Kepura-puraan

587 30 0
                                    

Kamulah pendusta yang paling kucinta. Karena, bahkan kesedihanmu yang sebenarnya, dapat membuatku tak berhenti tertawa. Jadi, lebih deraslah berairmata, Sayangku. Buatlah aku kembali percaya dengan duka-dukamu, seperti yang selalu kau pura-purakan di hadapanku. Barangkali saja, aku masih bisa sebodoh dulu..

– Adnda, Pura-pura.

* * *

Flashback...

Setelah Adinda keluar dari kamar rawat Reksa ditemani Gading yang akan mengantarnya pulang, Gilang menatap tajam Reksa.

Dia nggak pernah bohong begini sama Adinda. Baru kali ini, dan semuanya karena Reksa.

"Abis ini, tentuin pilihan lo. Jangan pernah lo coba-coba nyakitin Adinda." Ancam Gilang sebelum keluar ruangan.

Beberapa saat kemudian, masuk seorang cewek dengan wajah penuh air mata. Itu... Cinta pertama Reksa, Raisha.

"Raisha?" Reksa sedikit kagok dengan kedatangan Raisha. Cewek ini sudah lama sekali menghilang.

Reksa bahkan putus asa mencarinya. Tapi kini ia kembali? Untuk Reksa, kah?

"Hai, Sa." Ucap Raisha masih setengah sesenggukkan. Reksa bangkit dari tidurnya, duduk kemudian menarik Raisha ke dalam pelukannya.

"Kemana lo selama ini?" Tanyanya, masih memeluk gadis itu erat sambil mengelus rambutnya.

Raisha membalas pelukan itu tak kalah erat, enggan menjawab pertanyaan Reksa. Karena Raisha diam, Reksa berhenti bertanya.

Ia hanya memeluk Raisha, mendekapnya untuk menyalurkan seluruh rindunya. Kembali, Raisha mengisi relung hatinya sebagai satu-satunya.

* * *

Jam menunjukkan pukul 02 lebih ketika Raisha berhasil dibujuk pulang, dan akhirnya tinggal tersisa empat sekawan ini.

"Udah peluk resah-nya?" Tanya Gilang mengejek sambil mendengus. Reksa hanya diam, nggak mau menanggapi emosi Gilang yang meletup dibalik bola matanya.

"Sekarang tentuin pilihan lo." Ucap Gilang lagi, dengan rahang mengeras. Reksa diam sebelum akhirnya mengangkat suara.

"Lo tau pasti pilihan gua siapa. Raisha. Dia jelas cinta pertama gua." Jawab Reksa santai. Seketika emosi Gilang naik.

"JADI MAKSUD LO SELAMA INI ADINDA APA?! HAH?! FIGURAN?!" Emosi Gilang yang sudah tak bisa dikendalikannya itu memaksa Gading dan Arkan menarik paksa dirinya keluar dari ruangan Reksa.

Di luar, Gilang masih dimakan amarahnya. Ia bahkan meninju tembok rumah sakit hingga tangannya sendiri berdarah.

Gading dan Arkan hanya bisa menonton, menyaksikan Gilang menuntaskan amarahnya. Setidaknya, tidak ada perkelahian sahabat di sini.

Begitu Gilang sudah tenang, mereka bertiga pulang meninggalkan Reksa tanpa pamit.

Lo salah pilih orang, Reksa.

* * *

Esok harinya, Reksa pulang ke rumah. Dibantu dengan Raisha, Ia pulang ke rumah dengan kilat dan berpakaian sekolah.

Ia ingin sekolah hari ini. Memamerkan ke seluruh sekolah, cinta pertamanya yang akhirnya menjadi pacarnya, Raisha.

Dan Reksa sengaja membawa motor. Walaupun Ia tau dirinya belum sembuh betul, tapi karena Raisha tidak pernah mau naik mobil, ia dengan rela hati membawa motor hari ini.

Disepanjang jalan, mereka berdua terus bercanda dan tertawa, layaknya remaja masa kini. Kalau dilihat terus, sudah pasti bikin iri.

Begitu sampai di parkiran, Raisha turun duluan. Reksa menyusul, kemudian membantu cewek itu membenarkan poninya sambil tertawa.

"Yuk." Ajak Raisha yang disambut dengan gandengan tangan dari Reksa.

Mereka berdua kelihatan bahagia sekali, juga menjadi pusat perhatian seluruh siswa di SMA Airlangga.

Reksa lupa, bahwa semenjak kemarin ada hati yang dijaganya, dan kini hati itu seketika remuk melihat kebahagiannya...

Dengan perempuan lain.

Reksa sama sekali lupa bahwa Adinda masih berstatus sebagai pacarnya semenjak beberapa hari yang lalu.

Reksa lupa, akibat kebahagiaannya dengan Raisha. Reksa lupa, karena Adinda kini bukan lagi prioritasnya.

* * *

Jam pelajaran kedua sudah berbunyi. Reksa sama sekali nggak melihat adanya tanda tanda Gilang, Gading, dan Arkan, juga Adinda.

Sebenarnya Reksa penasaran. Kenapa ketiga temannya nggak masuk, bersamaan dengan Adinda? Apa mereka bolos bersama? Karena apa?

Seingat Reksa, Adinda adalah cewek yang paling anti melanggar peraturan. Dan kalau sampai hari ini dia bolos, pasti ada sesuatu yang salah.

Tapi Reksa nggak mau ambil pusing. Untuk apa dirinya memikirkan Adinda lagi, sementara di sini—di sebelahnya—sudah ada Raisha, cinta pertamanya.

Raisha lebih dari cukup untuk mengalihkan seluruh konsentrasi dan dunianya. Seakan cewek itu berhak atas segalanya dalam dirinya.

"Sa." Panggil Raisha. Secepat kilat Reksa menoleh.

"Ya?" Jawabnya lembut. Raisha tersenyum manis.

"Pinjem handphone dong."

"Buat apa?"

"Pinjem aja, sebentar."

Hanya dengan itu, Reksa langsung menyerahkan ponselnya tanpa ba-bi-bu. Ia percaya betul kepada Raisha.

Sementara lain dengan Raisha. Ia mengutak-atik isi ponsel Reksa kemudian membuka Line.

Secepat kilat ditulisnya pesan singkat kepada Adinda yang membuatnya ingin tertawa keras bahkan sampai menangis.

Reksa
Kita putus

Raisha hanya mengetik itu. Lalu selang beberapa menit kemudian, Adinda membalas hanya dengan dua huruf. Mampus. Biar tau rasa!

Adinda D.
OK

Raisha ingin sekali tertawa tapi ditahannya. Ia langsung menutup aplikasi tersebut dan mengembalikan ponsel Reksa.

Reksa sama sekali nggak curiga. Ia kelewat percaya dengan Raisha, yang seharusnya diwaspadainya.

* * *

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang