Mata Bengkak

738 55 13
                                    

Pagi sekali Sena sudah sampai di sekolah. Biasanya mah boro-boro, masuk kurang lima menit baru sampai gerbang depan.

Kalau bukan untuk membalas cowok yang memanggilnya ekor kuda kemarin, Sena tidak akan kemari.

Kemarin setelah mengintimidasi Elena, Sena akhirnya tau bahwa cowok itu selalu tiba di sekolah pukul 6 pagi. Bahkan Sena tidak sudi bangun sepagi itu.

Sambil mengamit jaketnya karena cuaca sangat dingin sehabis hujan, Sena mengetuk-ngetukkan kakinya. Elena salah memperkirakan, ternyata Sean datang lima menit setelah kedatangan Sena.

Begitu Sean melangkah masuk, Sena menghadang cowok itu dengan satu kakinya.

"Ngapain?" Sean memandang datar Sena.

"Gue nggak terima ya lo hina ekor kuda kemarin. Pantat kuda aja kalah sama wajah gue." Sena menggebu-gebu.

"Siapa yang nyamain muka lo sama pantat kuda? Lagian childish banget sih lo." Sean melangkah masuk tanpa memedulikan Sena.

"Dasar cowok freak! Di bus aja masih baca buku. Kalau mau pamer sini di depan gue!" Sena sudah tidak tahan untuk mengucapkan  ini. Sebenarnya dia acuh terhadap orang sekitarnya. Namun karena Sean memancing emosinya Sena harus mengungkit kejadian itu.

"Oh jadi lo yang bilang gue freak waktu itu. Lo nggak pernah bercermin kalau lo lebih arrogant ya? Di kelas gue ada tuh kaca besar di belakang."

Sena menggertakkan giginya kesal. "Tau diri dong jadi cowok. Omongan lo pedes!"

Sean yang ingin belajar mengurungkan niatnya. "Emang lo sadar kalau omongan lo nggak nyakitin?"

Entah kenapa Sena malah menangis. Ia meninggalkan Sean dan berlari keluar sambil menutup mulutnya menahan isakan.

Sena bahkan tidak tau mengapa ia menangis karena hal tidak penting begitu. Tapi entahlah saat Sean yang mengatakannya Sena jadi intropeksi diri saat itu juga.

Damn it.

Sedangkan di kelasnya, Sean meneruskan belajar walau sebenarnya pikirannya tidak di buku itu.

*****

"Sena are you okay?" Elena berteriak kencang sekali tepat di samping Sena. Gadis itu setengah tidak percaya dan sangat curiga dengan bengkaknya mata Sena.

"Lo habis nangis? Oh my god. Leon nyakitin lo lagi?" Kepo Elena mencapai puncaknya. Padahal Sena tidak ada masalah apapun dengan Leon yang kini menyandang gelar sebagai pacarnya. Perlu diketahui bahwa sejauh ini hanya Leon yang mampu meluluhkan Sena.

"Apaan sih lo El. Orang gue kepagian bangunnya."

"Yakali Sen gue nggak bisa bedain mana bengkak habis nangis mana mata panda gara-gara nggak tidur," ujar Elena kesal.

"Dibilangin ngeyel." Sena jadi berpikir kejadian tadi pagi. Jika dipikirkan berkali-kali juga tetap Sena yang memalukan. Dia yang menghakimi Sean tapi Sena yang menyerah dan kabur tidak jelas. Apa kata cowok itu tentang Sena? Ish rasanya Sena ingin melenyapkan Sean andai dia bisa.

"Pakai kacamata gue kalau gitu. Nggak ada penolakan. Kalau Leon tau bakal gawat. Dia nggak akan ngebiarin siapapun nyakitin lo." Elena memasangkan begitu saja kacamata ke Sena.

"Itu namanya Leon sayang sama gue. Dia punya komitmen dan tanggung jawab." Ini sudah kesekian kalinya Sena memuji Leon. Cowok tampan anak Ips yang digemari banyak cewek, salah satunya Dea kakak kelas alias musuh bebuyutannya.

Sena ganti memperhatikan Elena. "Seharusnya Bram kayak Leon. Dia kaku banget sih jadi cowok. Lo nggak risih gitu pacaran sama dia El? Bahkan ada yang lebih baik dari dia. Tuh Edo kakak kelas dari dulu kan ngecengin lo."

Inilah salah satu sifat Sena yang suka berkata tanpa menyaringnya. Sena bahkan akan terang-terangan jika ia tidak suka sesuatu. Termasuk tentang pacar Elena, Bram. Tapi memang betul, Bram sangat tertutup untuk ukuran pacar.

Kalau Elena adalah Sena, Bram mungkin sudah diputuskannya karena Sena tidak suka cowok kaku dan freak. Apalagi seperti Sean.

Elena tidak merespon sama sekali omongan Sena. Ia hanya tersenyum sekilas dan berpura-pura sibuk dengan ponsel. Sudah sering Sena menyuruhnya untuk putus. Namun kembali lagi, baik Sena atau Bram adalah orang-orang yang disayangnya. Elena akan bertahan untuk keduanya. Meskipun terkadang sahabat dan pacarnya menyakiti hatinya tanpa sengaja.

*****

"Babe kenapa lo pakai kacamata?" Leon duduk di samping Sena. Mereka di kantin sekarang. Leon bahkan tidak malu jika ada yang mendengar dia memanggil Sena 'babe'.

"Kids jaman now Leon. Lo udah selesai olahraganya?" Sena menghadap Leon yang masih memakai seragam olahraga. "Ih Leon lo bau keringet. Sana mandi dulu baru deketin gue lagi." Sena mendorong-dorong tubuh Leon.

Leon malah mencondongkan tubuhnya mendekati Sena. "Yang penting gue pacar lo." Leon mengedipkan sebelah matanya.

"Kalau pacaran di luar sekolah biar aman." Elena tiba-tiba datang lalu duduk di depan mereka berdua.

"Terima kasih Elena. Lo buat gue punya ide bagus buat ngajak Sena keluar. Sen jam lima ya. Ntar gue jemput ke rumah." Leon beranjak pergi dan melambaikan tangan.

Sena mengangguk senang. Tanpa disadarinya ada orang yang tersenyum kecut melihat mereka berdua.






An:

Adakah yang suka sama cerita ini? Kok gue sedih ya yang baca dikit amat wkwk.

Tapi gk papa. Gue akan tetep nulis kok nggk peduli berapapun pembacanya.

Kasih komen kalian untuk memperbaiki karya ini ya.

SEANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang