"Anik, kamu percaya gak kalau aku bisa lihat hantu?"
Tanya mendengar Anik tersedak di seberang telepon. Ya, saat ini dia sedang berbicara via telepon dengan sahabatnya itu.
"Kamu bisa lihat hantu?"
"Iya! Dan hantu itu minta bantuan aku."
"Hantunya gimana? Dia ngenalin diri gak ke kamu? Hantu jenis apa dia?"
"Biasa aja sih dia. Hantu jenis ... maksudnya?"
"Dia itu pocong, Genderuwo, kuntilanak, tuyul, atau mamang sate yang mati ketabrak kereta?
"Kok horor sih, An?"
"Jadi dia itu gimana?"
"Ya, biasa aja. Kayak kita juga, cuman agak lusuh aja tampangnya."
"Oke! Aku cuman mau bilang, hari ini kita gak bisa pergi ke Mall bareng. Kamu pergi sendiri aja," tiba-tiba Anik mengubah topik pembicaraan.
"Kamu gak percaya aku, An?"
Tanya memindahkan ponselnya ke telinga sebelah kanan."Besok aku ajak kamu ke psikiater kenalan Mama ya. Aku tutup!" Dan telepon pun terputus.
Asam cuka! Anik yang udah kayak saudaranya aja nggak percaya. Gimana kalau orang-orang menganggap Tanya gila?
Tanya mengacak-acak rambutnya, mengerang.
"Rumah kamu emang selalu sepi kayak gini, ya?"
Expecto patronum. Ingin sekali Tanya mengucapkan mantra itu saking terkejutnya dengan kemunculan Wafer yang selalu tiba-tiba. Jika saat ini Tanya berada di dunia sihirnya Harry Potter, mantra itu pasti ampuh sekali untuk mengusir para Dementor. Dan mungkin saja Wafer ini salah satu Dementor yang kabur dari penjara Azkaban, lalu menyamar menjadi hantu berwujud manusia. Aaaargh! Apa sih, makin nggak masuk akal.
"Bisa gak kalo muncul pemberitahuan dulu? Mau buat aku mati trus jadi hantu nyusul kamu, iya?" Kata Tanya sinis.
"Tadi aku abis keliling rumah ini. Dan rumah kamu ini lebih sepi dari kuburan, lho." Wafer tidak mempedulikan perkataan sinis gadis itu.
"Iya, emang selalu sepi gini. Seenggaknya rumah aku lebih nyaman dari pada kuburan yang kamu huni."
"Mama kamu mana? Kamu tinggal sendiri, ya?"
Wafer tersentak saat melihat perubahan wajah Tanya karena pertanyaannya. Sepertinya gadis itu sedih karena Wafer menyinggung Mama nya. Dengan cepat dia berdeham dan mengalihkan pertanyaan. "Jadi, adakah yang bisa aku lakukan untukmu hari ini?"
Tanya mengerjapkan mata.
"Ikutin aja aku, oke?!" Katanya lalu ke luar dari rumah.
****
"Ini gak sehat. Kamu gak boleh makan ini,"
Wafer menunjuk makanan kaleng dan beberapa mie instan yang Tanya masukkan ke dalam troli.
"Cerewet!"
"Dibilangin gak percaya." Wafer cemberut.
"Emang kamu mau masakin aku? Kalau kamu bisa masakin aku ... aku akan keluarin semua ini dan kita pindah ke bagian sana buat beli makanan segar dan sehat."
"Kalau aku masih hidup sih, mau dan bisa aja."
"Nah, makanya diam aja. Yang makan juga aku." Kata Tanya terus memasukkan makanan-makanan kaleng yang Ia butuhkan.
"Tanya, beli ini deh. Wafer rasa coklat keju. Enak loh, manis." Wafer menunjuk-nunjuk berbagai bungkusan cemilan dengan bersemangat.
"Nggak suka Wafer." Kata Tanya cuek.
"Tapi kalo aku suka, kan? Soalnya aku lebih manis." Wafer tiba-tiba berdiri di hadapan Tanya dengan senyum ceria dan alis yang dinaik turunkan.
Hantu kok narsis.
Tanya melewati Wafer begitu saja, tak peduli. Gadis itu terus mendorong trolinya ke bagian kasir.
Dan antrean macam apa itu? Kasir satu tutup, dan hanya kasir dua yang bertugas. Mana Tanya lagi kebelet. Kalau dia tinggalkan pasti tempatnya ini diambil orang. Duh, gimana?
"Wafer, sini. Gantiin antrean aku sebentar dong. Kebelet ini." Bisik Tanya.
"Aku hantu, Tanya."
Oh, iya. Wafer kan hantu. Percuma juga nyuruh dia ngantre, nggak keliatan orang. Hh, kepaksa ditahan.
****
Setelah antrean kasir yang panjang itu, Tanya buru-buru pergi ke toilet cewek.
Keluar dari sana, Tanya tidak menemukan Wafer dimana-mana. Kemana pula hantu kunyuk itu? Tiba-tiba muncul, tiba-tiba ngilang.
Sampai di lantai dasar Mall, dilihatnya Wafer sedang berbaur dengan orang-orang-mendengarkan sebuah band remaja menyanyikan lagu Hujan Turun milik Sheila on 7.
Tanya melangkahkan kakinya berdiri di sebelah Wafer. Memperhatikan lelaki itu ikut bernyanyi. Kalau dilihat lagi, Wafer memang manis. Apalagi dilihat dari samping gini. Duh, apa sih? Jangan bilang aku mulai suka dia? Konyol banget!
Wafer menoleh-sadar akan keberadaan Tanya.
"Sudah?" Tanyanya.
Tanya mengangguk.
"Tunggu sebentar. Kamu pasti akan kaget lihat kejutan diakhir acara ini."
"Hah, maksudnya?"
"Acara ini tuh ada kejutannya. Aku sering nonton acara ini di TV. Tapi gak pernah nonton live. Sekarang punya kesempatan nonton. Jadi jangan pulang dulu, bentar lagi." jelas Wafer.
Meski pun bingung. Tanya tetap menuruti apa yang dikatakan Wafer. Kalau dia mau pulang duluan sih bisa aja. Tapi dia juga penasaran.
Mendadak suara penonton terdengar riuh. Wafer juga ikut berteriak. Ya, suara Wafer mah cuman aku yang bisa dengar.
Mata Tanya tertuju ke arah panggung kecil. Di sana, Duta-penyanyi asli lagu ini ikut bernyanyi. Dia melambaikan tangan kepada penonton, menyapa.
Tanya menganga tak percaya, lalu ikut berteriak. Ia tidak menyangka akan bertemu Bang Duta di Mall ini, penyanyi favoritnya.
Untung saja Ia menuruti apa kata Wafer untung tinggal. Kalau nggak.... bisa nyesal.
"Suka Sheila on Seven juga?"
"Suka banget!" Teriak Tanya tanpa sadar.
Wafer ikut tersenyum melihat senyum ceria Tanya.
(Belum di edit 😩 kasih tau kalau ada error eyd yang bikin sakit mata ya. Dan semoga Wafer bisa menghibur malam minggu kalian 😘)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Ghost
FantasyNama: Wafer Umur: 18 tahun (jika dilihat dari bentuk wajah) Tinggi: 175cm (itu belum dihitung saat Ia terbang melayang-layang) Ciri khas: tentu saja tampan (anggap saja enak buat dipandang. Tidak jelek-jelek amat) Status: Hantu (arwah gentayangan) T...