Sean tidak bisa mendeskripsikan apa yang ia rasakan saat ini. Kemarin setelah makan malam bersama keluarga Sena, ia seperti mempunyai semangat baru. Mungkin karena kehangatan keluargalah yang dibutuhkan Sean selama ini untuk mengisi kekosongan hatinya. Tidak melulu dengan pacar bukan? Ada orang yang memang bahagianya bersama teman, bersama keluarganya, dan bersama kekasih tercinta. Sean termasuk orang yang bahagia bersama keluarga dan teman, karena dia tidak punya kekasih. Yang membuat Sean bertambah senang adalah, keluarga Sena menerima kehadirannya tanpa menanyakan banyak hal yang bisa mengganggu kenyamanan Sean. Mereka seolah bisa mengerti situasi dan kondisi Sean.
Hari ini semuanya berjalan dengan lancar, Sean berangkat sekolah seperti biasa. Namun ada yang sedikit berbeda dari biasanya, Sena yang biasanya menggunakan seragam press body sekarang memakai seragam yang sedikit longgar, roknya juga sudah di bawah lutut, dan rambut yang biasanya dikuncir kuda sekarang digerai bebas. Semua mata berpusat pada Sena yang baru saja turun dari mobil. Hari ini gadis itu diantar sopir sampai selesai ujian nanti. Karena senang Sena sudah mau belajar untuk mempersiapkan UAS, maka kedua orang tuanya memutuskan untuk memfokuskan Sena lagi. Berangkat dan pulang sekolah diantar, setelah pulang sekolah langsung les, begitulah kira-kira hari-hari Sena ke depannya. Ia merasa terkekang, namun ini semua demi musik, Sena rela melakukannya.
Yang mengejutkannya lagi adalah saat Sena menghampiri Sean, berjalan di samping cowok yang kini sudah kebingungan karena biasanya saja Sena melihatnya segan. Kebingungan Sean disambut pandangan bertanya oleh semua siswa yang menyaksikan. Untungnya hari ini, Leon tidak ada di sekolah karena dia sedang izin pergi ke luar kota bersama ayahnya. Jadi, Sena bisa sedikit bebas bermain dengan Sean.
"Kenapa? Kaget ya karena gue mau barengan sama lo?" Namanya Sena, pasti tidak jauh-jauh dari sifat juteknya. Mau dia jalan di samping Sean atau tidak sikapnya tidak berubah.
"Sedikit," jawab Sean singkat. Dia cepat merubah ekspresi sehingga Sena membenarkan hal itu.
"Gimana kalau hari ini kita nggak usah les dulu. Gue mau refreshing, please. Boleh ya."
"Memang sejak kapan lo selalu minta izin orang lain untuk melakukan sesuatu?"
Sena mendengus, ia lupa Sean mempunyai sifat menyebalkan. "Kalau bicara tuh nggak usah formal-formal banget. Ngomong sama gue kayak ngomong sama guru. Pokoknya hari ini gue mau jalan keluar."
"Gue temenin," sergah Sean cepat. Dia juga tidak tau kenapa kata itu yang keluar. Padahal seharusnya Sean senang Sena membatalkan les hari ini karena itu artinya Sean punya banyak waktu untuk menjaga neneknya.
"Berarti lo harus cari tempat yang bikin gue fresh dan melepas penat." Dengan mudah Sena langsung menyetujuinya. Liburan Sean tersita sudah.
"Nanti sepulang sekolah lo ganti baju dulu, gue jemput di rumah. Gak dimarahin kan sama orang tua lo?"
"Mereka orangnya santai, tenang aja."
Pagi itu perjalanan singkat antara Sean dan Sena sampai ke kelas cukup mengundang penasaran dari berbagai pihak. Terutama dari Elena yang merupakan sahabat Sena. Meski sebelumnya Elena sudah penasaran tentang siapa Sean, ia tidak juga ingin mencari tau lebih lanjut, mungkin Sean sama seperti yang lalu, yang hanya dibutuhkan Sena di waktu tertentu.
*****
Terhitung ketiga kalinya Sean membenarkan tatanan rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. Sampai neneknya yang sedang bersantai di tempat tidur ikut heran dengan kelakuan cucunya sore itu. Tak hanya itu, Sean juga berkali-kali mengaca apakah baju yang ia gunakan sudah pantas belum.
"Kamu ini seperti mau kencan saja Sean. Memangnya mau ke mana?" Tidak tahan dengan rasa penasarannya, akhirnya nenek Ratih bertanya.
Sean justru bukan menjawab tapi menggaruk kepalanya kebingungan mau mengeluarkan jawaban apa. "Mau ke kebun teh Sukawana."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANA (COMPLETED)
Novela JuvenilSena dan Sean adalah dua kutub berbeda. Yang satu arogan yang satu terlalu freake. Bisakah kedua magnet itu disatukan meski keduanya tak punya sifat yang sama? Cover by @prlstuvwxyz #788 highschool (dari 19,9 cerita)