Kasmaran

609 29 1
                                    

Pun aku merasakan getaranmu
Mencintaiku seperti ku mencintaimu
Sungguh kasmaran aku kepadamu

— Adnda, Kasmaran by Jazz

* * *

Karena masih dalam euforia bahagia. Reksa dengan berani meminta izin pada Mama untuk mengajak Adinda bolos hari ini.

Hanya untuk hari ini, janjinya.

Dengan sedikit bujukan-banyak paksaan, akhirnya Mama mengizinkan dengan syarat, Adinda harus pulang sebelum jam lima pas.

Sudah jelas Reksa menyanggupi hal tersebut. Keduanya bukan lagi berpakaian seragam. Sudah lebih santai.

Reksa dengan kaus hitam polosnya, dilapisi kemeja kotak-kotak berwarna merah. Ditambah jins di atas lutut lalu sneakers.

Adinda sendiri dengan T-shirt lengan pendek, lalu cardigan oversized-nya yang panjangnya sampai ke belakang lutut, dipadu dengan jins selutut dan kets berwarna putih kesukaannya.

Reksa langsung bergegas berpamitan begitu mendapat izin dari Mama. Adinda sendiri nampak nurut-nurut saja.

"Jadi mau kemana?" Tanya Reksa sambil memberhentikan mobilnya di lampu merah.

Masih tersisa 60 detik lagi sebelum lampu berwarna hijau. Adinda menoleh ke arah Reksa.

"Dufan?" Tanyanya dengan wajah memelas. Takut-takut Reksa menolak.

Alih-alih menolak, cowok itu malah tersenyum senang. "Siap, laksanakan, Ibu Negara!"

Reksa melajukan mobilnya saat lampu berganti hijau sedangkan Adinda tergelak mendengar jawaban Reksa.

* * *

Reksa benar-benar membawa Adinda ke Dufan. Cowok itu menuruti segala kemauan Adinda.

Mulai dari membeli es krim, memaksanya memenangkan boneka unicorn super besar, sampai menaiki segala wahana yang ada.

Kemudian keduanya berhenti, duduk di salah satu bangku dengan nafas tak beraturan setelah menaiki biang lala.

Adinda dan Reksa tertawa bersama. Peluh bercucuran di dahi mereka, padahal dari tadi angin berhembus kuat.

"Udah?" Tanya Reksa. Adinda mengangguk, meneguk air yang diberikan Reksa sampai kandas.

"Ah, segitu aja nyerah. Cemen." Ejek Reksa bercanda. Adinda melempar tatapan sebal padanya.

"Capek, tau!" Omelnya. Reksa tertawa sambil mengelus puncak kepala cewek itu.

"Udah, yuk. Makan dulu, nggak?" Tanyanya lagi. Adinda melirik jam tangannya kemudian menggeleng.

"Nggak keburu, deh. Mending langsung balik aja. Udah jam empat lewat, soalnya."

Reksa mengangguki. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Setiap detiknya bersama Adinda adalah hal yang menyenangkan.

Membuatnya lupa waktu. Membuatnya lupa diri.

* * *

Adinda turun di halaman depan rumahnya. Reksa berdiri di samping mobilnya, menatap ke arah Adinda.

Cowok itu menepukkan tangannya ke puncak kepala Adinda. Kemudian mengacak-acak rambut cewek itu.

"Masuk sana." Suruhnya. Adinda mengangguk patuh.

Sebelum berbalik, Reksa menarik tangan cewek itu kemudian memeluknya.

"Masuk langsung mandi. Lo bau." Sindir cowok itu sambil melepaskan pelukannya.

Adinda menatap cowok itu garang, memukul pelan bahu kirinya sebelum akhirnya masuk dan menggrendel pagar rumahnya.

Keduanya terdiam. Reksa di depan pagar rumah Adinda, sedangkan Adinda di dalam pagar rumahnya sendiri.

Mereka terdiam. Lebih terlihat seperti dua orang dungu yang jatuh cinta. Kemudian tertawa.

"Gih, balik." Suruh Adinda padanya. Reksa menggeleng.

"Masuk dulu." Ucapnya. Mengalah, Adinda mengangguk.

Cewek itu berjalan memasuki rumahnya. Mengintip dari jendela depan, Reksa yang memutari mobilnya, masuk ke kursi pengemudi kemudian membunyikan klakson mobilnya sebelum tancap gas dari situ.

Adinda tersenyum manis menatap benda-benda di tangannya. Boneka unicorn super besar, satu lagi cup es krim yang dimintanya sebelum pulang.

Dan sebuah cincin yang bertengger manis di jarinya.

* * *

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang