Ketidaksengajaan

423 31 0
                                    

Tidak peduli di mana ia berada, Sena tetaplah Sena yang suka seenaknya. Setelah mengagetkan beberapa penjaga loket, dia tanpa rasa bersalah berlalu begitu saja. Tentunya dengan Leon, yang juga tidak mempedulikan ulah pacarnya.

Ara ingin rasanya mencakar wajah Sena jika Sean tidak mencegahnya.

"Seharusnya dia nggak usah dikasih tiketnya," geram Ara yang masih kesal.

Bukannya ikut marah, Sean malah tertawa kecil. Ara melihatnya bingung. "Lo nggak kesambet apa-apa kan?" tanyanya sambil menyentuh dahi Sean.

"Nggak, nggak papa. Sena emang gitu orangnya."

"Sena? Jadi namanya Sena?"

"Cewek itu yang minggu lalu beli tiket juga. Oh iya, lo udah pulang waktu itu. Dia keras kepala, jutek, seenaknya sendiri dan terkenal arogan," tutur Sean. Ia sudah katam dengan sikap Sena. Mau bagaimanapun Sena mengatai Sean, kini cowok itu sudah kebal.

Penjelasan singkat Sean membuat Ara mengangguk. Sepertinya Sean telah mengenal Sena dekat. Terlihat dari pengetahuannya mengenai cewek itu.

"Lo kenal dekat ya?" tanya Ara pelan sekali seperti bertanya pada dirinya sendiri.

Sean yang tadinya melayani pelanggan, kini mengalihkan fokusnya pada Ara. "Dia murid dadakan gue."

Ara lebih terkejut saat Sean mengatakan itu. Ia kira Sean hanya sebatas kenal karena kebetulan, ternyata mereka memang dekat.

"Juga teman satu sekolahan. Entah dia anggap gue teman atau nggak." Sean mengindikkan bahunya acuh tak acuh. Dia kembali melayani pelanggan. Karena Ara tak kunjung melayani pelanggan di depan loketnya, Sean menyenggol lengannya.

"Lo mau gue ngomong kayak dia tadi?" Sean terkekeh dan melanjutkan kegiatannya.

Terdengar helaan napas sangat pelan keluar dari mulut Ara. Kemungkinan menipis, batinnya.

*****

S

elepas nonton bioskop, Leon mengajak Sena ke club. Dengan mudah Sena mengiyakan. Ia mengabaikan larangan orangtuanya untuk ke tempat yang penuh bahaya itu. Karena bujukan Leon dan rasa penasaran yang tinggi, kini Sena sudah berada di dalam club. Banyak orang mabuk di sini, itulah kenapa orangtua Sena melarangnya. Takut Sena kenapa-napa. Tapi pikiran takut itu tidak ada lagi karena Leon yang menemaninya. Sena merasa tidak masalah selama ada pacarnya yang sangat pengertian itu.

"Kamu mau pesen apa?" tanya Leon sedikit keras karena suara musik begitu kencang.

Sena memfokuskan pandangannya ke depan. Pada sederet minuman dalam botol yang ia tidak ketahui apa itu.

Melihat kebingungan Sena, akhirnya Leon yang memutuskan untuk memesan minuman.

"Seperti biasa," ucap Leon pada bartender.

Dua gelas minuman berwarna bening langsung tersedia di depan mereka. Sena mengangkat gelas itu lalu menciumnya. "Baunya aneh Leon."

Leon terkekeh. "Rasanya nggak seaneh baunya kok."

Leon langsung meminum minuman itu dalam satu kali teguk. Cowok itu terlihat sangat menikmati. Sena jadi penasaran, ia pun mencoba sedikit.

"Akh." Dahi Sena berkerut karena menahan rasa panas yang turun ke tenggorokannya. Baru kali ini ia meminum minuman yang rasanya aneh tetapi memberikan sensasi yang berbeda. Sena meminumnya lagi hingga beberapa kali tegukan dan minuman itu habis.

"Bagaimana rasanya? Enak bukan?"

Sena mengangguk dan menyodorkan gelasnya kepada Leon. "Lagi," ucapnya parau.

SEANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang