-10-

3.2K 375 18
                                    

Loves By Jiikeiha

Disclaimer By Masashi Kishimoto

.

.

.

Hari mulai beranjak petang saat pria bersetelan jas merk ternama itu termenung di depan jendela besar yang ada di ruang kerjanya. Sudah hampir lima belas menit ia berdiri di sana, membiarkan beberapa dokumen tercecer di atas meja. Pemandangan kota dengan jalanan yang mulai padat merayap lebih menarik perhatiannya.

"Kalian sudah lima tahun menikah, Adik iparmu saja akan segera melahirkan anak keduanya." suara ibunya yang bertandang ke kantornya siang tadi terngiang.

"Okaa-san, kumohon jangan bahas masalah ini terus." Sasuke mulai lelah setiap kali bertemu, ibunya selalu membahas dirinya yang belum juga dikaruniai keturunan setelah lima tahun menikah.

"Kau tidak malu dengan Sai dan Ino?" dalam hati Sasuke menggerutu.

Sai, adiknya sudah memiliki seorang putra dan sebentar lagi pun Ino, adik iparnya akan melahirkan anak kedua mereka.

"Hn." ibunya menatap tajam ke arah Sasuke yang meresponnya dengan malas-malasan.

"Kau harus sedikit lebih peduli dengan masalah ini, Sasuke-kun!" sang ibu mulai meninggikan suaranya, Sasuke memilih mengalihkan perhatiannya ke dokumen yang ia pegang.

Dengan tidak sabaran ibunya, Uchiha Mikoto berjalan menghampiri meja kerja anaknya. "Kau dan Hinata bisa mencoba lagi proses bayi tabung!"

Sasuke benar-benar lelah, sudah dua kali mereka mencoba melakukannya namun hasilnya belum memuaskan. Sasuke hanya tidak tega melihat Hinata tertekan dengan tuntutan ibunya.

Menghela napas kasar, Sasuke meletakkan dokumen yang ia pegang dan kembali menatap netra kelam ibunya.

"Beri aku dan Hinata waktu untuk tidak memikirkan hal ini dulu, setelah itu kami akan berusaha lagi." Mikoto mendengus mendengarnya. Dengan angkuh wanita paruh baya itu berbalik pergi, namun sebelum mencapai pintu ruang kerja Sasuke, Mikoto kembali memutar tubuhnya, menatap tajam ke arah sang putra, kemudian berkata.

"Kalau begitu lebih baik kalian berpisah!"

.

.

.

Sasuke melihat hampa langit malam yang sepi bintang, bulan pun tertutup awan... mendung, se-mendung hatinya. Hinata, istrinya sudah terlelap lebih dulu.

Kata demi kata yang keluar dari mulut Mikoto mengganggunya, membakar emosinya. Bagaimana bisa Mikoto tega menyuruh mereka berpisah hanya karena pernikahan mereka belum dikaruniai keturunan. Bukankah hal itu mutlak menjadi urusan Tuhan?

Angin malam yang dingin membuat kedua mata Sasuke terpejam. Saat ia merasa tubuhnya dipeluk dari belakang, saat itu juga ia kembali membuka matanya.

"Anata, kenapa belum tidur?"

Kedua tangan mungil saling bertaut di perut Sasuke. Sudut bibirnya berkedut membentuk senyum. Dengan lembut Sasuke mengelus tangan berkulit putih milik istrinya.

"Hn, kenapa bangun?"

Bukannya menjawab Sasuke malah balik bertanya, Hinata makin menenggelamkan wajah ke punggung suaminya.

"A-ku.... terasa aneh bagiku saat terlelap tapi tidak memelukmu," lirihnya.

Sasuke memutus tautan tangan Hinata, memutar tubuhnya. Kedua tangannya membelai seduktif lengan Hinata sebelum menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Hinata tersenyum, memejamkan mata saat indera penciumannya menghirup rakus harum aroma tubuh Sasuke.

LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang