang sebelum memasuki kelas. Tadi dia sempat mengintip di jendela, Reksa dan kawan kawan sudah datang.

Mereka duduk di kursi masing masing, membicarakan sesuatu yang terlihat penting. Tapi Adinda tidak peduli akan itu.

Dirinya sedang berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Reksa dalam bentuk apapun. Karena itu hanya akan memicu godaan cowok itu tentang temuannya kemarin.

"Dinde!" Teriak Ranti keras dari kursinya. Sontak, empat cowok yang sedang meeting itu mengalihkan pandangannya ke arah Adinda yang baru berjalan dua langkah kaki dari depan pintu.

Adinda sontak mengalihkan pandangannya dari tatapan Gilang yang penuh selidik, tapi justru malah bertatapan dengan Reksa yang menatapnya dalam.

Segera dibuangnya muka dari tatapan Reksa kemudian berjalan cepat ke kursinya dan menaruh tasnya.

Sama sekali tidak menyentuh kursinya, Ia malah menarik Ranti keluar kelas dengan alasan menemaninya ke toilet.

Reksa menatap kepergian dua orang cewek dengan satu orang bagian menarik, dan yang satunya lagi bagian di seret seret.

"Woi Sa! Ini jadi nggak sih, tawurannya?" Tanya Gilang memecah lamunannya. Reksa menatap ketiga teman dekatnya itu.

"Kita liat nanti." Jawabnya singkat sambil beranjak, diikuti ketiga teman temannya itu.

* * *

Adinda menarik nafas lega setelah dua kali membilas wajahnya dengan air dingin. Dia nggak bisa terus terusan menghindar dari Reksa, benar bukan?

"Lo kenapa sih, Din? Kaya dikejar setan tau nggak, dari awal masuk kelas. Heran gua." Ucap Ranti yang bersandar di pintu kamar mandi.

Adinda membalikkan badannya kemudian bersandar pada wastafel, membelakangi kaca. Dia butuh mikir keras untuk jawaban yang masuk akal buat Ranti.

"Emang iya. Tadi gua liat setan." Jawabnya asal pada akhirnya. Ranti memutar kedua bola matanya.

"Serius, setan!" Balasnya. Adinda tertawa, jenis tawa garing yang dipaksakan kemudian berjalan keluar.

"Udah ah, ayo." Ajaknya sambil berjalan duluan. Ranti berdecak pelan kemudian mengikuti langkah temannya itu.

Di tengah koridor kelas 10, Adinda kembali dipertemukan dengan keempat cowok laknat yang sedang dihindari olehnya.

Sebenarnya, dia hanya menghindari Reksa. Tapi kalau lagi berempat begitu, mending dia mengaku menghindari keempat empatnya saja.

"Kebetulan ada lo, Din." Ucapan Arkan menginterupsi lamunannya. Seketika Ia sadar, keempat manusia itu kini sudah berada di hadapannya.

Sialan! Bego banget, sih!!, gerutunya dalam hati. Kalau sudah begini, mau nggak mau harus dihadapin keempat empatnya.

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang