Kamu minta jawaban soal urusan cinta?
Kamu salah bertanya
Aku bukan ahlinya
Aku masih harus remedial, Sa– Adnda, Remedial
* * *
Adinda sengaja datang pagi hari ini. Bukan seperti pagi kemaren yang murni ketidaksengajaan, hari ini dia bertekad datang, bahkan kalau bisa, sebelum matahari naik.
Adinda melongokkan kepalanya ke kanan dan kiri sebelum masuk ke dalam kelas. Semoga aja Reksa belom dateng., pintanya dalam hati.
Tapi begitu dia menghempaskan dirinya ke atas kursi, suara dari arah pintu mengejutkannya.
"Mau menghindar, eh?"
Seketika Adinda membeku ditempat begitu melihat Reksa dengan senyum khasnya berdiri di ambang pintu.
Sialan, sialan, sialan!!!, pekiknya dalam hati, begitu Reksa berjalan menuju ke arahnya.
Reksa kini sudah duduk di sebelahnya, dan Adinda belagak biasa saja. Walau sebenarnya pikiran dan jantungnya sedang nyut-nyutan.
"Jadi, apa jawaban lo?" Tanya Reksa. Adinda terdiam mencoba mengendalikan nada suaranya.
"Jawaban apa?" Baliknya santai. Bagus!, pekiknya senang dalam hati. Reksa mendengus tersenyum.
"Jawaban soal pertanyaan gua kemaren sebelum lo turun. Lo lupa? Perlu gua ingetin lagi?" Tantang Reksa. Seketika Adinda terlonjak sambil menghadap ke arahnya.
Digelengkannya kepalanya dengan kuat, lalu menghela nafas dengan kuat. Menghindari Reksa itu sulitnya bukan main.
"Gua jawabnya nanti." Ucapnya mengalah pada akhirnya.
"Nanti kapan?" Tanya Reksa.
"Ya, nanti."
"Ya, kapan? Gua butuh kepastian."
"Pas pulang sekolah."
Reksa mengerutkan keningnya. "Istirahat pertama." Tawarnya.
Adinda menghela nafas. Berasa lagi dagang, ditawar tawar., gerutunya dalam hati.
"Istirahat kedua, deh." Ucapnya lagi. Reksa tersenyum manis.
"Oke. Istirahat kedua, gua tunggu." Ucapnya seraya berlalu setelah mengecup kening Adinda cepat.
Kebiasaan!
* * *
Adinda menatap malas ke buku di atas mejanya. Dia berpikir keras tentang jawabannya.
Ya, ya. Jawabannya memang "ya", tapi segampang itukah? Walau memang Reksa jadi lembut saat bersamanya, tetap saja cowok itu garang, bukan?
Yang jadi ketakukan gua itu bukan kalu nanti misalnya Reksa jadi galak ke gua. Masalahnya, bisa nggak gua ngubah Reksa?! Gua takut nggak bisa!, keluhnya dalam hati.
"Din!" Panggilan Ranti dengan tepukan pelan di bahunya menyadarkan Adinda dari lamunannya.
"Apa?" Balas Adinda. Ranti menatap ke arah ponsel Adinda yang bergetar di laci meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen FictionKamu adalah luka sekaligus penyembuh yang paling aku suka. © Okt 2017 by Gigihsusu