Sedang apa, dan dimana dirimu yang selalu kutunggu?
— Adnda, Dimana?
* * *
Memasuki hari ke lima dimana Reksa semakin sulit untuk dihubungi. Dan membuat Adinda khawatir.
"Nggak usah di tungguin. Makin lo tunggu, makin nggak ada kabarnya." Ucap Arkan sambil mengambil camilan di atas meja.
Kini ke-empat teman sengklek Reksa—yang ngakunya teman seperjuangan—memang berada di rumah Adinda. Tepatnya, di ruang tamunya.
Dan yang bertanggung jawab atas kedatangan dua makhluk astral; Gading dan Arkan, ya sudah jelas Gilang.
Gilang hari ini memang mendapat amanat kewajiban seperti biasa; menjaga Adinda sampai kedua orang tua mereka kembali dari acara reuni di Bogor.
Gilang sama sekali nggak keberatan. Justru dia sangat bersyukur untuk itu. Karna Adinda-lah yang biasanya menjadi juru masaknya.
Tanpa Adinda, dipastikan setiap harinya Gilang hanya akan makan mie goreng.
"Kalo emang nggak ada kabarnya sampe minggu ini, ya berarti kalian putus." Ucap Gilang enteng. Adinda mengerutkan keningnya.
"Sejak kapan jadi begitu?" Protesnya kesal. Ya jelas nggak bisa dong! Memangnya Gilang siapa sampai berhak atas hubungan mereka?
"Sejak gua bilang begitu." Balas Gilang. "Lagian apa sih yang lo tunggu dari dia? Udah tau anaknya begitu. Palingan lagi main sama bule." Lanjut Gilang lagi.
BUGH! Bantal yang berada di pangkuan Adinda sendari tadi melayang menuju wajah Gilang.
"SEMBARANGAN!!!" Teriak Adinda menggelegar.
"Set dah, Din. Suara lo kaya apaan tau. Gede bangat!" Protes Arkan.
"Tau, nih. Nggak perlu pake toa masjid juga, kali!" Sahut Gading.
Adinda hanya menatap kesal ketiga cowok sakit jiwa di depannya ini. Kenapa Reksa dan teman-temannya nggak ada yang benar?
Gilang kini sedang meringis, Gading dan Arkan juga masih sibuk memprotesnya tapi tetap mengunyah camilannya.
"Eh, Din." Panggil Gading.
Adinda seketika menoleh, dari lamunannya atas ketiga sahabat Reksa yang kini duduk lesehan di bawahnya.
"Hm?" Gumamnya menjawab.
"Seandainya Reksa nggak balik, gimana?" Tanya Gading pelan, tapi rautnya serius.
Adinda menaikkan kedua alisnya. Pertanyaan yang sampai sekarang ia sendiri bingung bagaimana harus menjawabnya.
"Kalo emang Reksa nggak balik, ya... gua nggak ikut Prom Nite, lah." Jawab Adinda kikuk. Arkan menggeleng.
"Pasangan Prom Nite kalo lo mau juga banyak. Siapa sih, yang bakalan nolak lo?" Balas Arkan. Adinda hanya tersenyum kecil.
"Setelah lulus-lulusan, lo bakal move on 'kan, dari Reksa?" Pertanyaan singkat yang menusuk Adinda.
Adinda menatap ke arah Gilang. Pertanyaan macam apa itu?! Tapi cowok itu malah diam menatapnya, menunggu jawaban.
"Mungkin. Tapi nggak secepat itu. Everything need process, right?" Balas Adinda sebisanya.
Kemudian suara bel pintu mengalihkan perhatian mereka. Adinda segera bangun untuk membuka pintu.
Sesampainya di pintu, hanya ada seorang cewek dengan pakaian standar, datang dengan senyuman manis.
"Selamat siang, kak." Sapa cewek itu ramah. Adinda balas tersenyum.
"Iya, siang. Cari siapa, ya?" Ucap Adinda yang sengaja dilantangkan agar barisan cowok di dalam keluar menemui salah satu tamu mereka.
"Nggak, kak. Ini, cuma mau ngantar bunga aja." Ucapnya sambil memberikan sebucket bunga mawar putih kesukaan Adinda.
Adinda menaikkan kedua alisnya. "Maaf, kalo boleh tau dari siapa ya?" Tanyanya. Cewek itu menaikkan kedua alisnya juga.
"Eh, dari itu. Siapa tadi namanya. Hmmm..." cewek itu terlihat berpikir keras.
"Reksa?" Tanya Adinda pelan. Cewek itu seketika mendongak.
"NAH! Iya, Reksa. Kakak ganteng, hehe." Ucap cewek itu cempreng. Adinda kemudian membelalakan kedua matanya.
"Beneran Reksa? Trus orangnya dimana?" Tanya Adinda cepat. Cewek itu kemudian terlihat lesu lagi.
"Nah, itu dia kak. Kakak gantengnya tadi keliatan kaya buru-buru gitu. Pake bawa-bawa koper segala. Untung naik mobil. Kan kalo naik motor, ribet yak." Cerita cewek itu panjang-lebar.
Adinda menghela nafasnya sambil menatap bunga dalam genggamannya sekarang. Ketiga cowok di dalam pun sama sekali nggak ada yang beranjak.
"Nggak perlu sedih, kak. Ini, si Kakak Ganteng tadi nitipin ini. Di suruh kasih ke kakak." Ucap cewek itu lagi sambil memberikan amplop putih ke pada Adinda.
Adinda menerima amplop tersebut dan tersenyum sambil menitikan air mata melihat tulisan tangan yang berantakan milik Reksa.
"Iya, kak. Karna aku udah kasih semuanya, jadi aku pamit ya kak. Masih banyak urusan." Ucap cewek itu. Adinda mengangkat kepalanya.
"Ini dibayar berapa jadinya?" Tanyanya sambil merogoh kantongnya. Cewek itu menggeleng.
"Nggak usah, kak. Udah dibayar lunas sama kakak ganteng kok. Besok lagi aku kesini, bisa kan kak?" Ucap cewek itu. Adinda tersenyum mengangguk.
"Bisa. By the way, nama kamu?" Tanya Adinda. Cewek itu kemudian menepuk jidatnya.
"Alexa. Kalo gitu aku pergi dulu ya, kak! See you!" Ucap Alexa, kemudian berlari cepat menuju pagar dan menghilang di tikungan.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen FictionKamu adalah luka sekaligus penyembuh yang paling aku suka. © Okt 2017 by Gigihsusu