Mereka

1.7K 172 28
                                    

Dan akhirnya hanya kenangan yang tersisa.

Langit menggelap sempurna. Angin bertiup semakin dingin. Rasa sakit menimpa hati masing-masing.

Orji mengepalkan tangan melihat Wafer mendorong Tanya dengan kasar. Giginya bergeletuk, marah. Samar, dilihatnya Tanya menyeka air mata.

Wafer benar-benar minta dimusnahkan.

"Kalau kamu mau balas dendam sama aku, jangan libatin Tanya. Cukup kita aja, Wafer." Kata Orji datar.

Wafer menatap Orji sinis, juga Xiao yang ada di sisi lelaki itu. Mereka berdua membuat amarah Wafer semakin mendidih. Wafer menarik tangan Tanya lalu memelintir ke belakang. Tanya meringis kesakitan.

"Kamu pikir aku sebodoh itu? Aku nggak bisa nyentuh kamu, Ji." Wafer tertawa mencemooh. "Aku akan sakitin Tanya sebagai gantinya,"

Tanya mendongak menatap Wafer.

Kak Orji ada di sini? Aku nggak salah dengar, kan?

Tanya membuka mulut ingin mengatakan sesuatu. Tapi cengkaraman Wafer semakin kuat membuatnya meringis.

"Kamu nggak akan bisa kembali ke surga kalau kamu nyakitin manusia. Apalagi itu Tanya, adik aku. Orang yang kamu sayang." melihat Wafer yang semakin menjadi menyakiti Tanya, Orji mencoba mengalah. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada Tanya.

"Maksudnya, kamu gunain Tanya buat mengekang aku?!" Ralat Wafer. "Iya, aku sayang Tanya. Aku cinta dia. Tapi cinta itu singkat. Dan aku sudah tidak peduli lagi." Jelas Wafer.

"Fer... Wafer... Setidaknya kamu lepasin dulu Tanya. Kasian dia kesakitan gitu." Xiao berucap menengahi.

Wafer menghilang dan muncul di hadapan Xiao sedetik setelahnya.

"Diam kamu, pembohong. Penghianat!" Katanya tajam.

Xiao memejamkan mata ketakutan. Angin dingin menusuk tubuh pucatnya.

Melihat Wafer menjauh dari Tanya, Orji lekas mendekati Tanya. Melindungi gadis itu.

Tanya merasakan aura hangat di sekitarnya. Air matanya terus mengalir. Ia bingung dengan semua ini.

Dengan siapa Wafer berbicara? Apa benar di sini ada Kak Orji? Jadi selama ini kak Orji gentayangan? Ya Tuhan... Andai aku bisa lihat Kak Orji.

"Jangan nangis terus Tanya. Aku nggak akan percaya sama air mata kebohongan kamu itu. Kalian pasti udah merencanakan semuanya, kan? Kamu bohong nggak bisa lihat Orji pembunuh itu." Kata Wafer jengah.

"Jangan libatin Tanya, Wafer." Kata Orji memperingati Wafer.

"Cih, sekarang kamu jawab aku. Kenapa kamu bunuh aku? Apa kita saling kenal sebelumnya? Kenapa ingatan sialan ini tidak kembali juga."

"Itu kecelakaan,"

"Iya, itu kecelakaan." Xiao membenarkan. Tatapan tajam Wafer  kembali mengarah padanya, membuat Xiao kembali menunduk.

"Dasar kalian pembohong. Sekali pembohong tetap saja pembohong."

"Itu benar, Wafer. Aku tidak berbohong. Aku lagi kacau saat itu—karena pertengkaran keluargaku, dan aku nggak sengaja nabrak kamu di jalan. Aku nggak sengaja. Kamu menyeberang tiba-tiba." Suara Orji terputus. "Aku bahkan selalu dihantui rasa bersalah. Kecanduan obat-obatan, dan akhirnya berakhir sakau dan mati."

The Sweet GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang