Ikatan

525 23 2
                                    

Lomba sudah selesai dan tinggal menunggu keputusan juri. Di sela waktu itu, Sena gunakan untuk membawa Sean ke tempat yang lebih sepi untuk bicara. Sean menghentikan langkah, otomatis Sena ikut berhenti juga karena tak mungkin menarik badan Sean yang jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya.

"Lo kenapa Sen?"

Haruskah Sena jelaskan ia marah karena Sean tidak berkata apa-apa setelah Sena selesai di panggung?

"Gak kenapa-napa tuh."

"Terus ngapain ngajak ke sini?"

"Itu, gue..."

"Penampilan lo tadi keren. Gue nggak tau lo buat lagu seindah itu sampai buat gue merinding. Pasti prosesnya berat. Gue salut sama lo Sena. Di saat orang lain berusaha menjatuhkan, dengan segala upaya lo tetap berusaha bangkit. Gak peduli itu harus berjalan tertatih, bahkan merangkak sekali pun."

Sena terpaku menatap Sean untuk beberapa saat. Sifat Sean yang dingin dan misterius membuat Sena kaget saat cowok itu mengatakan demikian.

"Karena lo juga."

"Ada dua orang paling keras kepala yang pernah gue kenal. Mereka juga nggak pernah menyerah sama keadaan."

"Siapa emangnya?"

"Yang pertama Nenek."

"Yang kedua siapa?"

"Sena Anggara. Tekad lo kuat meski keras kepala juga. Gue tau lo lebih suka gue bilang gini daripada kalimat lain. Sen, apa pun keputusan juri nanti, lo tetap yang terhebat buat gue. Terima kasih sudah tampil menjadi Sena yang seperti tadi."

"Kalau kita di tempat lain, gue boleh peluk lo?"

Sean tersenyum sambil mengusap bahu Sena. "Boleh."

Mereka berdua tertawa, merasa semua yang telah mereka lewati adalah lucu. Ya kadang memang hidup seperti sebuah lelucon kuno. Yang mengusahakan pasti akan diusahakan.

"Ayo balik," ajak Sena. Ia berjalan dulu dan meninggalkan Sean di belakang.

"Apa gue bisa jadi pengganti yang lebih baik dari Leon?"

Langkah Sena berhenti. Ia terkejut akan pertanyaan Sean barusan. Jika Sean ingin menjadi pengganti Leon, itu artinya dia ingin menjadi pacar Sena, begitu?

Sean mendekat menuju Sena. Bisa Sena rasakan Sean menatapnya dan menunggu jawaban.

"Nggak bisa ya Sen?"

"Jawabannya tergantung keputusan juri nanti. Kalau gue menang. Lo boleh gantiin posisi Leon."

"Kalau hasilnya sebaliknya gimana?"

Sena memutar tubuh kesal. "Kok lo doanya gitu!"

*****

Semua peserta lomba tak terkecuali Sena, was-was menunggu keputusan juri. Tentu semuanya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tak ada yang tau keputusan juri seperti apa.

Bu Ana juga ada di sini untuk menemani Sena dan sebagai perwakilan guru dari sekolahnya. Elena berada di samping Sena dan memeluk pundaknya. Bersiap-siap tentang apa pun keputusan juri nantinya.

"Bu, nggak bisa ya saya di luar aja?"

"Ya nggak bisa Sena. Kita harus di sini bersama-sama."

"Iya Sen, bener kata Bu Ana. Lo harus di sini, masa yang lomba malah di luar."

"Tapi gue tegang banget nih." Sena mendekati telinga Elena dan berbisik. "Duh kebelet juga masa."

"Tahan bentar Sen, ini bentar lagi diumumin."

SEANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang