Rasa

601 32 0
                                    

Sejahat apapun jarak, rindu tetaplah pemaaf yang tak kenal batas waktu, sayang.

— Reksa.

* * *

Reksa masuk dan berbaur ke dalam ingar-bingar Bali malam ini. Titanium, salah satu club termewah di Bali.

"Oy, Sa! Sini turun." Ajak Theo, temannya selama di Bali.

Reksa hanya mengangkat alisnya, masih sedia duduk di Bar dengan minumannya.

Cowok itu jelas tau apa yang dilakukannya kini. Dan Reksa berani bersumpah kalau Adinda tau, cewek itu pasti akan menginjak-injak kepalanya.

"Ash!" Reksa meneguk minumannya cepat begitu wajah Adinda masuk lagi ke dalam pikirannya.

Setelah beberapa gelas habis, Reksa memaksa bartender menuangkannya lagi ketika Aldo datang dan menahan tangannya.

"Nggak usah lagi. Gua ogah kalo harus bopong lu sampe hotel." Ucap Aldo. Reksa menatap sahabat lamanya itu dengan sinis.

"Nggak bakalan tumbang ini. Slow." Ucap Reksa sambil menyingkirkan tangan Aldo dengan kasar.

Terpaksa, Aldo merampas gelas dari tangan Reksa kemudian memukul tenguk cowok itu.

"Pulang ayo." Ajaknya sambil menarik paksa Reksa keluar dari club.

Sesampainya diparkiran Reksa memberontak, mencoba kembali masuk ke dalam club.

Terpaksa, Aldo melayangkan tinju kerasnya ke sudut bibir Reksa. Cowok itu perlu hantaman untuk sadar.

"Apaan sih lo, anjing!" Bentak Reksa sambil menyeka sudut bibirnya yang berdarah.

"Lo yang apaan! Mabok-mabokan kaya gini. Bukannya udah tobat?!" Bentak Aldo balik. Reksa mengerutkan keningnya.

"Lo kira dengan lo kaya gini Adinda bakalan luluh sama lo?! Nggak, men!" Ucap Aldo. Reksa seketika terdiam. Merasa ditampar oleh kata-kata Aldo.

"Dari mana lo tau Adinda?" Tanya Reksa pelan sambil mendongak. Aldo membuang nafasnya keras.

"Rega. Kakak lo yang ngasih tau." Ucapnya. Rahang Reksa kembali mengeras.

"Rega tau gua di sini?" Tanyanya lagi. Aldo mengangguk.

"Kenapa lo kasih tau, monyet?!"

"Emang apa pilihan gua? Ngebiarin lo stres di sini? Gua sahabat lo, men. Gua lakuin yang baik buat lo. Dan Rega, Rega kakak lo. Nggak bakalan dia ngelakuin yang buruk sama lo."

"Se-nggak peduli apapun Rega ke lo, dia tetep kakak lo yang bakalan ngelakuin apa aja buat lo, asal lo nggak kaya gini."

"Lo tolol, tau nggak?!"

Reksa terdiam. Mencerna baik-baik kata-kata sahabatnya itu. Ia kemudian menegakkan diri, menepuk bahu Aldo.

"Pesenin gua tiket balik ke Jakarta."

* * *

Reksa sedang mengepak pakaiannya ketika sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.

Ia menyambar cepat ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur, kemudian membaca pesan itu.

Adinda D.
Sa?

Adinda D.
Pulang ga?

Adinda D.
Pulang dong

Adinda D.
Kangen nih

Adinda D.
Laper juga

Adinda D.
Nggak mau bawain
makanan gitu?

Adinda D.
Sa?

Adinda D.
Di read aja?

Adinda D.
Selalu begitu

Adinda D.
Dimana sih?

Adinda D.
Sa!

Adinda D.
Dimanaaaa?:((

Reksa membaca satu per satu pesan yang Adinda kirimkan padanya. Perempuan itu sama sekali nggak menyerah.

Cewek itu malah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuat Reksa luluh untuk pulang. Atau minimal, membalas pesannya lah.

Reksa akhirnya runtuh. Usaha cewek itu selalu membuatnya goyah. Dan berhasil menjatuhkannya.

Reksa
Iya sayang

Reksa diam menunggu balasan Adinda, walau cewek itu jelas sudah membacanya. Entah bagaimana reaksi cewek itu sekarang.

Adinda D.
Iya apa? Pulang
ya?

Bujuknya. Reksa tersenyum melalui bola matanya. Ia mengetikan balasan cepat teruntuk perempuan itu.

Reksa
Iya pulang

Adinda D.
Sekarang ya?

Reksa
Iya sayang,
sekarang

Seandainya Reksa tau kalau Adinda tengah berderai air mata bahagia saat ini, cowok itu pasti sudah memeluknya erat.

Reksa tersenyum ketika cewek itu berhasil dibujuknya untuk tidur, asal Reksa datang besok ke rumahnya.

Reksa berjanji benar bahwa dia akan menetapi janji itu. Dia akan pulang, demi Adinda-nya.

* * *

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang