Tiga Puluh Tiga

1.2K 102 8
                                    

"Shill, pindah depan!"

Suara itu kembali terdengar di telinga Shilla. Suara yang familiar. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali, mencoba menepis bayangan seseorang yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

'Kok suara Pak Beni berubah sih?'

"Shill, kalau lo nggak pindah depan, nggak akan gue jalanin nih mobilnya"

Shilla membuka matanya.  Ia merasakan deru napas seseorang begitu dekat di hadapannya.

"Cakka!", Shilla memukul bahu Cakka lumayan keras karena mendapati pemuda itu mencondongkan wajah tepat di hadapannya.

"Sakit Shill", ringis Cakka. Ia mengusap-usap hasil tepukan Shilla yang terasa panas di bahunya. Pemuda itu memundurkan wajahnya dan kembali memperbaiki posisinya di kursi kemudi.

Sambil menggerutu pelan, Shilla membuka pintu mobil dan pindah ke kursi depan di samping Cakka. Dadanya masih bergemuruh karena kelakuan Cakka barusan.

'Astaga, tinggal 5 cm lagi!'

Cakka memperhatikan Shilla yang sedari tadi hanya diam, seperti ada yang dipikirkan.

"Shill..."

"Hmm...", Shilla menoleh ke arah Cakka.

Cakka mengunci manik mata Shilla, membuat gadis itu terpaku.

Shilla menahan napasnya saat Cakka mencodongkan badan ke arahnya. Jarak mereka semakin dekat, hingga membuat napas Shilla seakan tercekat.

Shilla memejamkan matanya saat ketiadaan jarak antara keduanya semakin terasa nyata.

Klik.

"Nah, udah aman", ucap Cakka. Pemuda itu kembali memundurkan badannya dan bersiap pada kemudi di depannya.

Mata Shilla terbuka. Ia melihat ke samping dan menghela napas panjang.

'Ngeselin banget sih. Cuma masangin seatbelt aja bikin orang nggak napas'

***

"Kita makan dulu ya?", Rio memelankan laju motornya dan melihat Ify dari kaca spion. Gadis yang duduk di belakangnya itu tampak mengangguk saja.

Tak berselang lama, Rio sudah menepikan motornya di sebuah rumah makan.

"Silakan mas", sapa seorang pegawai saat  menghampiri meja mereka.

Rio tersenyum, lalu mengambil buku menu yang baru saja diletakkan oleh pegawai itu di meja.

"Ify mau makan apa?", Rio menatap gadis di hadapannya yang sedari tadi hanya membolak-balik buku menu.

"Samain kak Rio aja deh", jawab Ify sambil menatap Rio sekilas.

"Tadi siang udah makan belum?", tanya Rio yang dijawab Ify dengan gelengan.

"Kalau gitu saya pesen ayam bakar madunya dua ya mas", ucap Rio kepada pegawai restoran yang kini mencatat pesanannya.

"Emm.. terus minumnya...", Rio berpikir sejenak.

"Aku pengen es jeruk aja kak, tapi..."

"Gulanya dua sendok teh, terus esnya sedikit aja", ucap Ify dan Rio bersamaan.

Ify menatap Rio heran. Sementara Rio tersenyum lebar.

'Nggak percuma nih contekan dari Via'

Dahi Ify sedikit berkerut melihat Rio yang senyum-senyum sendiri, hingga sebuah tepukan di bahu kiri Rio membuat pemuda itu tersentak.

DEKAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang