Bonus update
♡
Sean mendapat perintah dari pak Jai untuk mengembalikan alat praktik biologi, kerangka manusia ke lab.
Walaupun perintah itu sudah hampir lima menit yang lalu, Sean belum beranjak sama sekali.
Bukannya Sean membangkang atau nakal. Masalahnya Sean masih mengerjakan pr untuk besok. Sean bahkan mengerjakan soal yang belum disuruh guru.
"Lo disuruh Pak Jai tuh." Bram teman sebangkunya mengingatkan lagi.
"Kurang 1 nomor. Lo pulang dulu gue yang kunci kelas."
Bram acuh saja. Dia keluar kelas dan pulang lebih dulu.
Beberapa menit kemudian Sean selesai. Dia merapikan tasnya kemudian mengisi tinta spidol karena besok adalah piketnya.
Sean mengangkat kerangka tengkorak itu sambil menutup pintu. Walaupun awalnya kesusahan tapi Sean berhasil.
Koridor sudah sepi. Tidak ada satupun siswa yang tersisa. Hanya Sean sendiri. Yang dijuluki si Freak.
Oh damn! Sean lupa meminta kunci lab.
Sean harus menghubungi pak Jai. Iya harus setelah meletakkan kerangka ini di depan lab.
Namun Sean terdiam ketika pintu lab ternyata tidak dikunci. Padahal ini sudah jam sekolah.
Lampu lab tidak menyala. Berarti tidak ada orang di dalam. Sean harus memberanikan diri masuk walaupun dia sebenarnya takut gelap. Demi nilai tambahan.
Begitu kaki Sean masuk lampu menyala dan ada seorang cewek yang membelakangi Sean. Awalnya Sean ingin berteriak namun ia tahan. Gadis itu bukanlah hantu atau semacamnya. Sean tidak takut hal semacam itu. Hanya saja buat apa dia di lab sendirian di saat yang lain sudah pulang?
Sean tidak tau harus memanggil bagaimana. Dia tidak tau wajah gadis itu.
"Ekor kuda." Terpaksa Sean memanggilnya demikian. Lagipula memang rambut gadis itu dikuncir seperti ekor kuda yang bergoyang ke kanan dan ke kiri.
Cewek itu berbalik dan memasang tampang cengo. "Lo panggil gue ekor kuda? Siapa sih lo?"
Sean tidak tau mau menjawab apa. Ia hanya diam dan meletakan kerangka itu ke pojok ruangan.
"Ditanya diem aja. Lo bisu?"
Sean memandang gadis itu aneh. Cukup kasar untuk ukuran gadis di mata Sean.
"Gue ngembaliin kerangka manusia."
Sesingkat itu? Selama sejarah kehidupan Sena belum pernah ada cowok bicara sesingkat ini dengannya.
"Lo mau ke mana?" tanya Sena lagi.
"Pulang. Lo mau di sini sampai besok emang?"
Sena berlari secepat mungkin dan mencegah cowok itu keluar. "Gue perlu bantuan lo."
Sean menaikkan alisnya. "Buat?"
"Gue dihukum Pak Jai. Biasa karena gue mabal. Lo taulah siapa gue."
"Gue nggak tau siapa lo."
What? Cowok ini tidak tau siapa Sena? Pak Mamat yang jualan bakso sampai tukang kebersihan tau siapa Sena. Hanya cowok freak yang tidak kenal Sena.
"Oke. Gue Sena Anggara. Kelas 11 Ipa 2."
"Nama lo siapa kelas berapa?"
Sean menjawab sambil berusaha keluar. "Gue Sean. Kelas 11 Ipa 1."
"Jangan keluar dulu dong. Lo harus bantuin gue ngembaliin alat praktikum ini ke tempatnya. Gue kan nggak tau mau ditaruh di mana."
"Itu tugas lo bukan tugas gue. Nggak usah halangin gue. Gue sibuk." Sean melepas tangan Sena yang menempel pada daun pintu.
Sena berdecak sebal dan menghentakkan kakinya. Baru kali ini ada yang menolaknya.
Lihat saja nanti Sena akan membalasnya.
Tunggu apa katanya tadi, dia memanggil Sena ekor kuda? Tai sekali ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANA (COMPLETED)
Novela JuvenilSena dan Sean adalah dua kutub berbeda. Yang satu arogan yang satu terlalu freake. Bisakah kedua magnet itu disatukan meski keduanya tak punya sifat yang sama? Cover by @prlstuvwxyz #788 highschool (dari 19,9 cerita)