Bagian Terbaik

878 34 8
                                    

 If live is a movie,

Oh, you're the best part. 

– Best Part by Daniel Caesar ft. H.E.R

                                                                          * * *

Adinda menatap ke arah teman-temannya. Malam ini cukup meriah, mengingat tahun ajaran mereka yang paling heboh, paling gila, dan paling nggak terkontrol.

Adinda menatap sekeliling kemudian menghela nafasnya. Tiga tahun bersama mereka, seakan tak terasa. Dan inilah malam terakhir itu.

Malam yang dulu Adinda tunggu-tunggu, kini ada di depan matanya. Menjadi malam yang Adinda akan ingat seterusnya.

Tapi, kemudian ia kembali menghela nafasnya. Disaat yang lainnya bersenang-senang, Adinda masih menunggu kehadiran cowok itu.

Reksa. Dia benar-benar tidak datang. Adinda tidak percaya cowok itu benar-benar nggak datang dan meninggalkannya sendirian di Malam Pelepasan ini.

Adinda kemudian memilih beranjak dari situ. Ada satu lagi tempat yang ingin ia kunjungi di salah satu bangunna sekolah ini.

"Kalo seandainya lo dateng, temuin gue di tempat itu."

                                                                             * * *

Adinda menaiki anak tangga terakhir sebelum menghela nafasnya dengan seutas senyum yang bertengger manis di bibirnya.

Ia melewati kelas-kelas kosong yang biasa ramai seperti pasar, kali ini terasa begitu sepi dan gelap. Tapi tak mampu membuat Adinda gemetar.

'Ruang Musik'

Adinda masuk ke dalam ruangan tersebut, mencari saklar lampu kemudian menyalakannya. Ia lalu mendekati sebuah alat musik.

Gitar. Alat musik yang pernah Reksa mainkan kala cowok itu bercanda ria bersama teman-temannya di kelas, sewaktu jam pelajaran kosong.

Adinda ingat betul, apalagi saat cowok itu menghampirinya dan menggombalinya dengan nyanyian. Waktu itu, dia menyanyikan lagunya Slank yang judulnya Pelangi Di Matamu.

Adinda tersenyum, sembari jarinya menyentuh gitar tersebut. "Nggak bisa diulang, ya? Nyanyiin lagi, dong." Kekehnya bermonolog.

"Sini. Mau lagu apa?" Satu suara menyahut dari arah pintu.

Sontak Adinda terkejut dan membalikkan badannya secepat kilat. Tau bahwa suara itu familiar di telinganya. Dan betul saja.

Reksa, si pemilik suara, sedang bersandar di dinding, yang mana pintu ruangan terbuka. Cowok itu nampak gagah dengan setelan kemeja putihnya dan celana kulit, tak lupa jasnya yang ia tenteng dibahunya.

Cowok itu datang. Jadi Adinda dibohongi? Sial. Antara kesal dan senang, bercampur dalam raut wajah Adinda. Di mana ia senang bahwa pangerannya datang, dan kesal karna sudah dibohongi banyak pihak.

Reksa tersenyum kemudian berjalan menghampirinya. Ia menyodorkan jasnya lalu mengambil gitar tersebut dari tempatnya.

"Buat lo, apa sih yang nggak." Kekehnya. "Ayo nyanyi bareng gua."

Reksa mengambil duduk di salah satu kursi dan mulai melantunkan melodinya. Adinda mengikuti Reksa duduk di sebelahnya. Dia tau betul melodi yang dimainkan Reksa. Sehingga begitu memasuki Verse 1, dia langsung menyahut.

"You don't know, babe.

When you hold me,

And kiss me slowly

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang