Jangan pulang hanya karena kamu merasa ditunggu. Pulanglah karna kamu rindu.
— Adnda, Teruntuk Reksa.
* * *
Reksa memegang amplop putih dengan tulisan tangan Adinda yang rapi di depannya.
Amplop itu di berikan Adinda saat mereka turun dari mobil, dan nggak boleh dibuka kecuali Reksa sudah berada di pesawat.
Reksa menimbang-nimbang beberapa kali sampai akhirnya Papa menginterupsinya.
"I wonder if you lost, so I wrote this." Ucap Papa membacakan tulisan di depan amplop dalam genggaman Reksa.
Reksa berdecak kesal, merasa terganggu privasinya dimasuki orang lain, sekalipun itu Papanya sendiri.
Papa tersenyum penuh arti sambil mengangkat kedua tangannya. Reksa tak menggubrisnya.
Ia berpindah ke kursi sebelahnya yang kosong, kemudian membuka surat itu dengan perlahan dan hati-hati.
Reksa Putra,
Aku gatau harus nulis apa di sini. Tapi yang pasti sih, safe flight. Aku gamau kamu kenapa-napa.
Aku sayang kamu.
Aku gatau kenapa kaya aku stuck sama kata-kata itu. Seakan kata-kata itu berputar and something will happend.
But dear God, plz filter it. I just want something good came to us.
Tapi baik ataupun buruk, aku terima asal bareng kamu. (Dan yg barusan kamu baca ini alay, aku tau)
Jangan lupa sampe sana telpon akuuu! Eh, sms aja deh. Telpon mahal.
Eh, kan ada Line.YAUDA VIDCALL AJA.
Lv ya,
Adnda Dristiarra.Reksa tersenyum membaca deretan kalimat yang Adinda tulis rapi, dengan isi berantakan. Cewek itu memang ada-ada saja.
Tapi Reksa bersyukur. Di balik dunia yang keras ini, di balik tekanan dari Mama Papanya, masih ada satu orang yang begitu peduli padanya.
Begitu perhatian padanya, begitu sayang padanya, di banding dengan Mama dan Papanya sendiri.
Reksa mungkin jadi benar-benar gila kalau saja Adinda nggak ada di dalam hidupnya. Nggak masuk ke dalam kesehariannya.
Adinda mengajarkannya banyak hal. Yang nomor satu, mengikhlaskan.
Selama ini, Reksa seperti merasa berada di bawah tekanan Mama dan Papanya. Dia sama sekali nggak pernah berpikir kalau Mama Papanya menyayanginya.
Justru mereka terkesan membiarkannya!
Tapi Adinda mengajarinya. Adinda tau kalau kedua orang tua Reksa yang sebenarnya 'membuang' Reksa.
Dan jelas Reksa sakit hati. Dari situ, Adinda membantu Reksa untuk mengikhlaskan yang terjadi padanya.
Mengikhlaskan yang lama dan mensyukuri yang sekarang bahwa dia hidup di keluarga yang mampu.
"Kamu nggak perlu mikir kalo kamu cuma anak angkat. Toh mereka sayang kamu. You don't have to worry." Itu yang Adinda katakan ketika Reksa menceritakan masa lalunya.
Dan Reksa belajar, benar-benar belajar. Tapi tentang tekanan dari kedua orang tuanya, Reksa sama sekali belum mendapat jawabannya.
Reksa masih stuck pada satu titik dimana dia nggak mau membebani Adinda, tapi dia juga mau bebas.
Dia butuh jalan keluar, tapi dia sendiri nggak tau harus melewati jalan yang mana.
Ia hanya mengikuti kata hatinya. Seperti yang Adinda ajarkan padanya. Itu saja.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen FictionKamu adalah luka sekaligus penyembuh yang paling aku suka. © Okt 2017 by Gigihsusu