Xiao~Wafer

2.5K 222 46
                                    

"Jangan mendekat, Xiao! Aku lagi pusing."

Xiao memainkan kepangan rambutnya, jengah akan larangan Wafer. Bagaimana tidak, ia bahkan berada sangat jauh dari Wafer, beranjak dari tempat duduknya saja tidak. Wafer baru datang sudah melarangnya begitu. Minta dilempar balok kayu kayaknya.

"Pusing kenapa?" Meskipun kesal tapi Xiao penasaran juga.

"Pusing, ya, pusing."

"Ya, kenapa?"

"Aku menolak bercerita,"

"Ya sudah kalo gitu. Rasain aja sakitnya sendiri,"

"Kamu kok gitu," Wafer mendekat. Wajah pucatnya kusut sekali.

"Katanya gak mau cerita. Ya udah sih, gak rugi juga buat aku."

"Apa aku cerita aja ya?"

"Terserah Bang, terserah!"

"Tapi aku gak mau cerita."

Beneran minta dilempar balok kayu.

"Sebenarnya aku mau cerita biar lega." Wafer menopang dagu.

"Ya udah, ayo cerita."

"Tapi aku gak mau cerita."

Xiao mendengus, "Mati aja lagi kamu, Bang."

"Emang bisa mati dua kali?"

"Kalo bisa aku juga mau."

"Nah makanya, kamu jangan ngasal!"

Xiao mengusap dada melihat kelakuan Wafer. Temannya itu kalau tidak genit, ya ngeselin. Wafer itu punya segudang tabiat.

Sabar, sabar, sabar.

"Kamu ngatain aku ya, Xiao?" Tuduh Wafer.

"Siapa yang ngatain sih? Apa karena Tanya, Abang jadi begini?"

"Kenapa bawa-bawa Tanya? Dia itu penolong aku, tahu. Dia itu segalanya."

"Oh, jadi aku gak segalanya?" Xiao merengut.

"Kamu kan beda lagi,"

"Aku apa?"

"Kamu itu teman tempat pelarian kalau hati aku lagi buruk kayak gini."

Punya hati juga, nggak. -_-

"Hati kamu buruk kayak gimana? Ditolak sama Tanya, ya?" Xiao makin penasaran.

"Hati aku lagi dalam masa pertumbuhan nih, Xiao. Butuh asupan cinta."

Sebaiknya kalau kalian bisa melihat Wafer, sebisa mungkin kalian hindari dia. Kalau nggak, kalian akan ketiban musibah kayak aku. Harus ekstra sabar. Padahal aku itu cuman hantu Cina nan manis :(

"Pergi aja sana lu olang, Bang. Temuin asupan cinta kamu itu."

"Kamu emang paling tahu aku, Xiao. Baru aja ketemu Tanya tadi siang, sekarang udah kangen lagi."  Wafer mengedipkan mata, lalu menghilang.

Xiao hanya bisa menggeleng, maklum. Ujungnya, Wafer tidak jadi bercerita. Tapi tanpa Wafer cerita pun Xiao juga nanti akan tahu sendiri. Xiao kan yang mengawasi Wafer.

                       —000—

"Kenapa kamu nggak ngasih tahu aku kalau penyelamat Wafer itu Tanya?"

Xiao menggigiti selang minuman, gugup. Ia ketahuan sama si sok penguasa. Dan ia tak bisa mengelak lagi.

"Kenapa? Sudah bosan keliaran, mau aku kurung dalam botol?" Orji menatap Xiao geram. Ya, si sok penguasa itu memang Orji. Teman mereka sendiri. Teman Wafer, teman Xiao juga. Saat Orji ingin masuk ke dalam rumah kosong yang mereka tempati saat ini, ia tidak sengaja mendengar percakapan Xiao dan Wafer. Sebisa mungkin Orji menahan amarahnya sampai Wafer pergi. Xiao benar-benar menguji emosinya.

"Aku bukannya gak ngasih tahu ... kupikir Tanya itu gak penting."

"Nggak penting? Dia itu penting buat aku, Xiao. Kamu lupa, atau pura-pura lupa?" Kata Orji, sarkas.

"Aku pikir itu bagus untuk kalian berdua."

"Jangan pernah menyeret Tanya, Xiao. Pikiran kamu itu, aku nggak setuju!"

"Tapi cuman Tanya yang bisa bantu Wafer." Kata Xiao memelas. Ia benar-benar putus asa dengan permasalahan dua temannya itu.

"Wafer kan bisa nyari orang lain," Orji menarik kasar rambutnya. "Gak harus Tanya."

"Mungkin ini takdir. Biarkan ia menentukan jalannya sendiri, Ji." Kata Xiao memberanikan diri.

Orji memang keras. Tapi Xiao nyaman bisa berteman dengannya. Meski Orji hanya memanfaatkannya, Xiao tak peduli. Karena Xiao sangat menyukai Orji.

"Aku tetap nggak setuju. Kamu harus buat mereka pisah." Orji berkata tegas.

Xiao mendesah, "oke! Beri aku waktu."

Haloo, maaf baru bisa update dan gak nepatin janji buat up tiap hari. Kerjaan lagi numpuk soalnya 😊 apa kita perlu nyari visual Wafer? Kalian mau bantu nyari gak? Bantuin ya. Btw, jangan pelit Bintang dong, biar aku semangat nulisnya 😂




The Sweet GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang