Curiga

359 15 0
                                    

Wisata alam Bandung memang beragam sekali, mulai dari yang ramai sampai dengan tempat yang masih sepi pengunjung. Salah satunya tempat yang masih belum dikenal banyak orang adalah kebun teh Sukawana di Kertawangi, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Tempatnya memang sedikit tersembunyi, tapi tidak usah diragukan lagi keindahannya. Di sana bisa bebas dari kebisingan kota, bebas dari hiruk pikuk keramaian, tempat ini sangat cocok untuk orang yang ingin mencari tempat sendiri.

Sayangnya tempat seindah itu belum banyak yang tau. Padahal bisa dijangkau tanpa mengeluarkan biaya cuma ongkos bbm. Tapi orang lebih memilih pergi ke tempat perbelanjaan yang semakin membuat mereka pusing tatkala menginginkan sesuatu tapi tidak bisa membelinya.

Sekarang ini Sean dan Sena baru sampai daerah sekitar Track 11 Sepeda Gunung Sukawana, sebentar lagi mereka akan sampai ke kebun teh Sukawana. Dari rumahnya sampai saat ini, Sena masih betah untuk membiarkan tangannya di dalam jaket Sean. Dia merasa aman dan Sean tidak keberatan, ia malah suka Sena bisa melawan traumanya dan mau naik motor lagi dan untuk pertama kalinya adalah bersama Sean.

"Kita nggak lagi nyasar kan ini?"

Sean melihat dari kaca spion menampilkan wajah bete Sena, rupanya pantatnya sudah panas duduk di motor dari tadi. "Bentar lagi nyampe, sabar dikit ya."

Sena hanya bisa berdoa dalam hati supaya mereka secepatnya sampai tujuan. Sedikit merasa bersalah saat ia punya Leon tapi yang ia pilih untuk menemani hari ini Sean. Akhir-akhir ini Leon memang susah dihubungi, jadi Sena tidak ada pilihan lain. Lagian, Sean tidak akan macam-macam karena keluarganya juga sudah tau Sean seperti apa jika saja dia berniat menculik Sena.

"Nah, sampai," kata Sean pada akhirnya.

Sena yang mendengarnya langsung turun dengan antusias. Kini mereka sudah berada di hamparan kebun teh, tidak ada orang lain, tidak ada keramaian, dan ini yang diinginkan Sena. Ia ingin tempat seperti ini untuk liburan.

"Gila! Kenapa gue baru tau ada tempat kayak gini sih!" marah Sena kepada dirinya sendiri.

Sean tertawa membuat Sena bingung. "Kerjaan lo kan main ke kafe."

"Tapi nggak nyesel sih gue ke kafe, di sana gue juga bisa nyanyi," bela Sena.

Sena benar, kafe adalah tempat favoritnya untuk bernyanyi karena di sana dia bisa melepaskan bebannya. Tapi tempat ini bisa membuat bebannya terangkat. Sena merasa rileks dengan pemandangan serba hijau. Ia memutuskan menelusuri jalanan di antara pohon teh yang segar. Belum puas, Sena berteriak kencang dan merentangkan tangannya serta memutar-mutar tubuhnya. Semua yang mengganjal harus dikeluarkan di sini, karena ini kesempatan Sena. "Gue arogan memang! Tapi kalian siapapun nggak bisa nilai gue sebelah mata! Semua orang punya alasan sendiri disetiap hal yang dia lakukan! Ngerti nggak lo hah?"

Sean menunjuk dirinya sendiri, Sena menggeleng. "Bukan lo, tapi buat orang yang udah menjelekkan nama gue di belakang gue."

"Di sini nggak ada orang," koreksi Sean.

"Gue tau," bantah Sena. "Gue cuma membayangkan seandainya mereka yang ngomongin gue itu ada di sini, bakal gue teriakin kayak tadi."

"Kenapa nggak teriakin mereka di sekolah?"

"Ntar gue dikira tarzan." Sena berhenti memutar dan kembali berjalan lebih jauh sambil bernyanyi lagu favoritnya dari Banda Neira, "Yang patah tumbuh, yang hilang berganti."

"Yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Yang hancur lebur akan terobati. Yang sia-sia akan jadi makna." Sena kembali berputar-putar menikmati lagu yang ia nyanyikan hingga ia berhenti karena seseorang melanjutkan lagunya.

"Yang terus berulang suatu saat henti. Yang pernah jatuh 'kan berdiri lagi. Yang patah tumbuh, yang hilang berganti," lanjut Sean. Tidak Sena kira ia bisa bernyanyi.

SEANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang