Xiao terbatuk-batuk setelah Orji mengeluarkannya dari botol. Ia membungkuk mengusap dada. Matanya mendelik tajam pada Orji. Lelaki itu membalas tatapan Xiao dengan kekehan ringan. Xiao mendesis nyaring.
"Tega banget sih, Ji. Ngurung aku demi obsesi nggak jelas kamu itu." Xiao berucap sinis.
"Sesekali kamu menderita demi aku, kan, nggak apa Xiao."
"Sesekali ... berkali-kali malah. Kenapa baru ngeluarkan aku sekarang? Dua hari sebelum batas waktu, ck! Kamu nih sengaja mau lenyapin aku, gitu? Untung aja aku nggak ngilang beneran." Xiao melipat tangannya di dada.
"Haha, ya, maaf."
"Ketawa lagi," sinis Xiao membuat ketawa Orji terdengar makin kencang.
"Tapi, drama kamu boleh juga, Xiao." Kata Orji di sela-sela ketawanya. "Pakai acara gedor-gedor botol pula. Untung aku nggak ketawa waktu itu."
"Ya, dong. Mantan artis sih."
"Mantan artis dunia Maya, maksudnya?!" Orji memperjelas.
"Ish,, lu olang mah minta dibalsem."
"Tapi beneran kamu bagus." Orji mengacungkan dua jempolnya ke udara. Melihat itu senyum Xiao tercetak jelas sesaat kemudian meredup lagi.
"Tapi, Ji... Apa kita nggak keterlaluan?"
"Ya, biarin aja."
"Tapi, kan, kesian Wafer."
"Terus aku nggak kasihan?"
"Kamu..."
"Aku juga perlu dikasihani, Xiao. Bayangin kamu ada di posisi aku coba,"
Xiao meringis.
"Tapi tugas kamu itu harusnya minta maaf ke Wafer, Ji. Harus! Biar kamu tenang."
"Aku tahu!" Suara Orji perlahan meninggi. "Aku tahu. Nggak perlu kamu ingetin terus-terusan. Aku tahu, aku harus mengemis maaf sama Wafer karena aku ... udah bunuh dia." Dan kalimat terakhir itu pun terucap. Orji membuang napas. Xiao terhenyak. Meski sudah tahu fakta ini sejak lama, Xiao masih saja sakit saat mengingatnya. Apalagi diucapkan dengan jelas begini.
0000
Suara Orji dan Xiao mendengung keras. Wafer merasa udara di sekitarnya mendingin. Jadi Orji yang sudah membunuhnya? Kenapa? Wafer mencoba mencari jawaban. Mencoba mengingat semuanya.
Tapi otaknya mati. Tidak ada yang Ia ingat. Wafer mengepalkan tangan. Aura di sekitarnya hitam memekat.
0000
Orji dengan cepat menoleh ke arah sesuatu yang membuatnya resah. Tadi, ia yakin sekali merasakan aura hantu jahat. Orji adalah penangkap hantu jahat, jadi ia bisa langsung tahu saat hantu-hantu itu berada dekat dengannya. Tapi sekarang aura itu menghilang. Membuatnya semakin resah.
"Xiao, kamu yakin cuma kita berdua di sini?" Suara Orji terdengar menuding."
Xiao mengangguk takut. "Kan, kamu yang bawa aku ke sini."
"Apa itu Wafer?" Gumam Orji.
"Wafer?" Xiao memperjelas.
"Aku yakin tadi merasakan kehadiran hantu jahat, Xiao. Kalau itu Wafer, kita harus segera nyari dia. Kalau nggak ... ini bencana Xiao."
"Nggak mungkin ... Wa ... fer, kan?" Xiao menggigiti bibirnya. Semakin takut.
"Xiao!" Orji mengguncang bahu Xiao. "Kita semua tahu, Wafer itu awalnya hantu jahat. Hantu yang dipenuhi dendam akan kematiannya. Dia lupa ingatan itu berkat Paman Malaikat. Dia berubah jadi hantu baik, itu juga berkat Paman Malaikat. Kalau ingatannya balik lagi, maka dia akan benar-benar berubah. Dan itu bencana."
"Tapi Wafer belum ingat apa-apa, Ji?" Kata Xiao meyakinkan.
"Kalau dia denger percakapan kita tadi, gimana?" Duga Orji.
"Ji..." Xiao menatap Orji, memohon tanpa kata. Dan saat mata mereka beradu, Xiao tahu ketakutan mereka sama besarnya.
"Kita harus nyari Wafer, sekarang."
(Setelah sekian lama 😂 cerita absurd dan author absurd ini kambek.. selamat menikmati Wafer. Selamat sore semua 😂)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Ghost
FantasyNama: Wafer Umur: 18 tahun (jika dilihat dari bentuk wajah) Tinggi: 175cm (itu belum dihitung saat Ia terbang melayang-layang) Ciri khas: tentu saja tampan (anggap saja enak buat dipandang. Tidak jelek-jelek amat) Status: Hantu (arwah gentayangan) T...