Ruang musik adalah tempat terbaik untuk Sena saat ini. Sena memutuskan ke sini daripada ke kantin. Menahan lapar masih bisa ia lakukan, lagipula di istirahat kedua Sena baru akan makan. Seperti biasa setelah menyogok pembawa kunci ruangan ini, Sena bisa masuk. Rasanya sudah lama sekali ia tidak ke sini, sekitar satu bulan yang lalu sejak les bersama Sean.
Sena mengambil gitar lalu duduk di kursi tinggi yang biasanya digunakan vokalis menyanyi. Sena memetik asal, mencoba mencari chord yang tepat. Ia berencana membuat lagu yang akan diberikan di hari jadiannya, namun tak berjalan sesuai rencana. Sena sudah berniat mengajak Leon mencari chord yang tepat sedangkan lirik sudah ia siapkan.
Rencana tinggal rencana. Sena mengeluarkan kertas yang sudah lecek lalu membentangkannya dengan menindih menggunakan di bagian yang melengkung.
Bila ku tak melihat mu waktu itu
Mungkin kita tak jadi satu
Kupasrahkan segenap hati tuk kutitip kepadamu
kita berjanji melepas raguTerik matahari membuatmu menawan
Dirimu terlihat rupawan
Kala itu aku menunggumu dengan manik melekat padamuSungguh rasanya sulit dipercaya
Aku bisa menjadi kekasihmu
Dulu kita tak saling menyapa
Sekarang tangan saling menggenggamNamun pada akhirnya kau menorehkan luka
Membuat rasa sakit tak kasat mata
Hingga ku putuskan kata kita
Lebih baik sendiri saja
Kamu dan aku bukan lagi siapa-siapaSena segera menghentikan tulisannya pada kertas lecek itu saat terdengar suara benturan keras di luar ruangan. Ia berlari untuk melihat apa yang terjadi. Betapa kaget Sena begitu tau bunyi itu timbul karena Leon yang menendang Sean sehingga tersungkur membentur meja tak terpakai di samping ruang musik. Hal itu mengundang perhatian banyak siswa sehingga langsung membentuk kerumunan.
Sena tak yakin ini semua karena dirinya, tapi Sena tetap maju dan menarik Leon yang ingin memukul Sean lalu menamparnya. Bukan hanya Leon yang kaget, beberapa siswa menutup mulutnya tak percaya.
Sean segera berdiri merapikan pakaiannya. Ia mnyuruh kerumunan bubar karena ini bukan urusan mereka. Sean bilang kalau mereka tak perlu melapor pada guru karena semua sudah baik-baik saja.
Tapi lain halnya dengan yang dikatakan Sean, sesuatu justru baru dimulai. Pertengkaran sesungguhnya antara Sena dan Leon.
"Nggak cukup buat kemarin?" tanya Sena sarkastik.
"Gue mau kasih dia pelajaran supaya nggak ngerebut pacar orang." Leon masih bersungut-sungut namun menahan agar tetap tenang tapi mukanya merah padam menahan marah.
"Seharusnya lo yang dikasih pelajaran, Leon! Lo harus ngaca siapa di sini yang lebih egois!"
"Lo bela dia Sen?"
"Iya, kenapa? Lo mau marah? Ingat, waktu gue butuh apa-apa, siapa yang ada? Sean! Lo selalu sibuk dengan alasan tim basket lah, itu lah, sampai-sampai nggak ada waktu lagi saat gue butuh. Dulu gue selalu support lo untuk masuk basket. Dukung lo kemanapun lo tanding. Giliran gue ada masalah lo nggak ada Leon! Yang egois itu elo!"
Leon tertampar telak karena semua ucapan Sena benar adanya. Belum sempat ia melempar pembelaan, Sena kembali membungkamnya.
"Jangan lupakan saat di mana lo lebih milih kakak kelas itu! Lo pikir gue main-main sama perasaan gue? Denger ya, gue nggak pernah sekalipun ada niatan busuk seperti lo buat cari cewek lagi. Tapi lo malah cari cewek lagi di belakang gue dengan alasan gue nggak selalu ada buat lo. Yang gue jelasin tadi apa hah? Yang selalu nemenin lo latihan, tanding, makan, itu siapa? Jin? Jangan gila Leon dengan terus bela diri lo sendiri. Instropeksi diri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANA (COMPLETED)
Novela JuvenilSena dan Sean adalah dua kutub berbeda. Yang satu arogan yang satu terlalu freake. Bisakah kedua magnet itu disatukan meski keduanya tak punya sifat yang sama? Cover by @prlstuvwxyz #788 highschool (dari 19,9 cerita)