Pulang

823 43 0
                                    

Kamu adalah rumah
Tempat pulang saat lelah
Tempat paling nyaman saat gundah
Tempat terakhir setelah semua

– Adnda, Rumah

* * *

Adinda membawa Reksa ke UKS dengan paksa. Tadinya Reksa nggak mau, tapi setelah Adinda memaksa, barulah dia menurut.

"Kenapa sih seneng banget nyakitin diri sendiri?!" Ucap Adinda dengan suara yang sedikit bergemetar.

Cewek itu mendekati kotak P3K yang tergantung di dinding untuk mengambil peralatan yang akan digunakannya.

Reksa mendekati Adinda yang sedang berjinjit mengambil betadine kemudian memeluknya dari belakang.

Tarikan nafas terkesiap dari Adinda terdengar begitu tangan Reksa melingkar dipinggang kecilnya.

Ia menahan nafasnya begitu Reksa mempererat pelukannya kemudian menaruh dagunya di pundak Adinda.

"Demi lo." Ucap Reksa dengan helaan nafas berat. Adinda jadi luluh.

Ia menaruh betadine yang sendari tadi di pegangnya ke atas meja di depannya. Ia menaruh tangannya ke atas tangan Reksa yang melingkar di pinggangnya, mengelusnya pelan.

"Maaf karna bikin lo khawatir. Maaf gua harus nyakitin hati lo hari ini." Ucap Reksa sambil mempererat pelukannya. Adinda berbalik seketika, lalu memegang kedua pipi cowok itu.

"Nggak perlu minta maaf, Sa. Nggak ada yang perlu dimaafin juga. Intinya gua khawatir dan... Ya, mungkin hati gua ikut sakit juga. Tapi yang penting sekarang lo di sini, bareng gua, lo selamat. Itu aja yang paling penting buat gua, Sa. Kalo sampe tadi lo kenapa napa, gua janji bakalan ngerusak idup manusia manusia laknat itu." Ucap Adinda panjang lebar.

Reksa tersenyum mendengar pengakuan Adinda. Segera direngkuhnya cewek itu ke dalam pelukannya.

"Gue sayang sama lo, Din." Ucapnya tulus. Adinda tercekat mendengar lontaran itu. Tapi kemudian dia tersenyum dan mengangguk.

"Gua juga, Sa." Bisiknya.

* * *

Adinda duduk sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela. Setelah pernyataan sayang itu, suasana memang nggak canggung sama sekali.

Mereka berdua malah tertawa sekalian Adinda mengobati wajah babak belur Reksa dengan telaten.

Tapi entah kenapa, suasana berubah drastis setelah mereka masuk ke dalam mobil laknat ini. Sialan, Adinda ingin sekali memaki mobil ini.

"Jangan marah sama mobil gua. Gua cuma nggak terbiasa aja ada cewek yang naek mobil gua." Celetuk Reksa seakan membaca pikiran Adinda.

Adinda menoleh ke arahnya, memberikan cengirannya kemudian kembali memalingkan wajahnya ke jendela. Beberapa menit kemudian, ia berkata.

"Lo harus terbiasa, kalo gitu." Ucapnya. Reksa diam, menatapnya sebentar kemudian menjawab.

"Karena?" Tanyanya.

"Ha?" Adinda nggak mudeng.

"Kenapa gua harus terbiasa?"

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang