Sena selalu memulai paginya dengan bermanja pada Mama dan Papanya. Tapi Sena yang seperti itu jarang terlihat ketika di luar rumah.
Dia menjadi pribadi yang arogan di luar rumah. Sena Anggara, cewek blasteran Rusia yang kini duduk di bangku SMA kelas 11 sedang menjadi pembicaraan hangat di Internasional High School, sekolahnya.
Masalahnya Sena bukanlah tipe orang yang terbuka. Siapapun yang mengusik hidupnya, dia akan dibereskan oleh Sena.
Untung saja sekarang Elena- sahabat satu-satunya yang ia miliki- mencegah gadis itu supaya tidak mencari keributan dengan kakak kelas yang memang biang gosip.
"Apaan sih lo El! Lo nggak denger mereka ngomongin gue tadi? Budeg apa gimana sih?" Kemarahan Sena meletup-letup tidak terbendung lagi.
Elena memutar bola mata kesal. "Sena sayang, lo nggak mau kan keluar dari sekolah seindah dan senyaman ini gara-gara beginian?"
Sena melipat tangannya di dada. "Gue. Nggak. Akan. Keluar. Dari. Sini." Sena sengaja menekankan kata-katanya saat Dea-musuh bebuyutannya- lewat.
Dea sudah terang-terangan bahwa dia membenci sikap Sena. Bahkan apapun yang Sena lakukan selalu salah di mata Dea. Padahal Sena tidak pernah mengangkat Dea sebagai komentator tentang dirinya.
"Kenapa lo?" Nah benar kan. Dea mendadak berhenti dan memunculkan kemarahan Sena dengan pertanyaannya barusan.
"Emang gue ngomong sama lo? Nggak tuh." Sena memalingkan wajahnya ke arah lain.
Dea yang harga dirinya selangit jelas tersinggung. Dia memalingkan wajah Sena menghadap ke arahnya. Dea maju selangkah. Sena tetap tak gentar.
Sekeliling mereka sudah penuh siswi yang menonton aksi pagi ini. Tidak diragukan lagi. Jika Sena dan Dea dalam radius kurang dari 100 meter, maka akan ada pertempuran.
"Eh Sena si arogan high school, mata lo rabun ya? Jelas-jelas gue yang lo sindir tadi!" Suara Dea meningkat beberapa oktaf.
Dan benar hal itu membuat kerumunan bertambah ramai. Ada yang bersorak-sorak membela Sena, ada juga yang mendukung Dea.
Sena menepis tangan Dea yang mencengkeram kerah bajunya. "Kalau gue rabun lo minus kali ya. Gue nggak menyebutkan nama Dea." Sena menggunakan tangannya membentuk tanda kutip besar.
Dea bersiap menampar Sena tapi sebuah tangan berotot mencegahnya. Siapa lagi kalau bukan pak Hafran, guru yang sampai saat ini masih sabar mengurusi mereka berdua.
"Kalian nggak ada kapok-kapoknya ya berantem terus. Saya sampai bingung mau kasih hukuman apa lagi." Pak Hafran mengacung-acungkan penggaris kayu yang ia bawa kemana-mana.
"Nggak usah dihukum lah Pak. Gitu repot," jawab Sena. Elena melotot ke arahnya. Namun bukan Sena jika ia tidak bisa melawan.
"Sena, Sena. Kamu itu pinter enggak, sukanya nyanyi, ngedance terus di kelas. Masih juga bikin masalah. Nggak kapok apa kamu?" Pak Hafran meluncurkan penggarisnya menabok Sena, namun secepat kilat Sena menghindar.
"Maaf ya Pak. Urusan saya masih banyak. Nanti saya ada rapat. Jangan ganggu saya, oke?"
Sena memasukkan tangannya ke saku jaket. Tasnya masih ia gantung di punggungnya.
Elena memilih mengikuti Sena. Sedangkan pak Hafran sudah pergi tidak jadi menghukum mereka.
"Sen lo nggak takut nilai lo dikurangi sama Pak Hafran?" Elena setengah berteriak membuat Sena memutar bola mata kesal.
"Kalau lo teriak begini, satu sekolah bakal ngecap gue sebagai berandalan sekolah. Gue nggak salah kok, jadi ngapain gue takut," ujar Sena mantap.
"Ya tapi kan sebentar lagi Ujian Akhir Semester. Mana nilai lo banyak kurangnya lagi. Lo masih ada konser di mana lagi? Nggak bisa dibatalin gitu?" Lihatlah, Elena seperti mamanya, sangat cerewet. Mulut mereka 11-12 lah.
Sena berhenti, menyerahkan tasnya pada Elena dan bersendakap. "Elena, gue nggak akan berhenti salurin hobi gue. Menyanyi itu sama seperti nyawa gue. Jadi kalau lo nggak mau ikut gue, yaudah balik ke kelas. Gue titip tas."
Sena berbalik menjauh dari Elena. Untung saja Elena sabar.
"Istirahat balik ya Sen!"
Sena hanya mengacungkan tangannya di udara membentuk tanda 'oke'.
♡♡♡♡♡
An:Gimana menurut kamu cerita baru yang aku buat? Ada yang langsung tertarik?
Jadi ini adalah cerita aku yang pertama yang pakai ide mainstream. Tapi aku akan berusaha buat ide mainstream itu jadi boom!
Rute updatnya bakal silang ya. Sekarang kan Sena, besok ttg tokoh lain. Jadi gitu sampai tamat.
Do'ain aku lancar nulisnya ya. Semoga bakal banyak yang suka sama cerita ini.
Salam manis dari Intan^^
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANA (COMPLETED)
Teen FictionSena dan Sean adalah dua kutub berbeda. Yang satu arogan yang satu terlalu freake. Bisakah kedua magnet itu disatukan meski keduanya tak punya sifat yang sama? Cover by @prlstuvwxyz #788 highschool (dari 19,9 cerita)