"Bucin terus klean." Orji duduk cemberut di atas jendela. Ia senang bisa bersama Tanya di sini. Tapi si Wafer melempem itu malah ngintilin adiknya terus. Gimana Orji mau menghabiskan waktu sama Tanya kalau Wafer selalu merebut waktunya.
"Iri tuh bilang." Cetus Wafer mengejek.
Dasar mie sagu. Berani banget dia ngejekin seorang Orji.
"Tapi kak Orji emang kasian sih. Masa dia udah mati. Punya pacar aja gak pernah."
Kan, Kan beras kencur. Ini ajarannya Wafer nih. Tanya jadi ikut ikutan ngejek aku.
"Kakak bukan belum punya pacar. Tapi kakak memilih untuk nggak punya pacar dan dekat dengan siapa pun. Biar orang yang kakak tingalin nggak sedih." Orji tidak bermaksud menyinggung. Memang seperti itu lah yang ada dipikirannya. Tapi jawabannya malah membuat Wafer dan Tanya terdiam kaku.
Duh, bubur! Kenapa jadi secanggung ini sih suasananya.
"Tanya, sedih nggak ditinggal Wafer?" Wafer memegang Tangan Tanya, menanti jawaban.
Sala lauak bulat. Makin berani ya temanku ini. Pegang-pegang tangan Tanya depan aku lagi.
"Sedih," Jawab Tanya dengan raut sedih yang dibuat-buat.
"Kalo di sini, Tanya mau gak jadi pacar Wafer lagi?"
"Mauuu!" Tanya berseru senang.
"Demi buah jerukk. Di tolak gitu dek. Atau jangan dijawab sesenang itu. Cewek itu harus punya gengsi. Masa kamu mau gitu aja sama Wafer." Orji berkata tak terima dengan kelakuan adik perempuannya itu.
"Aku suka Wafer dari dulu tanpa syarat kok Kak. Langit dan bumi saja yang memisahkan aku dengannya. Kalau tidak kami akan bahagia membangun rumah dan memperbanyak anak."
Orji terbatuk mendengar perkataan Tanya.
"Adekkk! Kamu diracunin apa sama Wafer sampai bisa selebay itu njawabnya. Astaga, aku salah makan atau salah mati sih? Kok bisa adikku jadi kayak..." Orji menatap Tanya dan Wafer bergantian. Mendadak ia pusing padahal ia yakin tidak akan bisa terkena penyakit itu lagi.
"Tanya itu tulang rusuk aku, Ji. Jadi sangat wajar sekali kalo Tanya jadi kayak aku. Iya kan, Anya?" tanya Wafer manja.
"Iya, Wafel." Dan dijawab Tanya tak kalah manja. Mereka berdua tersenyum seakan langit milik berdua.
"Cukup menggelikan ya kalian berdua. Aku jadi pengen ada abang ketoprak plus ibu-ibu arisan lewat di sini biar rusuh. Atau anak anak demo juga gak papa."
"Ya mana bisa, orang tempat ini tempat kita. Jomblo mah Jomblo aja. Hush hush"
Asinan salakkk. Malah di usir aku. Awas aja kalian ya. Tunggu aku bereinkarnasi dan memiliki banyak uang dan punya banyak pacar. Gantian aku nanti yang giniin kalian.
"Kak Orji kenapa senyam senyum jahat begitu?"
Orji tergagap lalu meloncat berdiri.
"Mau minta sama Tuhan, biar kamu balik lagi."
"Orjii jahat." Teriak Wafer ketakutan.
"Ya abis kalian bucin terus."
"Ya kapan lagi kita diberi kesempatan untuk bucin." Kata Wafer dan disambut anggukkan Tanya.
"Ah, dah ah. Mau cabs. Makin panas kalau di sini." Akhirnya Orji menyerah mengganggu dua anak bucin.
"Tapi jangan doa ke Tuhan dulu ya, Ji."
"Janji ya, Kak."
"Ntar aku pikirin." Jawab Orji dan menghilang pergi.
"Orjiiiii!"
"Kakakk!"
Wafer dan Tanya serentak berteriak ketakutan. Membuat Orji ketawa mendengarnya.
Rasain kalian!
Orji jahat? Oh itu Aku, Haha.
°°°°°
(Tolong penuhin bintang dan komentar jika ingin edisi kangen Wafer berlanjut. 🌼🥳💙)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Ghost
FantasyNama: Wafer Umur: 18 tahun (jika dilihat dari bentuk wajah) Tinggi: 175cm (itu belum dihitung saat Ia terbang melayang-layang) Ciri khas: tentu saja tampan (anggap saja enak buat dipandang. Tidak jelek-jelek amat) Status: Hantu (arwah gentayangan) T...