Tanya/Wafer

2K 233 53
                                    

"Wafer, kenapa balik lagi?" Kening Tanya mengerut melihat tampang kusut Wafer.

"Tanya... Malam ini aku nginap di sini, ya?" Wafer menatap Tanya, memohon.

"Kenapa? Kamu diusir? Atau ada ritual pengusiran hantu di tempat kamu?" Sebenarnya Tanya  mengucapkan itu biasa saja, tapi entah kenapa terdengar sinis di telinga Wafer.

"Bukan! Ini lebih menakutkan dari ritual pengusiran hantu."

Tanya meringis mendengar nada tinggi sekaligus frustrasi dari suara Wafer. Saat ini, Wafer terlihat sangat rapuh. Atau bingung? Tanya rasa keduanya. Wafer seperti pangeran kecil yang minta diselamatkan.

"Maaf, Tanya. Hati dan pikiran aku lagi tak tun tuang." Wafer terduduk di sisi ranjang. Sebelah tangannya menopang kepala. Raut mukanya muram. Benar-benar bukan seperti Wafer yang biasanya.

Tak tun tuang itu apa? Kening Tanya semakin mengerut mendengar kalimat itu. Tapi dengan cepat ia menggeleng, menyadarkan diri. Saat ini, Wafer butuh dirinya.

"Oke, kamu boleh menginap di sini." Kata Tanya akhirnya.

"Yes! makasih, ya, Tanyakuuu." Wafer melompat cepat—memeluk Tanya. Tanya yang dipeluk tiba-tiba begitu menahan napas. Bukan karena kaget, tapi saat ini tubuh Wafer sedingin kulkas. Sangat dingin sampai membuat Tanya menggigil.

"Tapi kamu tidurnya di kamar di lantai bawah."

Wafer melepaskan pelukannya. Ia merengut menatap Tanya.

"Kenapa? Kamu nggak percaya sama aku? Kamu takut aku yang ganteng ini melakukan sesuatu saat kamu tidur lelap?" Wafer meletakkan kedua tangan di bahu Tanya, diremasnya pelan. "Tanya, kamu nggak usah takut. Aku ini hantu baik. Lelaki baik-baik. Aku nggak akan melakukan apa pun itu yang sedang kamu pikirkan. Atau kamu yang mau kita ngelakuin sesuatu malam ini? Hm, yang ada dipikiran kamu itu." Wafer menaik-turunkan alisnya.

Tanya mengerjapkan mata.

Wafer ini... sempat-sempatnya narsis begini. Udah gitu, emang dia tahu isi pikiran aku apaan? Benar-benar minta dicelupin kelautan dalam. Biar meleleh dimakan ikan sekalian.

Tanya menarik tangan Wafer dari bahunya. Digenggamnya, lalu diremasnya kuat. Wafer meringis kesakitan. Ia melotot pada Tanya yang balas memelototinya.

"Kamu itu lagi sedih atau cuman pura-pura? sempat aja ngomong begitu. Pokoknya kalau kamu mau nginap di sini, kamu harus tidur di kamar bawah." Kata Tanya sambil menghempaskan tangan Wafer di udara.

"Aku lagi kacau, Tanyaaa. Benar-benar kacau. Tapi kalau di dekat kamu, aku jadi tenang, damai, dan tentram." Kata Wafer dramatis. "Jadi bolehin aku di sini, yaa."

Tanya menarik napas. Nggak tega juga liat tampangnya yang kayak gitu. Akhirnya ia mengangguk mengiyakan.

Wafer tersenyum senang dan langsung merebahkan dirinya di ranjang. Matanya memejam.

"Yang nyuruh kamu tidur di situ siapa, Wafer?" Kata Tanya sambil berjalan ke arah Wafer lalu menarik Wafer menjauh dari ranjangnya.

"Kata kamu aku boleh tidur di sini." Wafer berucap lelah.

"Tapi bukan seranjang sama kamu."

"Terus aku tidur dimana?"

"Di lantai,"

Mulut Wafer menganga tak percaya.

"Lantai kan dingin, Tanya."

"Tubuh kamu juga dingin. Sekalian aja menyatu sama lantai. Pikiran kamu juga perlu didinginkan."

"Nanti tidur aku nggak nyenyak."

"Gaya! Biasanya kamu juga tidur di kuburan. Kamu itu hantu, Wafer. Nggak punya rasa."

"Aku ini pacar kamu, Tanya. Dan rasa aku manis. Sama manisnya dengan perasaan tulus aku ke kamu." Kata Wafer sangat dramatis.

Tanya mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Wafer. Sepertinya Wafer memang punya seribu kepribadian. Sebentar galau, terus narsis lagi.

"Pokoknya kamu tidur di lantai!"

😊😊😊

(I am back. Kalo votenya rajin, aku juga rajin. Penulisnya kayak anak kecil, emang. Wkwk)

The Sweet GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang