Bagaimana mau tenang
Saat kamu di depan sana saling menyerang
Sungguh, aku tak bisa
Melihat kamu yang tersiksa– Adnda, Tawuran.
* * *
Adinda menggigit bibir bagian dalamnya begitu dilihatnya Reksa dan yang lainnya sudah siap di depan gerbang.
Dirinya berdiri bersama belasan siswi di lorong koridor utama, menyaksikan cowok cowok itu berperang.
Adinda serasa ingin terguncang, apalagi melihat posisi Reksa yang berdiri paling depan.
"Shh, udah, Din. Percaya Reksa bisa." Yakin Ranti sambil merangkulnya. Adinda hanya mengangguk.
Kalo sampe Reksa kenapa napa, gua jamin rusak idup lo semua., janjinya dalam hati begitu anak SMA lain terlihat.
Dan akhirnya terjadi. Pertempuran yang sebenarnya nggak diperlukan, dan sama sekali nggak diinginkan.
Atas nama kita semua?! Yang benar saja! Tapi apapun itu, terserahlah. Yang penting Reksa selamat. Awas aja kalau nggak.
Kemudian Adinda dan yang lainnya terpaksa masuk ke dalam sekolah, untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan.
"Percaya. Kuncinya itu aja, Din. Kita masuk dulu, sampe ini kelar." Ucap Ranti sambil merangkul Adinda, membawanya masuk ke dalam.
* * *
Sementara Reksa menahan perih hatinya melihat Adinda yang berdiri terpaku di depan koridor utama dengan airmata yang berjatuhan deras.
Ia paham sekali bahwa cewek itu cemas akan dirinya, tapi Ia nggak bisa mundur. Untuk pertama kalinya sejak pertemuan mereka,
Faktanya adalah hari ini Ia terpaksa melukai hati cewek itu.
Reksa menarik nafasnya dalam sebelum mempersiapkan mentalnya begitu musuh sudah berada di depan mata.
Lalu, terjadilah aksi baku pukul yang juga menggunakan batu dan lain lainnya. Reksa memfokuskan pikirannya untuk nggak memikirkan Adinda kali ini.
Apalagi begitu melihat Angga diujung sana, membuatnya memberi kode untuk membuat pola agar dirinya bisa berjalan ke arah manusia laknat itu dengan aman.
Gilang, Gading, dan Arkan membuat formasi yang sangat menguntungkan bagi Reksa. Cowok itu segera berlari ke arah Angga.
"Ketemu lagi, eh?" Ucap Angga dengan senyum miringnya. Reksa mengangkat kepalanya.
"Nggak usah banyak bacot lo. Buruan maju sini!" Ucap Reksa menggebu gebu.
Kemudian kedua pemimpin itu segera memulai perkelahian tangan kosong yang membabi buta. Hingga akhirnya, salah seorang dari mereka tumbang.
Angga. Cowok itu kembali tumbang untuk kesekian kalinya melawan Reksa dengan tangan kosong.
Semuanya seketika berhenti, melihat pemimpinnya sudah tumbang. Segera mereka berlarian dari situ, dan beberapa yang lain membantu menggotong Angga.
Reksa menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Ia segera memerintahkan semua untuk bubar. Selesai sudah hari ini.
* * *
Sementar Adinda akhirnya menarik nafas lega setelah melihat kerumunan cowok cowok yang sudah babak belur dan berdarah darah itu berlarian dari depan sekolahnya.
Ia menatap perkelahian mereka semua dengan menahan mualnya dari jendela aula. Sungguh mengerikan.
Kemudian pintu aula terdengar dibuka keras, membuat seluruhnya menengok ke arah pintu yang memunculkan empat cowok yang tidak lain tidak bukan adalah Reksa, Gilang, Gading dan Arkan.
Dengan langkah cepat, Reksa berjalan ke arah Adinda dan memeluknya erat. Lagi, Adinda menangis dipelukan cowok itu dengan isakan.
Reksa mendekapnya erat, melepas semua beban yang ditanggungnya tadi, membaginya bersama Adinda.
"Gua udah janji buat nggak kenapa napa, kan? Sekarang gua tepatin. Percaya sama gua?" Ucap Reksa melepas pelukan mereka dan menyatukan kening mereka.
Adinda menutup matanya. Air matanya masih mengalir deras tapi dia nggak peduli. Ia menganggukkan kepalanya.
Reksa tersenyum, menyeka air mata yang membasahi pipi cewek itu kemudian memeluknya lagi.
Adinda menaruh kepalanya pada pundak cowok itu. "Gua mohon jangan gini lagi. Lo bikin gua takut." Bisiknya.
Reksa hanya mengangguk, walau dirinya sendiri nggak terlalu yakin bahwasanya nggak akan ada lagi pertempuran setelah ini.
Dirinya yakin seratus persen bahwa Angga nggak akan pernah mau menerima kekalahannya sebelum Reksa mati ditangannya.
"Gua anter pulang sekarang, oke?" Tanya Reksa yang kemudian dijawab dengan anggukan sendu Adinda.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen FictionKamu adalah luka sekaligus penyembuh yang paling aku suka. © Okt 2017 by Gigihsusu