Ada dimana dirimu?
Dimana hatimu?— Kau Yang Sembunyi,
Hanin Dhiya* * *
Adinda menatap nanar keluar jendela kamarnya. Hujan turun dengan derasnya, dan ia sama sekali tidak bersemangat.
Biasanya, Adinda yang paling cepat menuruni anak tangga bila hujan mulai deras.
Biasanya, Adinda akan berteriak kencang mengisi penjuru rumah ketika hampir terjatuh di tangga, dan saat akan keluar bermain hujan.
Tapi untuk hujan kali ini, tidak.
Adinda berjalan pelan menuruni anak tangga rumahnya, menoleh pelan pada Adrian yang sedang menonton televisi.
"Dri," panggilnya. "Gua keluar."
Adrian hanya menoleh sebentar sambil menaikkan kedua alisnya sekilas kemudian lanjut lagi menonton filmnya.
Adinda berjalan menyusuri kompleks perumahannya yang sepi, hujan-hujanan dan sendirian.
Air matanya yang mengalir, hilang bersama rintik hujan yang juga tuun membasahi dirinya.
Semangatnya hilang, gairah hidupnya luntur, keceriaannya padam, dan jiwanya ikut turun bersama air hujan.
"Reksa." Adinda memanggil nama cowok itu sembari menggigil kedinginan.
Berharap cowok itu ada, seperti yang lalu-lalu, melingkupi tubuhnya dengan jaket cowok itu.
Tapi nyatanya, suara hujan yang bertambah deras. Seolah menyahut ucapan Adinda, tapi versi kejamnya.
Adinda akhirnya memutuskan untuk berjalan ke rumahnya. Lusa malam Prom Nite dan dia akan tetap datang.
Jadi dia nggak boleh sakit.
* * *
"Udah lo ujan-ujanannya?"
Sambar Adrin begitu Adinda turun dari kamarnya, setelah mandi dan berganti pakaian.
Adinda hanya mengangguk singkat. Dan Adrian tau persis, kenapa adiknya jadi uring-uringan begini.
"Bentar lagi mau Prom Nite, udah dapet penggantinya?" Celetuk Adrian sambil mencomot camilannya.
"Belom." Jawab Adinda singkat. Adrian menaikkan kedua alisnya.
"Gilang?" Usulnya. Adinda menggeleng.
"Udah sama Ranti." Jawabnya.
"Gading?"
"Sama Kinand."
"Arkan?"
"Sama Adel."
"Gua?"
"NAJIS!"
Adrian terbahak begitu Adinda menanggapi pertanyaan terakhirnya dengan nada sewot.
"Santai ae kali. Nggak usah ngegas." Ucap Adrian masih setengah terbahak.
Adinda hanya mencibir, memperhatikan dengan seksama film horor yang diputar Adrian.
"Sejak kapan suka film horor?" Tanya Adrian lagi. Adinda menoleh.
"Sejak gua sadar setannya di sini."
* * *
Adinda kembali ke kamarnya setelah menghabiskan lima film horor bersama Adrian di bawah.
Kalau tidak ke-gep sama Mama, sudah pasti malam ini habis semua koleksi film horor Adrian mereka tonton.
I'm still holding on...
Kepala Adinda seakan bertubrukan dengan lagu itu. Seakan berputar di otaknya.
I will always be yours
Forever and more
Through the push and the pullI still drown in your love
And drink till I'm drunk
And all that I've done
Is it ever enough?Entah kenapa air mata Adinda membanjir pada sarung bantalnya. Lagu itu berputar dikepalanya bagai kaset yang diputar berulang-ulang, pada bagian yang sama.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Still
Teen FictionKamu adalah luka sekaligus penyembuh yang paling aku suka. © Okt 2017 by Gigihsusu