Lama mereka berpelukan, saling bertukar dengan hangatnya dekapan, hingga derap langkah seseorang disertai suara yang tidak asing membuyarkan kebersamaan keduanya.
"Jadi lo lebih milih di sini dengan cowok freak daripada ngerayain anniv kita?"
Sena buru-buru melepas pelukannya dan berdiri, tanpa diduga ia langsung menampar Leon. "Sejak kapan? Sejak kapan lo berubah kayak gini? Hilang tanpa kabar sedangkan gue udah nunggu satu jam di sana. Lo pikir gue nggak punya kesabaran?"
Bukannya marah ke Sena, Leon malah memukul Sean dengan pergerakannya yang terlalu cepat tidak bisa diprediksi Sean. "Kurang ajar!"
"Leon stop!" teriak Sena.
Baik Leon atau Sean, keduanya memperhatikan Sena yang terlihat sangat kacau. Napas mereka memburu, apalagi Sean yang sudah tidak sabar untuk menghajar Leon karena telah berani menyakiti Sena.
Selanjutnya kata yang dikeluarkan Sena tidak pernah bisa ditebak Sean maupun Leon, yang paling tidak menyangka tentunya Leon, ia ternyata telah salah meremehkan Sena dan memanfaatkan kecuekan Sena.
"Lo mau kita break?"
Leon tidak bisa menyela karena Sena kembali berbicara. "Gue manusia Leon, punya rasa, punya insting. Gue aja yang nggak mau bilang kalau selama ini lo menyembunyikan sesuatu, gue selalu menyangkal. Terserah mau dibawa ke mana hubungan kita."
"Sena, dengerin gue dulu."
"Dengerin bagian mananya? Apa gue belum cukup jadi pendengar yang baik tanpa bisa mengajukan pembelaan?"
"Gue terlambat datang karena ada alasannya."
"Apa alasan yang bisa buat gue nyesel pergi dari sana?"
"Ada orang yang membutuhkan gue."
"Siapa?"
Leon diam, haruskah ia menyebutkan nama orang itu dan hubungannya dengan Sena berakhir saat ini juga? Atau berbohong lagi sampai tidak punya alasan?
"Nggak bisa jawab kan."
"Belum bisa, bukan enggak bisa."
"Ini rumah sakit, kalau kalian mau bertengkar, di parkiran rumah sakit masih luas, jangan di sini. Mengganggu nenek saja."
Justru itulah yang ditunggu Sena daritadi, Sean menengahi mereka tanpa harus Sena mencari cara untuk mengakhiri perdebatannya dengan Leon. Kali ini Sena memang benar-benar malas bertengkar dengan siapa pun, ia memilih mendiamkan Leon kalau bisa. Sayangnya rasa penasarannya lebih besar dan mengalahkan egonya. Leon cinta pertamanya. Cinta pertama kadang cepat terjadi namun susah untuk dimengerti, susah untuk diakhiri, dan lebih sering menyakiti.
"Sen."
Leon berusaha mencegah tapi tekad Sena untuk pergi dari sana lebih kuat.
Melalui pandangannya, Sena mengisayaratkan kepada Sean bahwa ia butuh waktu sendiri. Pergi dari sana adalah keputusan yang tepat sebelum Sena benar-benar terlihat hancur di depan dua orang sekaligus.
Kesal, marah, kecewa, banyak lagi yang masih ingin Sena katakan untuk Leon, tapi ia masih sadar mereka di rumah sakit, di depan ruang rawat seseorang, Sena tidak ingin dicap kurang ajar lagi, terutama oleh nenek Ratih.
Langkahnya kini tanpa tujuan, tidak tau mau ke mana, pulang enggan, Sena butuh Elena, tempatnya berbagi cerita. Apalah daya, Elena sudah mencapnya sebagai sahabat tidak tau diri karena telah menyalahkan Bram, padahal Bram memang tidak salah, hanya perasaan Sena yang salah.
Rupanya kebetulan itu memang bisa terjadi, hujan tiba-tiba turun sangat deras, petir menyambar, Sena basah kuyup, dan untuk pertama kalinya Sena membenci hujan. Berbeda dengan Sean yang membenci karena kenangannya, Sena membenci hujan karena hujan mendukung kesedihannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANA (COMPLETED)
JugendliteraturSena dan Sean adalah dua kutub berbeda. Yang satu arogan yang satu terlalu freake. Bisakah kedua magnet itu disatukan meski keduanya tak punya sifat yang sama? Cover by @prlstuvwxyz #788 highschool (dari 19,9 cerita)