Tanya terkejut saat Wafer tiba-tiba memeluknya erat. Ia diam mematung, menahan napas.
Wafer kenapa, sih? Aneh banget
"Wafer, aku nggak bisa napas. Mau buat aku nyusul kamu?" Kata Tanya akhirnya.
"Sebentar aja, Tanya. Aku mau transfer sakit hatiku." Wafer menjawab serak.
Fix, ini hantu lagi aneh.
"Emangnya kamu sakit hati karena apa?"
"Aku udah tahu kenapa aku mati,"
Kening Tanya mengerut.
"Kamu sudah tahu kenapa kamu mati? Terus, apa hubungannya dengan sakit hati? Pake acara transfer ke aku segala lagi." Tanya berdecak. "Oh, kamu sudah tahu kalau kamu mati karena di guna-guna mantan pacar kamu? Makanya kamu sakit hati,"
Wafer langsung melepas pelukannya, membuat Tanya tersentak mundur.
"Kamu sinetron banget sih, Nyak."
"TANYA." Kata Tanya Sambil berkacak pinggang.
"Manggil Tan, salah. Nyak, juga salah."
"Jadi kenapa kamu sakit hati?" Tanya mengabaikan gerutuan Wafer. Ia melangkah ke arah lemari, mengambil baju ganti, dan bergegas masuk kamar mandi.
"Kamu bisa denger aku dari sini, nggak?"
"Bisa!" Teriak Tanya dari dalam kamar mandi.
Demi kacang, Wafer itu... Aku baru pulang sekolah dan keringetan gini, main peluk aja. Ini jantung juga kenapa macam soda kepanasan.
"Kan, jadi gak niat cerita."
"Wafer kamu pernah ngerasain tinjunya superman, nggak?"
"Nggak pernah. Emang kamu pernah? Gimana rasanya?"
"Rasanya kayak makan cabe sekilo."
"Kamu pernah makan cabe sekilo?"
"Setengah ton juga aku pernah." Tanya keluar dari kamar mandi dengan wajah merah. Kesal ampun.
"Rasanya gimana?"
"Kuceritakan sampai kiamat juga nggak akan selesai." Tanya merengut.
Wafer terbahak. Sepertinya Tanya adalah pengobat dari segala sakit hatinya. Amarah yang tadi menggebu kini mereda. Dan itu semua karena Tanya.
"Jadi, kamu sakit hati karena apa?" Tanya mengulangi pertanyaannya. Ia duduk di kursi dan merapikan meja belajarnya.
"Hm..."
"Kalau nggak niat cerita, nggak apa sih. Nggak maksa juga." Kata Tanya tak acuh. Ia membuka laci meja dan menjerit. Di usapnya dada, mengatur napas. Ingin sekali Tanya memukul Wafer yang tiba-tiba sudah ada di dalam laci itu. Tubuhnya dilipat dan matanya berkedip jahil pada Tanya.
"Waferrr! Kayaknya niat kamu sebenarnya itu mau buat aku mati muda, ya? Bukan ngembaliin ingatan kamu iya, kan?!"
Wafer terbahak, hebat. Menjahili Tanya membuat permasalahannya dengan Orji memburam sementara.
"Kamu lucu bin aneh kalau jejeritan begitu." Kata Wafer tidak berhenti tertawa. Ia keluar dari dalam laci dan duduk di atas meja. Berhadapan dengan Tanya.
Tanya mengerucutkan bibir. Menatap Wafer tajam.
"Kamu lebih aneh. Seharian ini kamu aneh."
"Aneh gimana? Biasanya juga aku begini. Kesukaanku, kan, godain kamu." Kata Wafer memangku kepala dengan tangan. Tersenyum manis menatap Tanya.
Pukpuk jantung.
Tanya mendorong kepala Wafer dengan jari telunjuk. "Muka kamu jangan terlalu dekat." Katanya gugup.
"Liatin pacar sendiri dari dekat aja nggak boleh." Wafer mengeluh. "Ini foto apa, sih? Kok dibalik gini?" Tunjuk Wafer pada bingkai foto yang diletakkan terbalik.
Tanya terdiam menatap bingkai itu. Matanya perlahan berkabut. Dengan cepat Tanya mengerjap, mengambil napas dalam.
"Pacar, ya?" Wafer menautkan alisnya. "Tapi, kan, pacar kamu aku."
Tanya mencibir. Tetap enggan menjawab pertanyaan Wafer. Di ambilnya bingkai foto itu, lalu meletakkannya di sisi tempat pensil. Kali ini bingkai itu diletakkannya berdiri, membuat foto di dalam bingkai terlihat jelas.
"Jadi, Wafer, siapa yang udah bunuh kamu?" Kata Tanya masih penasaran dengan cerita Wafer yang terputus.
"Orang yang ada di foto itu," jawab Wafer lemah.
Tanya tertegun tak percaya. Di lihatnya raut wajah Wafer mengeras. Matanya berkabut hitam. Dan udara di sekitar mereka serasa sedingin es.
"Haha, Wafer becandaan kamu itu nggak lucu."
Wafer menatap Tanya tajam. Tidak ada kelembutan. Tidak semanis tadi. Wafer yang ada di depan Tanya saat ini seperti bukan Wafer yang biasanya.
"Siapa orang yang di foto itu bagi kamu, Tanya?" Suara Wafer terdengar geram. "Pacar kamu? Atau Orang yang kamu cintai?"
Udara semakin mendingin. Tanya melirik Wafer, takut.
"Jawab pertanyaan aku, Tanya." Gertak Wafer.
"Iya. Dia orang yang aku sayang."
"Pacar kamu?" Tangan Wafer mengepal.
Tanya menggeleng pelan.
"Dia kakak aku, Wafer."
* * * *
(Alohaaa, Wafer hadir. Aku tak tahu ini cerita akan bagaimana. Belum di edit pula. Dan untuk kalian yang setia ngasih vote dan komen, nggak akan digantung kok. Sok dikunyah Wafernya 😂😂)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Ghost
FantasyNama: Wafer Umur: 18 tahun (jika dilihat dari bentuk wajah) Tinggi: 175cm (itu belum dihitung saat Ia terbang melayang-layang) Ciri khas: tentu saja tampan (anggap saja enak buat dipandang. Tidak jelek-jelek amat) Status: Hantu (arwah gentayangan) T...