Kamu hadir di kemelut rasa putus asa, menghadirkan bahagia.—Tanya
Wafer berjalan di komplek perumahan rumah Tanya dengan perasaan khawatir. Tadi, ia langsung ke kamar Tanya, tapi Tanya tidak ada. Ia juga pergi ke tempat les gadis itu, tapi hasilnya sama saja. Jadi ia putuskan untuk mencari gadis itu di sekitar komplek rumahnya."Wafer, kamu ngapain berdiri di situ?" Tanya berjingkat kaget melihat Wafer berdiri di bawah tiang lampu penerang jalan.
Wafer menoleh saat mendengar suara gadis yang dicintainya.
"Nungguin kamu." Katanya dengan suara tenang. Padahal dalam hati ia khawatir parah.
"Kamu ngagetin. Dari mana kamu tahu aku di sini?"
Aku nggak tahu kamu akan di sini, Tanya. Dari tadi aku nyari kamu ke sana-sini.
Wafer tersenyum penuh arti.
"Dari para hantu. Pertama aku nanya sama hantu botak, trus sama...."
"Tunggu, jadi hantu botak itu beneran ada?" Tanya mengangkat sebelah tangannya di udara, lalu tangan itu bergerak membekap mulutnya. Matanya membelalak tak percaya.
"Ada! Tapi dia jauh dari rumah kamu."
"Jadi waktu itu kamu bohong dong?" Tanya mendekat, memukul pelan dada Wafer.
"He he." Wafer terkekeh pelan. "Kaki kamu kenapa?" Serunya kaget saat melihat Tanya berjalan terpincang.
"Oh, jatuh tadi." Kata Tanya singkat.
Mata Wafer menyipit meminta penjelasan lebih. "Mata kamu juga sembab. Kamu habis nangis?"
Tanya diam, tak ingin menjawab pertanyaan Wafer. Ia tidak mau pertahanannya runtuh lagi. Ia tidak mau menangis di depan Wafer dan membuat lelaki itu khawatir. Ia tidak mau, meskipun hatinya saat ini tertusuk sakit.
Ujung mata Wafer melihat Tanya menarik napas berkali-kali. Ia menunggu jawaban atas pertanyaannya. Tapi Tanya tak kunjung bersuara. Gadis itu bahkan berjalan melewatinya. Akhirnya Wafer menyerah. Ia ikut diam, tak ingin mencecar Tanya dengan pertanyaannya.
Wafer sedikit berlari menyusul Tanya. Tangannya dilingkarkan di pundak gadis itu, menepuknya pelan.
"Tak apa, Tanya. Orang yang paling banyak menangis, dia adalah orang yang kuat." Katanya menenangkan.
Tanya menunduk, memejamkan matanya kuat, mencoba menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Napasnya kembali sesak.
"Kamu boleh nangis sepuasnya. Aku ada di sini buat kamu. Aku nggak akan nuntut kamu buat cerita. Aku cuman mau bilang, untuk hidup kamu yang pahit, kamu butuh sesuatu yang manis. Mungkin itu sebabnya tuhan mengirim aku dalam hidup kamu..."
Tanya memeluk tubuh dingin Wafer. Terisak hebat. Ia tidak bisa menahan tangisannya lagi. Wafer menepuk punggung Tanya pelan, berharap itu bisa menenangkannya.
Setelah agak lama, Tangisan Tanya pun berhenti. Ia mendongak. Tangannya menyapu sisa air mata di pipinya. Ia membuang napas panjang.
"Karena kamu manis?" Kata Tanya tiba-tiba.
"Hah?" Wafer mengangkat sebelah alisnya mendengar perkataan tiba-tiba gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Ghost
FantasíaNama: Wafer Umur: 18 tahun (jika dilihat dari bentuk wajah) Tinggi: 175cm (itu belum dihitung saat Ia terbang melayang-layang) Ciri khas: tentu saja tampan (anggap saja enak buat dipandang. Tidak jelek-jelek amat) Status: Hantu (arwah gentayangan) T...